Polisi Nakal Bunuh Pria Korsel, Duterte Bubarkan Badan Anti-Narkoba
A
A
A
MANILA - Presiden Filipina Rodrigo Duterte dibuat malu oleh oknum polisi nakal yang membunuh pengusaha Korea Selatan (Korsel) dalam perang melawan narkoba. Duterte memutuskan untuk membubarkan Badan Anti-Narkoba di Kepolisian Filipina.
Meski demikian, Duterte mengaku akan membentuk unit baru dengan tugas serupa namun namanya belum diungkap.
Duterte bersama Direktur Polisi Nasional Filipina (PNP) Jenderal Ronald dela Rosa dalam konferensi pers mengatakan unit baru akan dibentuk untuk mendukung kampanye perang melawan narkoba.
Dela Rosa mendukung keputusan atasannya. ”Kami akan membubarkan semua unit anti-narkoba di kepolisian,” ujarnya.”Saya akan melakukan tugas saya untuk yang terbaik dari kemampuan saya. Saya harap saya tidak akan gagal untuk presiden dan rakyat Filipina,” lanjut Dela Rosa, seperti dikutip IB Times (30/1/2017).
Duterte menjelaskan bahwa unit baru nantinya akan bermitra dengan Drug Enforcement Agency Filipina (PDEA).
”Saya akan mendirikan komando baru. Ini bisa menjadi komando (anti) narkotika atau apapun namanya yang tepat. Tapi nama tidak penting,” kata Duterte. ”Keseluruhan kepemimpinan adalah di PDEA,” ujarnya.
Duterte menunjuk Isidro Lapena sebagai pemimpin unit tersebut. Lapena merupakan Kepala Polisi Davao saat Duterte menjabat sebagai wali kota di wilayah itu. “Saya tidak punya alasan untuk meragukan integritasnya,” imbuh Duterte.
Duterte mengaku malu atas ulah polisi nakal yang menculik dan membunuh pengusaha top asal Korsel Jee Ih-joo dari rumahnya di Kota Angeles, dekat Manila, pada bulan Oktober dengan alasan merazia narkoba.
Para polisi nakal itu mencekik korban dan membawanya ke markas polisi nasional. Mereka menuntut keluarganya membayar tebusan dan berpura-pura meyakinkan pihak keluarga bahwa korban masih hidup, padahal pada kenyataannya korban sudah meninggal.
Para polisi nakal itu kemudian melarikan diri. Mereka diberi waktu 48 jam untuk menyerahkan diri. Duterte juga mengumumkan daftar para buron tersebut dengan imbalan hadiah lima juta peso bagi siapa pun yang menangkap mereka hidup atau mati.
Meski demikian, Duterte mengaku akan membentuk unit baru dengan tugas serupa namun namanya belum diungkap.
Duterte bersama Direktur Polisi Nasional Filipina (PNP) Jenderal Ronald dela Rosa dalam konferensi pers mengatakan unit baru akan dibentuk untuk mendukung kampanye perang melawan narkoba.
Dela Rosa mendukung keputusan atasannya. ”Kami akan membubarkan semua unit anti-narkoba di kepolisian,” ujarnya.”Saya akan melakukan tugas saya untuk yang terbaik dari kemampuan saya. Saya harap saya tidak akan gagal untuk presiden dan rakyat Filipina,” lanjut Dela Rosa, seperti dikutip IB Times (30/1/2017).
Duterte menjelaskan bahwa unit baru nantinya akan bermitra dengan Drug Enforcement Agency Filipina (PDEA).
”Saya akan mendirikan komando baru. Ini bisa menjadi komando (anti) narkotika atau apapun namanya yang tepat. Tapi nama tidak penting,” kata Duterte. ”Keseluruhan kepemimpinan adalah di PDEA,” ujarnya.
Duterte menunjuk Isidro Lapena sebagai pemimpin unit tersebut. Lapena merupakan Kepala Polisi Davao saat Duterte menjabat sebagai wali kota di wilayah itu. “Saya tidak punya alasan untuk meragukan integritasnya,” imbuh Duterte.
Duterte mengaku malu atas ulah polisi nakal yang menculik dan membunuh pengusaha top asal Korsel Jee Ih-joo dari rumahnya di Kota Angeles, dekat Manila, pada bulan Oktober dengan alasan merazia narkoba.
Para polisi nakal itu mencekik korban dan membawanya ke markas polisi nasional. Mereka menuntut keluarganya membayar tebusan dan berpura-pura meyakinkan pihak keluarga bahwa korban masih hidup, padahal pada kenyataannya korban sudah meninggal.
Para polisi nakal itu kemudian melarikan diri. Mereka diberi waktu 48 jam untuk menyerahkan diri. Duterte juga mengumumkan daftar para buron tersebut dengan imbalan hadiah lima juta peso bagi siapa pun yang menangkap mereka hidup atau mati.
(mas)