Insyaf Setahun, Majalah Playboy Pajang Foto Telanjang Lagi
A
A
A
WASHINGTON - Majalah Playboy kembali seperti cirikhas semula yakni menampilkan foto-foto telanjang setelah pada tahun lalu memutuskan tidak menampilkan ketelanjangan. Keputusan itu diumumkan kepala kreatif baru majalah Playboy, Cooper Hefner.
Cooper Hefner mengatakan, menghilangkan ketelanjangan pada majalah pria dewasa yang berbasis di Amerika Serikat (AS) ini sepenuhnya menjadi “kesalahan”.
”Hari ini, kami mengambil identitas kami kembali dan mereklamasi siapa kami,” tulis Hefner di Twitter. Majalah ini juga mempromosikan edisi Maret-April dengan gambar “playmate”. Promosi itu disertai dengan kampanye hastag #NakedIsNormal.
Beberapa pengguna media sosial menyambut keputusan majalah itu yang kembali seperti sedia kala. Meski demikian, beberapa pengguna media sosial mengkritik keputusan itu dengan ejekan bahwa majalah Playboy tidak laku lagi sehingga kembali memajang foto-foto asusila.
Pada hari Senin, Hefner mengonfirmasi keputusan majalah yang dia kelola. ”Saya akan menjadi yang pertama yang mengakui bahwa cara di mana majalah dengan gambar telanjang ini berlaku," katanya, seperti dikutip BBC, Selasa (14/2/2017).
”Ketelanjangan tidak pernah jadi masalah, karena ketelanjangan bukan masalah,” lanjut pengusaha media berusia 25 tahun yang merupakan pendiri dari Majalah Playboy, Hugh Hefner. Majalah Playboy didirikan oleh Hugh Hefner pada tahun 1953.
Samir Husni, seorang profesor jurnalisme di University of Mississippi, mengatakan larangan majalah Playboy mengumbar ketelanjangan telah mengasingkan banyak pembaca.
”Playboy dan gagasan non-ketelanjangan adalah semacam oxymoron,” ujarnya. Menurutnya, majalah ini harus menemukan cara untuk menarik memikat khalayak muda di era digital, di mana ketelanjangan telah menjadi hal biasa.
Cooper Hefner mengatakan, menghilangkan ketelanjangan pada majalah pria dewasa yang berbasis di Amerika Serikat (AS) ini sepenuhnya menjadi “kesalahan”.
”Hari ini, kami mengambil identitas kami kembali dan mereklamasi siapa kami,” tulis Hefner di Twitter. Majalah ini juga mempromosikan edisi Maret-April dengan gambar “playmate”. Promosi itu disertai dengan kampanye hastag #NakedIsNormal.
Beberapa pengguna media sosial menyambut keputusan majalah itu yang kembali seperti sedia kala. Meski demikian, beberapa pengguna media sosial mengkritik keputusan itu dengan ejekan bahwa majalah Playboy tidak laku lagi sehingga kembali memajang foto-foto asusila.
Pada hari Senin, Hefner mengonfirmasi keputusan majalah yang dia kelola. ”Saya akan menjadi yang pertama yang mengakui bahwa cara di mana majalah dengan gambar telanjang ini berlaku," katanya, seperti dikutip BBC, Selasa (14/2/2017).
”Ketelanjangan tidak pernah jadi masalah, karena ketelanjangan bukan masalah,” lanjut pengusaha media berusia 25 tahun yang merupakan pendiri dari Majalah Playboy, Hugh Hefner. Majalah Playboy didirikan oleh Hugh Hefner pada tahun 1953.
Samir Husni, seorang profesor jurnalisme di University of Mississippi, mengatakan larangan majalah Playboy mengumbar ketelanjangan telah mengasingkan banyak pembaca.
”Playboy dan gagasan non-ketelanjangan adalah semacam oxymoron,” ujarnya. Menurutnya, majalah ini harus menemukan cara untuk menarik memikat khalayak muda di era digital, di mana ketelanjangan telah menjadi hal biasa.
(mas)