416 Paus Pilot Terdampar di Selandia Baru
A
A
A
AUCKLAND - Ratusan sukarelawan dan petugas konservasi di Selandia Baru kemarin berlomba menyelamatkan lebih dari 416 paus pilot yang terdampar. Sebanyak 300 paus mati di Farewell Spit, Golden Bay, Selandia Baru Selatan. Itu menjadi salah satu insiden paus terdampar terbesar di negara tersebut.
Ratusan sukarelawan membentuk jaring manusia untuk mendorong paus kembali ke laut. Mereka berusaha menyelamatkan 60 paus dan memonitor 50 paus lainnya untuk berenang ke lautan lepas.
Para ilmuwan belum mengetahui penyebab paus tersebut terdampar. Beberapa ilmuwan mengungkapkan, hal itu terjadi karena paus sudah berusia tua, terluka, atau kesalahan navigasi yang menyebabkan mereka terdampar. Biasanya ketika ada satu paus terdampar, itu akan mengirimkan sinyal stres yang menarik paus lainnya ikut terdampar.
Kementerian Konservasi Selandia Baru menyatakan, mereka menerima laporan ratusan paus terdampar pada Kamis malam (9/2) lalu. Namun, mereka tidak meluncurkan operasi penyelamatan hingga kemarin pagi. Operasi penyelamatan terlalu berbahaya jika dilaksanakan pada malam hari.
“Insiden itu merupakan paus terdampar terbesar yang pernah terjadi di Selandia Baru,” ungkap Manajer Regional Keterangan Kementerian Konservasi Andrew Lamason dilansir New Zealand Herald.
Petugas Kementerian Konservaasi Mike Ogle mengatakan, paus yang selamat umumnya memiliki kondisi baik, di mana kulitnya dalam kondisi baik. Dia juga menyarankan agar tidak berada di dekat paus pada malam hari.
“Kita mendapatkan binatang berwarna gelap sehingga kita ingin banyak orang di sekitarnya pada malam hari,” kata Ogle kepada Radio New Zealand.
Lembaga amal mamalia laut Selandia Baru Project Jonah memimpin upaya penyelamatan 416 paus yang terdampar. “Untuk menyelamatkan paus yang terdampar harus tetap dingin, tenang, dan nyaman. Penyelamatan itu dilakukan tim medis kesehatan dan masyarakat umum,” demikian keterangan Project Jonah.
Menurut Ana Wiles, sukarelawan, paus yang terdampar mencoba berenang kembali ke perairan. Manusia yang membentuk jaringan di pantai berusaha mendorong mereka agar berenang ke perairan dalam.
“Tetapi, banyak paus yang tidak bisa bernapas,” kata Wiles kepada Stuff . Dia mengaku hanya bisa menyelamatkan sedikit paus. “Banyak paus yang meninggal di pantai, itu sungguh menyedihkan,” ujar Wiles.
Dia menceritakan, hal paling membahagiakan adalah ketika bisa menyelamatkan sepasang paus dengan bayi mereka kembali ke perairan dalam. Bukan hanya orang dewasa yang ikut membantu operasi penyelamatan paus. Anak-anak pun membantu mendinginkan dengan menyiramkan air laut ke paus yang terdampar. Mereka juga bernyanyi agar paus tidak stres.
Layanan feri menawarkan transportasi gratis kepada tim dokter hewan yang bisa memberikan operasi penyelamatan. Media televisi Selandia Baru juga melaporkan langsung operasi penyelamat paus. Hal itu menjadikan isu tersebut menarik perhatian publik. Selandia merupakan salah satu lokasi paling sering ikan terdampar.
Menurut Project Jonah, setiap tahun sekitar 300 paus dan lumba-lumba terdampar setiap tahun. Kebanyakan terdampar di Farewell Spit. “Banyaknya paus yang terdampar kali ini sangat mengejutkan,” kata Manajer Project Jonah Darren Grover dilansir Reuters . Dia juga menambahkan, 75% dari 416 paus yang terdampar telah mati.
