Operasi Anti Teror Perdana Trump, 1 Tentara AS Tewas

Minggu, 29 Januari 2017 - 21:50 WIB
Operasi Anti Teror Perdana Trump, 1 Tentara AS Tewas
Operasi Anti Teror Perdana Trump, 1 Tentara AS Tewas
A A A
WASHINGTON - Seorang pejabat senior Amerika Serikat (AS) mengatakan satu tentara tewas dan tiga lainnya terluka dalam baku tembak sengit dengan kelompok Al-Qaeda di Yaman. Serangan itu adalah operasi kontra terorisme pertama yang disetujui oleh Presiden Trump sejak ia menjabat sembilan hari lalu.

Pasukan AS terjun dari pesawat terbang jenis Osprey untuk melakukan serangan fajar di darat di Provinsi Bayda dan berlangsung kurang lebih satu jam. Targetnya adalah bangunan atau sejumlah bangunan berisi informasi yang menurut pejabat kontra terorisme dianggap cukup berharga untuk menjamin lebih baik melakukan operasi darat ketimbang udara, kata pejabat AS.

"Kami sangat sedih dengan hilangnya salah satu anggota divisi elit kami. Pengorbanan yang sangat besar dalam perjuangan kami melawan teroris yang mengancam masyarakat tidak berdosa di seluruh dunia," kata Kepala Komando Pusat Pentagon, Jenderal Joseph Votel, dinukil dari New York Times, Minggu (29/1/2017).

Pernyataan itu juga mengatakan sebuah pesawat militer turut membantu dalam operasi darat di dekatnya, meninggalkan seorang tentara yang keempat yang cedera. Pesawat, yang diidentifikasi sebagai V-22 Osprey dikirim untuk mengevakuasi pasukan yang terluka dalam serangan itu, tidak dapat terbang setelah pendaratan dan dihancurkan serangan udara AS.

"Diperkirakan 14 anggota Al-Qaeda tewas dalam serangan, yang menuntun pada mendapatkan informasi yang mungkin akan memberikan wawasan dalam perencanaan rencana teror di masa depan," kata pernyataan itu.

Seorang pejabat senior AS membantah laporan dari daerah bahwa sejumlah perempuan dan anak-anak sipil termasuk di antara korban tewas.

Lebih dari seminggu yang lalu, diduga serangan drone AS menewaskan tiga militan yang diyakini anggota Al-Qaeda di Provinsi Bayda dalam serangan pertama kali yang dilaporkan dilakukan oleh negara itu sejak Donald Trump menjadi presiden.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4927 seconds (0.1#10.140)