Trump Kritik Uni Eropa dan NATO
A
A
A
WASHINGTON - Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengkritik Uni Eropa (UE) dan NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) hanya beberapa hari sebelum pelantikannya.
Trump menganggap, UE hanya menjadi ”kendaraan” bagi Jerman di mana Kanselir Angela Merkel menekan anggota blok ekonomi dan politik itu untuk menerima skema pembagian migran. UE juga melakukan ekspansi keanggotaan tanpa berpikir soal efektivitas dan efisiensi kinerja aliansi tersebut.
Kemudian, semua kebijakan UE dipandang hanya dikendalikan oleh segelintir pemimpin UE semata, bukan berdasarkan kepentingan bersama. ”Jika kamu melihat UE, itu sama seperti Jerman. Itu pada dasarnya adalah kendaraan bagi Jerman,” tuding Trump dalam wawancara dengan harian asal Inggris, Times, dan media asal Jerman, Bild, dilansir AFP.
”Saya pikir dia (Merkel) membuat bencana paling parah dengan menampung seluruh migran ilegal,” tuturnya. Padahal, menampung migran tanpa dokumen justru akan membahayakan keamanan negara-negara Eropa. Namun, Trump memuji Merkel. Dia mengungkapkan, Merkel merupakan ”pemimpin Eropa yang paling penting”.
Merkel membuka kebijakan pintu terbuka dengan menampung 890.000 pencari suaka pada 2015. Pada 2016 jumlah pengungsi yang masuk ke Jerman menurun hanya 280.000. Kebijakan Merkel itu justru memicu gerakan antimigran yang berkembang pesat. Selanjutnya, miliarder asal New York itu juga mengaitkan isu migran dengan referendum Inggris yang menghasilkan keputusan agar mereka keluar dari UE.
Trump yakin, jika negara-negara Eropa tidak dipaksa menampung para pengungsi yang sangat banyak, rakyat Inggris tidak akan memiliki Brexit (Britain Exit). ”Brexit merupakan suatu yang akan berakhir dengan sesuatu yang hebat,” puji Trump. Dia mendukung kesepakatan perdagangan dengan Inggris setelah melepaskan diri dari UE.
”Kita akan bekerja lebih keras dan melaksanakannya dengan cepat dan selayaknya,” ujarnya. Dia juga akan bertemu dengan Perdana Menteri (PM) Theresa May setelah pelantikan pada 20 Januari mendatang. Menurut Trump, banyak negara Eropa lain yang akan meninggalkan UE di masa mendatang. Itu disebabkan tekanan UE agar negara anggota blok itu menerima migran yang membanjiri benua Eropa.
”Jika mereka tidak dipaksa untuk menampung pengungsi dengan segala permasalahannya, saya pikir tidak ada Brexit,” tuturnya. Belajar dari kasus di Eropa, Trump berjanji akan menerapkan kebijakan yang keras dalam hal imigrasi. ”Orang tidak ingin orang lain datang dan merusak negara mereka.
Kita akan memiliki perbatasan yang kuat sejak hari pertama saya bekerja (sebagai presiden),” tuturnya. Perdana Menteri (PM) Inggris Theresa May kemarin menyambut komitmen Trump terhadap kesepakatan perdagangan dengan Inggris. ”May memperkirakan, pertemuan pertama dengan Inggris akan dilaksanakan di AS,” kata juru bicara kantor PM May, dikutip AFP.
Hal senada diungkapkan Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris Boris Johnson tentang komentar tawaran kerja sama perdagangan dengan Inggris. ”Saya pikir itu berita baik kalau AS ingin kerja sama perdagangan bebas dengan kita,” katanya dalam pertemuan dengan menlu UE di Brussels.
NATO Sudah Usang
Trump menganggap NATO merupakan aliansi yang ”usang”. Dia mengatakan sejak lama bahwa NATO memiliki banyak masalah. ”Nomor pertama, itu (NATO) itu usang karena itu didesain beberapa tahun yang lalu,” ujarnya. Nomor dua adalah banyak negara-negara yang tidak membayar apa yang seharusnya mereka bayar.
NATO sebenarnya dalam situasi memanas setelah aneksasi Crimea dan keterlibatan Rusia di Ukraina. Saat berkampanye, Trump mengungkapkan, dia berpikir dua kali untuk membantu NATO jika AS tidak mendapatkan hal yang masuk akal atas apa yang telah Washington bayarkan kepada aliansi pertahanan tersebut.