Sekitar 50 paus sedang dimonitor untuk berenang ke lautan lepas. “Paus pilot memang kerap terjebak di sini (Golden Bay),” kata Grover. Menurut Grover, sebanyak 200 sukarelawan ikut membantu proses penyelamatan. Project Jonah akan menilai ulang situasi sekitar pukul 06.00 pagi ini. “Jika ada operasi penyelamatan lanjutan, kami akan memberitahukan melalui akun Facebook kami,” paparnya.
Dia juga menjamin bahwa sukarelawan mempersiapkan diri. Andrew Lamason, Manajer Operasional Kementerian Konservasi untuk Golden Bay, mengatakan, sebanyak 500 sukarelawanikutmembantuprosespenyelamatan. “Mereka berusaha menjaga 90 paus agar tetap nyaman,” ujarnya.
Mereka meletakkan kain di tubuh paus dan menyiraminya agar tetap basah. “Kami menyiapkan operasi penyelamatan untuk besok (hari ini),” kata dia. Menteri Konservasi Selandia Baru Maggie Barrie memuji sikap heroik masyarakat yang ikut menyelamatkan paus. “Project Jonah, sukarelawan lokal, dan staf Kementerian Konservasi bekerja keras menyelamatkan paus,” ucapnya.
Para peneliti mengatakan, perairan dangkal kerap menyebabkan paus tidak mampu mengendalikan navigasi mereka. “Farewell Spit merupakan perangkap paus,” kata Danny Glover, anggota tim penyelamat, dilansir BBC. Gelombang pasang di Farewell hanya sejauh 5 km dengan kedalaman 3 meter.
Menurut pakar biologi kelautan Universitas Auckland, Rochelle Constantine, insiden itu merupakan paus terdampar terbesar ketiga di Selandia Baru. “Perlunya upaya besar-besaran untuk melakukan penyelamatan dari segi logistik,” katanya kepada TVNZ.
Setiap tahun sebanyak 85 paus terdampar di Selandia Baru, termasuk di Pantai Ninety Mile, Mahia Peninsula, Pulau Stewart, dan Farewell Spit di Golden Bay.
Khusus di Farewell Spit, garis pantainya cukup mengganggu sistem navigasi paus pilot. Selain itu, sering terdapat arus lokal yang kuat di teluk tersebut. “Paus itu membuat kesalahan dan terjebak di perairan dangkal. Paus memiliki ikatan sosial yang sangat kuat karena mereka kerap melakukan pergerakan yang sangat besar pada saat yang sama,” ungkap Constantine.
Ratusan sukarelawan membentuk jaring manusia untuk mendorong paus kembali ke laut. Mereka berusaha menyelamatkan 60 paus dan memonitor 50 paus lainnya untuk berenang ke lautan lepas.
Para ilmuwan belum mengetahui penyebab paus tersebut terdampar. Beberapa ilmuwan mengungkapkan, hal itu terjadi karena paus sudah berusia tua, terluka, atau kesalahan navigasi yang menyebabkan mereka terdampar. Biasanya ketika ada satu paus terdampar, itu akan mengirimkan sinyal stres yang menarik paus lainnya ikut terdampar.
Kementerian Konservasi Selandia Baru menyatakan, mereka menerima laporan ratusan paus terdampar pada Kamis malam (9/2) lalu. Namun, mereka tidak meluncurkan operasi penyelamatan hingga kemarin pagi. Operasi penyelamatan terlalu berbahaya jika dilaksanakan pada malam hari.
“Insiden itu merupakan paus terdampar terbesar yang pernah terjadi di Selandia Baru,” ungkap Manajer Regional Keterangan Kementerian Konservasi Andrew Lamason dilansir New Zealand Herald.
Petugas Kementerian Konservaasi Mike Ogle mengatakan, paus yang selamat umumnya memiliki kondisi baik, di mana kulitnya dalam kondisi baik. Dia juga menyarankan agar tidak berada di dekat paus pada malam hari.
“Kita mendapatkan binatang berwarna gelap sehingga kita ingin banyak orang di sekitarnya pada malam hari,” kata Ogle kepada Radio New Zealand.
Lembaga amal mamalia laut Selandia Baru Project Jonah memimpin upaya penyelamatan 416 paus yang terdampar. “Untuk menyelamatkan paus yang terdampar harus tetap dingin, tenang, dan nyaman. Penyelamatan itu dilakukan tim medis kesehatan dan masyarakat umum,” demikian keterangan Project Jonah.
