Pertemuan Suriah di Astana Hasilkan Komunike Bersama
A
A
A
ASTANA - Pertemuan Suriah yang dihelat di Ibu Kota Kazakhstan, Astana, menghasilkan komunike bersama tiga negara yang menginisiasi pertemuan tersebut; Rusia, Turki, Iran. Komunike bersama itu memuat sejumlah poin untuk mewujudkan perdamaian di Suriah.
Seperti dikutip dari Al Jazeera, Rabu (25/1/2017), salah satu poin dalam komunike bersama itu adalah baik Rusia, Turki, dan Iran akan memperkuat gencatan senjata yang rapuh di Suriah.
"Memutuskan untuk membentuk mekanisme trilateral untuk mengamati dan memastikan semua pihak patuh dengan gencatan senjata, mencegah provokasi apapun dan menentukan dengan tepat bagaimana gencatan senjata berjalan," begitu bunyi komunike bersama itu.
Poin lain dari komunike bersama itu juga menegaskan tekad mereka untuk memerangi bersama-sama kelompok ISIS/Daesh dan Front Al-Nusra. Mereka juga meminta kelompok oposisi memisahkan diri dari kelompok teroris tersebut.
Dalam komunike bersama itu ketiga negara tersebut juga mendukung kehadiran perwakilan kelompok oposisi bersenjata dalam perundingan putaran berikutnya di Jenewa, Swiss. Perundingan yang dinaungi oleh PBB itu rencananya akan dihelat pada 8 Februari 2017.
Komunike itu juga menegaskan jika pertemuan di Astana adalah sebuah platform yang efektif untuk dialog langsung antara pemerintah dan oposisi seperti yang dipersyaratkan oleh resolusi Dewan Keamanan PBB 2254.
Seperti dikutip dari Al Jazeera, Rabu (25/1/2017), salah satu poin dalam komunike bersama itu adalah baik Rusia, Turki, dan Iran akan memperkuat gencatan senjata yang rapuh di Suriah.
"Memutuskan untuk membentuk mekanisme trilateral untuk mengamati dan memastikan semua pihak patuh dengan gencatan senjata, mencegah provokasi apapun dan menentukan dengan tepat bagaimana gencatan senjata berjalan," begitu bunyi komunike bersama itu.
Poin lain dari komunike bersama itu juga menegaskan tekad mereka untuk memerangi bersama-sama kelompok ISIS/Daesh dan Front Al-Nusra. Mereka juga meminta kelompok oposisi memisahkan diri dari kelompok teroris tersebut.
Dalam komunike bersama itu ketiga negara tersebut juga mendukung kehadiran perwakilan kelompok oposisi bersenjata dalam perundingan putaran berikutnya di Jenewa, Swiss. Perundingan yang dinaungi oleh PBB itu rencananya akan dihelat pada 8 Februari 2017.
Komunike itu juga menegaskan jika pertemuan di Astana adalah sebuah platform yang efektif untuk dialog langsung antara pemerintah dan oposisi seperti yang dipersyaratkan oleh resolusi Dewan Keamanan PBB 2254.
(ian)