Trump Kecam Tes Rudal Korut
A
A
A
SEOUL - Korea Utara (Korut) menggelar tes rudal pertama sejak Donald Trump menjabat sebagai presiden Amerika Serikat (AS) pada Sabtu (11/2) pagi waktu setempat.
Aksi Korut itu membuat Trump menegaskan dukungan 100% terhadap Jepang yang wilayahnya dalam jangkauan rudal tersebut. Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe menyebut peluncuran rudal itu sangat tidak dapat ditoleransi. Korea Selatan (Korsel) pun menyatakan tes rudal itu untuk menguji Trump.
Rudal itu diluncurkan pada Sabtu (11/2) pukul 7.55 pagi dari pangkalan udara Banghyon di barat Provinsi North Pyongan, Korut. ”Rudal itu terbang ke timur menuju Laut Jepang atau Laut Timur,” ungkap pernyataan Kementerian Pertahanan (Kemhan) Korsel seperti dikutip kantor berita AFP. Rudal itu terbang sekitar 500 km sebelum jatuh ke laut.
Jenis rudal itu pun belum dapat diidentifikasi secara pasti. ”Peluncuran rudal hari ini bertujuan menarik perhatian global terhadap Korut dengan meningkatkan kemampuan rudal dan nuklirnya,” papar pernyataan Kemhan Korsel. ”Juga diyakini bahwa ini provokasi bersenjata untuk menguji respons dari pemerintahan baru AS di bawah pimpinan Presiden Trump,” ujar pernyataan Kemhan Korsel.
Komando Strategis AS menyatakan pihaknya mendeteksi dan melacak bahwa misil itu merupakan rudal balistik jarak menengah. Ini merupakan tes rudal pertama sejak Oktober lalu. Trump merespons aksi Korut itu dengan menjamin bahwa Washington berkomitmen pada keamanan aliansi utama AS di Asia.
”Saya hanya ingin semua orang paham dan sepenuhnya tahu bahwa AS berada di belakang Jepang, aliansi besarnya, 100%,” tegas Trump. PM Abe mengecam peluncuran itu tidak dapat ditoleransi. Adapun juru bicara Pemerintah Jepang Yoshihide Suge menjelaskan kepada media di Tokyo bahwa aksi itu merupakan provokasi terhadap Jepang dan kawasan.
Resolusi Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) melarang Korut menggunakan teknologi rudal balistik dalam bentuk apa pun. Meski demikian, enam sanksi PBB terhadap Pyongyang sejak tes nuklir pertama pada 2006 telah gagal menghentikan program rudal dan nuklir Korut. Pyongyang berdalih mereka hanya mengembangkan persenjataan pertahanan.
Tahun lalu Korut menggelar dua tes nuklir dan beberapa tes rudal dalam upaya mengembangkan sistem persenjataan nuklir yang dapat mencapai wilayah AS. Pejabat militer Korsel menepis kemungkinan tes pekan lalu merupakan uji coba rudal jarak jauh. Menurut sumber militer itu, rudal tersebut merupakan versi terbaru misil Rodong.
Akademisi di Seoul, Yang Moo-jin, menyebut tes terbaru itu merupakan peluncuran peringatan hari lahir mendiang pemimpin Korut Kim Jong-il pada 16 Februari. Kim Jong-il merupakan ayah pemimpin Korut saat ini Kim Jong-un. ”Pyongyang sering merayakan peringatan penting dengan meluncurkan rudal,” ungkap Yang, profesor di University of North Korean Studies.
Pelaksana Presiden Korsel Hwang Gyo-ahn berjanji merespons peluncuran rudal tersebut. Sebelumnya Menteri Pertahanan (Menhan) AS James Mattis mengunjungi Seoul dan memperingatkan Pyongyang bahwa semua bentuk serangan nuklir akan mendapat respons efektif dan tegas.
Penasihat Keamanan Nasional Trump, Michael Flynn, berbicara dengan Penasihat Keamanan Nasional Korsel Kim Kwan-jin melalui telepon. ”Keduanya sepakat mencari cara mengatasi provokasi Korut di masa depan,” ungkap pernyataan Kantor Kepresidenan Korsel. PM Australia Malcolm Turnbull juga mengecam peluncuran itu sebagai ancaman perdamaian dan stabilitas regional.
Dia berjanji bekerja sama dengan China, Korsel, dan Jepang untuk menekan Korut. Pada Januari lalu, Kim Jongun menyatakan Pyongyang dalam tahap akhir pengembangan rudal balistik antarbenua (ICBM). Pernyataan itu dinilai untuk menekan presiden AS yang baru. Trump membalas pernyataan Kim dengan menulis di Twitter, ”Itu tidak akan terjadi.”
Analis senior di Institute of Defence and Strategic Studies, Singapura, James Char menyatakan, peluncuran rudal itu merupakan cara Pyongyang menunjukkan perlawanan terhadap Trump. Tes rudal itu juga menjadi ujian bagi Trump yang memerlukan bantuan dari aliansi Korut, China, untuk menghadapi Pyongyang.