Menurut Ana Wiles, sukarelawan, paus yang terdampar mencoba berenang kembali ke perairan. Manusia yang membentuk jaringan di pantai berusaha mendorong mereka agar berenang ke perairan dalam.
“Tetapi, banyak paus yang tidak bisa bernapas,” kata Wiles kepada Stuff . Dia mengaku hanya bisa menyelamatkan sedikit paus. “Banyak paus yang meninggal di pantai, itu sungguh menyedihkan,” ujar Wiles.
Dia menceritakan, hal paling membahagiakan adalah ketika bisa menyelamatkan sepasang paus dengan bayi mereka kembali ke perairan dalam. Bukan hanya orang dewasa yang ikut membantu operasi penyelamatan paus. Anak-anak pun membantu mendinginkan dengan menyiramkan air laut ke paus yang terdampar. Mereka juga bernyanyi agar paus tidak stres.
Layanan feri menawarkan transportasi gratis kepada tim dokter hewan yang bisa memberikan operasi penyelamatan. Media televisi Selandia Baru juga melaporkan langsung operasi penyelamat paus. Hal itu menjadikan isu tersebut menarik perhatian publik. Selandia merupakan salah satu lokasi paling sering ikan terdampar.
Menurut Project Jonah, setiap tahun sekitar 300 paus dan lumba-lumba terdampar setiap tahun. Kebanyakan terdampar di Farewell Spit. “Banyaknya paus yang terdampar kali ini sangat mengejutkan,” kata Manajer Project Jonah Darren Grover dilansir Reuters . Dia juga menambahkan, 75% dari 416 paus yang terdampar telah mati.
Sekitar 50 paus sedang dimonitor untuk berenang ke lautan lepas. “Paus pilot memang kerap terjebak di sini (Golden Bay),” kata Grover. Menurut Grover, sebanyak 200 sukarelawan ikut membantu proses penyelamatan. Project Jonah akan menilai ulang situasi sekitar pukul 06.00 pagi ini. “Jika ada operasi penyelamatan lanjutan, kami akan memberitahukan melalui akun Facebook kami,” paparnya.
Dia juga menjamin bahwa sukarelawan mempersiapkan diri. Andrew Lamason, Manajer Operasional Kementerian Konservasi untuk Golden Bay, mengatakan, sebanyak 500 sukarelawanikutmembantuprosespenyelamatan. “Mereka berusaha menjaga 90 paus agar tetap nyaman,” ujarnya.
Mereka meletakkan kain di tubuh paus dan menyiraminya agar tetap basah. “Kami menyiapkan operasi penyelamatan untuk besok (hari ini),” kata dia. Menteri Konservasi Selandia Baru Maggie Barrie memuji sikap heroik masyarakat yang ikut menyelamatkan paus. “Project Jonah, sukarelawan lokal, dan staf Kementerian Konservasi bekerja keras menyelamatkan paus,” ucapnya.
Para peneliti mengatakan, perairan dangkal kerap menyebabkan paus tidak mampu mengendalikan navigasi mereka. “Farewell Spit merupakan perangkap paus,” kata Danny Glover, anggota tim penyelamat, dilansir BBC. Gelombang pasang di Farewell hanya sejauh 5 km dengan kedalaman 3 meter.
Menurut pakar biologi kelautan Universitas Auckland, Rochelle Constantine, insiden itu merupakan paus terdampar terbesar ketiga di Selandia Baru. “Perlunya upaya besar-besaran untuk melakukan penyelamatan dari segi logistik,” katanya kepada TVNZ.
Setiap tahun sebanyak 85 paus terdampar di Selandia Baru, termasuk di Pantai Ninety Mile, Mahia Peninsula, Pulau Stewart, dan Farewell Spit di Golden Bay.
Khusus di Farewell Spit, garis pantainya cukup mengganggu sistem navigasi paus pilot. Selain itu, sering terdapat arus lokal yang kuat di teluk tersebut. “Paus itu membuat kesalahan dan terjebak di perairan dangkal. Paus memiliki ikatan sosial yang sangat kuat karena mereka kerap melakukan pergerakan yang sangat besar pada saat yang sama,” ungkap Constantine.
(esn)