Eks Pemimpin Soviet Bilang Dunia Tengah Mempersiapkan Perang
A
A
A
MOSKOW - Mantan pemimpin Uni Soviet, Mikhail Gorbachev, mengungkapkan kekhawatiran terhadap kondisi dunia internasional saat ini. Dalam opini yang ditulisnya untuk majalah Time, Gorbachev menyatakan dunia seolah-olah tengah mempersiapkan diri untuk perang.
"Tentara, tank, dan kendaraan lapis baja mengangkut lebih banyak personil ke Eropa. NATO dan pasukan Rusia dan senjata yang digunakan untuk ditempatkan lebih dekat satu sama lain, seolah untuk menembak titik kosong," tulis pria berusia 85 tahun itu seperti disitat dari NBC News, Sabtu (28/1/2017).
"Politisi dan pemimpin militer terdengar semakin agresif dan mempertahankan doktrin lebih berbahaya. Komentator dan tokoh televisi bergabung dalam paduan suara permusuhan. Semuanya tampak seolah-olah dunia sedang mempersiapkan perang," imbuh peraih Nobel Perdamaian tahun 1990 itu.
Gorbachev juga menyinggung soal kesepakatan Rusia dengan Amerika Serikat (AS) untuk mengurangi persenjataan nuklir mereka. Presiden AS Donald Trump telah menyatankan ia bisa meningkatkan jumlah senjata nuklir, sebuah keputusan yang bertentangan dengan kebijakan AS yang telah berjalan selama beberapa dekade.
"Sementara anggaran negara sedang berjuang untuk membiayai kebutuhan esensial sosial masyarakat, belanja militer tumbuh. Uang dengan mudah menemukan senjata canggih dengan kekuatan destruktif berimbang dengan senjata pemusnah massal, karena kapal selam salvo tunggal mampu menghancurkan setengah benua karena sistem pertahanan rudal yang melemahkan stabilitas strategis," kata Gorbachev.
Gorbachev pun mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengadopsi resolusi yang menyatakan perang nuklir tidak dapat diterima dan tidak boleh berperang. Ia pun menyatakan bahwa inisiatif untuk penandatanganan itu harus datang dari Trump dan Putin.
"Tentara, tank, dan kendaraan lapis baja mengangkut lebih banyak personil ke Eropa. NATO dan pasukan Rusia dan senjata yang digunakan untuk ditempatkan lebih dekat satu sama lain, seolah untuk menembak titik kosong," tulis pria berusia 85 tahun itu seperti disitat dari NBC News, Sabtu (28/1/2017).
"Politisi dan pemimpin militer terdengar semakin agresif dan mempertahankan doktrin lebih berbahaya. Komentator dan tokoh televisi bergabung dalam paduan suara permusuhan. Semuanya tampak seolah-olah dunia sedang mempersiapkan perang," imbuh peraih Nobel Perdamaian tahun 1990 itu.
Gorbachev juga menyinggung soal kesepakatan Rusia dengan Amerika Serikat (AS) untuk mengurangi persenjataan nuklir mereka. Presiden AS Donald Trump telah menyatankan ia bisa meningkatkan jumlah senjata nuklir, sebuah keputusan yang bertentangan dengan kebijakan AS yang telah berjalan selama beberapa dekade.
"Sementara anggaran negara sedang berjuang untuk membiayai kebutuhan esensial sosial masyarakat, belanja militer tumbuh. Uang dengan mudah menemukan senjata canggih dengan kekuatan destruktif berimbang dengan senjata pemusnah massal, karena kapal selam salvo tunggal mampu menghancurkan setengah benua karena sistem pertahanan rudal yang melemahkan stabilitas strategis," kata Gorbachev.
Gorbachev pun mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengadopsi resolusi yang menyatakan perang nuklir tidak dapat diterima dan tidak boleh berperang. Ia pun menyatakan bahwa inisiatif untuk penandatanganan itu harus datang dari Trump dan Putin.
(ian)