Hubungan AS dan China membaik dalam beberapa hari terakhir setelah Trump menegaskan kembali Washington menghormati kebijakan satu China. Pernyataan Trump itu muncul saat pembicaraan melalui telepon dengan Presiden China Xi Jinping.
Aksi Korut itu membuat Trump menegaskan dukungan 100% terhadap Jepang yang wilayahnya dalam jangkauan rudal tersebut. Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe menyebut peluncuran rudal itu sangat tidak dapat ditoleransi. Korea Selatan (Korsel) pun menyatakan tes rudal itu untuk menguji Trump.
Rudal itu diluncurkan pada Sabtu (11/2) pukul 7.55 pagi dari pangkalan udara Banghyon di barat Provinsi North Pyongan, Korut. ”Rudal itu terbang ke timur menuju Laut Jepang atau Laut Timur,” ungkap pernyataan Kementerian Pertahanan (Kemhan) Korsel seperti dikutip kantor berita AFP. Rudal itu terbang sekitar 500 km sebelum jatuh ke laut.
Jenis rudal itu pun belum dapat diidentifikasi secara pasti. ”Peluncuran rudal hari ini bertujuan menarik perhatian global terhadap Korut dengan meningkatkan kemampuan rudal dan nuklirnya,” papar pernyataan Kemhan Korsel. ”Juga diyakini bahwa ini provokasi bersenjata untuk menguji respons dari pemerintahan baru AS di bawah pimpinan Presiden Trump,” ujar pernyataan Kemhan Korsel.
Komando Strategis AS menyatakan pihaknya mendeteksi dan melacak bahwa misil itu merupakan rudal balistik jarak menengah. Ini merupakan tes rudal pertama sejak Oktober lalu. Trump merespons aksi Korut itu dengan menjamin bahwa Washington berkomitmen pada keamanan aliansi utama AS di Asia.
”Saya hanya ingin semua orang paham dan sepenuhnya tahu bahwa AS berada di belakang Jepang, aliansi besarnya, 100%,” tegas Trump. PM Abe mengecam peluncuran itu tidak dapat ditoleransi. Adapun juru bicara Pemerintah Jepang Yoshihide Suge menjelaskan kepada media di Tokyo bahwa aksi itu merupakan provokasi terhadap Jepang dan kawasan.
Resolusi Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) melarang Korut menggunakan teknologi rudal balistik dalam bentuk apa pun. Meski demikian, enam sanksi PBB terhadap Pyongyang sejak tes nuklir pertama pada 2006 telah gagal menghentikan program rudal dan nuklir Korut. Pyongyang berdalih mereka hanya mengembangkan persenjataan pertahanan.
Tahun lalu Korut menggelar dua tes nuklir dan beberapa tes rudal dalam upaya mengembangkan sistem persenjataan nuklir yang dapat mencapai wilayah AS. Pejabat militer Korsel menepis kemungkinan tes pekan lalu merupakan uji coba rudal jarak jauh. Menurut sumber militer itu, rudal tersebut merupakan versi terbaru misil Rodong.
Akademisi di Seoul, Yang Moo-jin, menyebut tes terbaru itu merupakan peluncuran peringatan hari lahir mendiang pemimpin Korut Kim Jong-il pada 16 Februari. Kim Jong-il merupakan ayah pemimpin Korut saat ini Kim Jong-un. ”Pyongyang sering merayakan peringatan penting dengan meluncurkan rudal,” ungkap Yang, profesor di University of North Korean Studies.
Pelaksana Presiden Korsel Hwang Gyo-ahn berjanji merespons peluncuran rudal tersebut. Sebelumnya Menteri Pertahanan (Menhan) AS James Mattis mengunjungi Seoul dan memperingatkan Pyongyang bahwa semua bentuk serangan nuklir akan mendapat respons efektif dan tegas.
Penasihat Keamanan Nasional Trump, Michael Flynn, berbicara dengan Penasihat Keamanan Nasional Korsel Kim Kwan-jin melalui telepon. ”Keduanya sepakat mencari cara mengatasi provokasi Korut di masa depan,” ungkap pernyataan Kantor Kepresidenan Korsel. PM Australia Malcolm Turnbull juga mengecam peluncuran itu sebagai ancaman perdamaian dan stabilitas regional.
Dia berjanji bekerja sama dengan China, Korsel, dan Jepang untuk menekan Korut. Pada Januari lalu, Kim Jongun menyatakan Pyongyang dalam tahap akhir pengembangan rudal balistik antarbenua (ICBM). Pernyataan itu dinilai untuk menekan presiden AS yang baru. Trump membalas pernyataan Kim dengan menulis di Twitter, ”Itu tidak akan terjadi.”
Analis senior di Institute of Defence and Strategic Studies, Singapura, James Char menyatakan, peluncuran rudal itu merupakan cara Pyongyang menunjukkan perlawanan terhadap Trump. Tes rudal itu juga menjadi ujian bagi Trump yang memerlukan bantuan dari aliansi Korut, China, untuk menghadapi Pyongyang.
Hubungan AS dan China membaik dalam beberapa hari terakhir setelah Trump menegaskan kembali Washington menghormati kebijakan satu China. Pernyataan Trump itu muncul saat pembicaraan melalui telepon dengan Presiden China Xi Jinping.
(esn)