Kritikan Trump sangat masuk akal karena kontributor pertama dan utama NATO adalah AS. AS memasok 70% anggaran aliansi tersebut. Anggaran merupakan sumber friksi utama bagi aliansi yang beranggotakan 28 negara selama bertahun-tahun. ”Anggota NATO tidak membayar dengan adil. Hanya lima negara yang membiayai NATO. Hanya lima. Tidakbanyak,” ungkapTrump.
Sementara, NATO kemarin menegaskan bahwa mereka masih percaya dengan komitmen keamanan AS terhadap Eropa. Kepala NATO Jens Stoltenberg masih akan bekerja sama dengan Trump dan pemerintahannya. ”NATO yang kuat baik untuk AS, juga baik untuk Eropa,” tegasnya.
Dia menambahkan, dirinya dan Trump telah berdiskusi mengenai pertahanan dan peningkatan anggaran. Trump juga akan mempererat kerja sama dengan Rusia yang mendapatkan sanksi dari pemerintahan Presiden Barack Obama dan UE. ”Mari kita lihat jika kita membuat beberapa kesepakatan yang baik dengan Rusia,” kata Trump.
Dia mengatakan, pemerintahan mendatang akan mengajukan kesepakatan pengurangan cadangan nuklir dan sanksi terhadap Moskow. ”Rusia telah terluka cukup parah karena sanksi. Tetapi, saya pikir sesuatu akan terjadi, di mana banyak orang akan mendapatkan keuntungan,” kata Trump.
Sayangnya, dia tidak menjelaskan detail mengenai hal tersebut. Bagaimana tanggapan Kremlin? Juru Bicara Pemerintah Rusia Dmitry Peskov mengatakan, Moskow akan menunggu hingga Trump dilantik untuk berkomentar mengenai kesepakatan yang diajukan. Dia mengabaikan laporan media mengenai rencana pertemuan Trump dan Putin. ”Saat ini belum ada kesepakatan awal, baik draf atau persiapan untuk pertemuan, karena Presiden Putin dan Trump belum berdiskusi,” tutur Peskov.
Trump menganggap, UE hanya menjadi ”kendaraan” bagi Jerman di mana Kanselir Angela Merkel menekan anggota blok ekonomi dan politik itu untuk menerima skema pembagian migran. UE juga melakukan ekspansi keanggotaan tanpa berpikir soal efektivitas dan efisiensi kinerja aliansi tersebut.
Kemudian, semua kebijakan UE dipandang hanya dikendalikan oleh segelintir pemimpin UE semata, bukan berdasarkan kepentingan bersama. ”Jika kamu melihat UE, itu sama seperti Jerman. Itu pada dasarnya adalah kendaraan bagi Jerman,” tuding Trump dalam wawancara dengan harian asal Inggris, Times, dan media asal Jerman, Bild, dilansir AFP.
”Saya pikir dia (Merkel) membuat bencana paling parah dengan menampung seluruh migran ilegal,” tuturnya. Padahal, menampung migran tanpa dokumen justru akan membahayakan keamanan negara-negara Eropa. Namun, Trump memuji Merkel. Dia mengungkapkan, Merkel merupakan ”pemimpin Eropa yang paling penting”.
Merkel membuka kebijakan pintu terbuka dengan menampung 890.000 pencari suaka pada 2015. Pada 2016 jumlah pengungsi yang masuk ke Jerman menurun hanya 280.000. Kebijakan Merkel itu justru memicu gerakan antimigran yang berkembang pesat. Selanjutnya, miliarder asal New York itu juga mengaitkan isu migran dengan referendum Inggris yang menghasilkan keputusan agar mereka keluar dari UE.
Trump yakin, jika negara-negara Eropa tidak dipaksa menampung para pengungsi yang sangat banyak, rakyat Inggris tidak akan memiliki Brexit (Britain Exit). ”Brexit merupakan suatu yang akan berakhir dengan sesuatu yang hebat,” puji Trump. Dia mendukung kesepakatan perdagangan dengan Inggris setelah melepaskan diri dari UE.
