Beijing Tegaskan Kebijakan Satu China

Selasa, 10 Januari 2017 - 20:58 WIB
Beijing Tegaskan Kebijakan...
Beijing Tegaskan Kebijakan Satu China
A A A
SHANGHAI - Tabloid Global Times yang dikelola otoritas China memperingatkan Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih Donald Trump bahwa Beijing akan membalas jika Washington menghentikan Kebijakan Satu China. Peringatan itu muncul hanya beberapa jam setelah Presiden Taiwan Tsai Ing-wen transit di Houston.

Tsai bertemu anggota parlemen dari Partai Republik saat singgah di Houston pada Minggu (8/1) dalam rute ke Amerika Tengah. Dalam rangkaian lawatan itu, Tsai akan mengunjungi Honduras, Nikaragua, Guatemala, dan El Salvador. Presiden Tsai akan berhenti di San Francisco pada 13 Januari saat dia akan kembali ke Taiwan.

Beijing meminta AS tidak mengizinkan Tsai masuk AS atau melakukan pertemuan resmi dengan Pemerintah AS sesuai dengan Kebijakan Satu China. Beijing menganggap Taiwan sebagai provinsinya yang membangkang sehingga tidak dapat melakukan kerja sama antarnegara. Masalah kedaulatan Taiwan merupakan isu sensitif bagi China. Foto yang diunggal di Twitter oleh Gubernur Texas Greg Abbott menunjukkan dia bertemu Tsai.

Dalam pertemuan itu, terpasang bendera nasional AS, negara bagian Texas dan Taiwan. Kantor Tsai juga menyatakan, presiden Taiwan juga berbicara melalui telepon dengan Senator AS John McCain yang sekaligus ketua Komite Senat untuk Layanan Persenjataan. Tsai juga bertemu Senator Texas Ted Cruz.

”Berpegang pada Kebijakan Satu China itu bukan permintaan oleh China pada presiden AS, tapi kewajiban presiden AS untuk menjaga hubungan China-AS dan menghormati ketertiban yang ada di Asia-Pasifik,” papar tajuk Global Times, dikutip kantor berita Reuters.

Tabloid berpengaruh itu diterbitkan oleh People’s Daily yang secara resmi menjadi corong Partai Komunis China. Trump memicu protes dari Beijing bulan lalu karena menerima telepon ucapan selamat dari Tsai. China juga mempertanyakan komitmen AS terhadap sikap Beijing bahwa Taiwan bagian dari China.

”Jika Trump menolak Kebijakan Satu China setelah menjabat, rakyat China akan meminta pemerintah membalasnya. Tidak ada ruang untuk tawar-menawar,” ungkap Global Times. Cruz menjelaskan, beberapa anggota Kongres telah menerima surat dari konsulat China yang meminta mereka tidak bertemu Tsai saat transit tersebut.

”Republik Rakyat China perlu memahami bahwa di AS kami membuat keputusan bertemu para tamu untuk kami sendiri,” kata Cruz. ”Ini bukan tentang Republik Rakyat China. Ini tentang hubungan AS dengan Taiwan, aliansi yang kami memiliki ikatan legal untuk membela,” kata Cruz.

Cruz menjelaskan, dia dan Tsai membahas peningkatan hubungan bilateral dan kerja sama ekonomi antara dua negara, termasuk meningkatkan akses ke pasar Taiwan yang akan menguntungkan para peternak, petani, dan bisnis kecil di Texas.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China Lu Kang kemarin mendesak para pejabat AS mengatasi isu Taiwan untuk menghindari rusaknya hubungan Beijing dan Washington. ”Kami sangat menentang para pemimpin Taiwan, dengan alasan kunjungan transit, melakukan kontak dengan para pejabat AS dan melakukan aktivitas yang memengaruhi serta merusak hubungan China-AS,” tegas Lu.

Saat pidato makan malam pada Sabtu (7/1) di depan ratusan warga Taiwan di AS, Tsai menyatakan Washington menempati lokasi khusus di hati rakyat Taiwan. Kerja sama antara AS dan Taiwan juga telah menyediakan lebih dari 320.000 pekerjaan secara langsung dan tidak langsung bagi rakyat AS. Tsai menjelaskan, Taiwan ingin menciptakan lebih banyak lapangan kerja di AS melalui investasi, perdagangan, dan berbagai kerja sama lain.

Kantor Tsai menyatakan, Chairman American Institute di Taiwan, James Moriarty, menjelaskan pada presiden Taiwan di Houston bahwa AS terus berupaya meyakinkan China untuk melakukan dialog kembali dengan Taiwan. China sangat mencurigai Tsai yang dituding ingin mendorong kemerdekaan Taiwan.

Global Times juga menargetkan Tsai dalam tajuknya dengan menyatakan, China akan menerapkan tekanan diplomasi, ekonomi, dan militer terhadap Taiwan. ”Tsai perlu menghadapi konsekuensi atas setiap langkah provokatif yang dia lakukan. Harus ada tekanan militer pada Taiwan dan tekanan untuk reunifikasi dengan kekuatan sehingga secara efektif memengaruhi tingkat popularitas pemerintahan Tsai,” papar tajuk Global Times.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1194 seconds (0.1#10.140)