”Kita akan bekerja lebih keras dan melaksanakannya dengan cepat dan selayaknya,” ujarnya. Dia juga akan bertemu dengan Perdana Menteri (PM) Theresa May setelah pelantikan pada 20 Januari mendatang. Menurut Trump, banyak negara Eropa lain yang akan meninggalkan UE di masa mendatang. Itu disebabkan tekanan UE agar negara anggota blok itu menerima migran yang membanjiri benua Eropa.
”Jika mereka tidak dipaksa untuk menampung pengungsi dengan segala permasalahannya, saya pikir tidak ada Brexit,” tuturnya. Belajar dari kasus di Eropa, Trump berjanji akan menerapkan kebijakan yang keras dalam hal imigrasi. ”Orang tidak ingin orang lain datang dan merusak negara mereka.
Kita akan memiliki perbatasan yang kuat sejak hari pertama saya bekerja (sebagai presiden),” tuturnya. Perdana Menteri (PM) Inggris Theresa May kemarin menyambut komitmen Trump terhadap kesepakatan perdagangan dengan Inggris. ”May memperkirakan, pertemuan pertama dengan Inggris akan dilaksanakan di AS,” kata juru bicara kantor PM May, dikutip AFP.
Hal senada diungkapkan Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris Boris Johnson tentang komentar tawaran kerja sama perdagangan dengan Inggris. ”Saya pikir itu berita baik kalau AS ingin kerja sama perdagangan bebas dengan kita,” katanya dalam pertemuan dengan menlu UE di Brussels.
NATO Sudah Usang
Trump menganggap NATO merupakan aliansi yang ”usang”. Dia mengatakan sejak lama bahwa NATO memiliki banyak masalah. ”Nomor pertama, itu (NATO) itu usang karena itu didesain beberapa tahun yang lalu,” ujarnya. Nomor dua adalah banyak negara-negara yang tidak membayar apa yang seharusnya mereka bayar.
NATO sebenarnya dalam situasi memanas setelah aneksasi Crimea dan keterlibatan Rusia di Ukraina. Saat berkampanye, Trump mengungkapkan, dia berpikir dua kali untuk membantu NATO jika AS tidak mendapatkan hal yang masuk akal atas apa yang telah Washington bayarkan kepada aliansi pertahanan tersebut.
Kritikan Trump sangat masuk akal karena kontributor pertama dan utama NATO adalah AS. AS memasok 70% anggaran aliansi tersebut. Anggaran merupakan sumber friksi utama bagi aliansi yang beranggotakan 28 negara selama bertahun-tahun. ”Anggota NATO tidak membayar dengan adil. Hanya lima negara yang membiayai NATO. Hanya lima. Tidakbanyak,” ungkapTrump.
Sementara, NATO kemarin menegaskan bahwa mereka masih percaya dengan komitmen keamanan AS terhadap Eropa. Kepala NATO Jens Stoltenberg masih akan bekerja sama dengan Trump dan pemerintahannya. ”NATO yang kuat baik untuk AS, juga baik untuk Eropa,” tegasnya.
Dia menambahkan, dirinya dan Trump telah berdiskusi mengenai pertahanan dan peningkatan anggaran. Trump juga akan mempererat kerja sama dengan Rusia yang mendapatkan sanksi dari pemerintahan Presiden Barack Obama dan UE. ”Mari kita lihat jika kita membuat beberapa kesepakatan yang baik dengan Rusia,” kata Trump.
Dia mengatakan, pemerintahan mendatang akan mengajukan kesepakatan pengurangan cadangan nuklir dan sanksi terhadap Moskow. ”Rusia telah terluka cukup parah karena sanksi. Tetapi, saya pikir sesuatu akan terjadi, di mana banyak orang akan mendapatkan keuntungan,” kata Trump.
Sayangnya, dia tidak menjelaskan detail mengenai hal tersebut. Bagaimana tanggapan Kremlin? Juru Bicara Pemerintah Rusia Dmitry Peskov mengatakan, Moskow akan menunggu hingga Trump dilantik untuk berkomentar mengenai kesepakatan yang diajukan. Dia mengabaikan laporan media mengenai rencana pertemuan Trump dan Putin. ”Saat ini belum ada kesepakatan awal, baik draf atau persiapan untuk pertemuan, karena Presiden Putin dan Trump belum berdiskusi,” tutur Peskov.
(esn)