Kelompok Garis Keras Buddha Bubarkan Maulid Nabi SAW di Myanmar
A
A
A
YANGON - Kelompok garis keras Buddha membubarkan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang digelar komunitas Muslim di Yangon pada hari Minggu. Para saksi dan penyelenggara mengatakan ketegangan Islamofobia mulai meningkat di tengah aksi berdarah militer terhadap komunitas Rohingya di negara bagian Rakhine utara.
Puluhan orang yang dipimpin oleh segelintir biksu Buddha berjubah merah marun berbaris ke YMCA di ibu kota komersial Myanmar. Mereka menghentikan dan membubarkan perayaan untuk menandai ulang tahun Nabi Muhammad.
”Kami telah merayakan festival ini sepanjang hidup saya. Sekarang ini tampaknya seperti serangan terhadap kebebasan beragama,” kecam Kyaw Nyein, sekretaris Majelis Ulama Islam di Myanmar, kepada AFP.
”Para biarawan mencoba untuk menghentikan upacara tanpa mengatakan apa yang telah kami lakukan itu salah. Mengapa pihak berwenang tidak mengambil tindakan?,” katanya.
Saksi, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan para biksu menerobos ke lokasi perayaan dan menuntut kegiatan dihentikan.
Polisi telah dihubungi, namun tidak melakukan tindakan untuk menghentikan aksi kelompok garis keras itu.
Tin Maung Win, wakil presiden komite festival pengorganisasian dalam kegiatan itu mengatakan bahwa kelompok nasionalis Buddha berusaha untuk membangkitkan pembangkangan politik terhadap pemerintah NLD yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi.
Dia mengatakan, kelompok ekstremis didukung partai USDP dan militer setelah melihat pemerintah terpilih yang baru bersikap lunak terhadap komunitas Muslim.
”Kami mengadakan festival di sini selama tujuh tahun tanpa kekerasan apapun, tapi hari ini terjadi. Hal ini karena kepentingan politik,” ujarnya kepada AFP, semalam (8/1/2017).
Puluhan orang yang dipimpin oleh segelintir biksu Buddha berjubah merah marun berbaris ke YMCA di ibu kota komersial Myanmar. Mereka menghentikan dan membubarkan perayaan untuk menandai ulang tahun Nabi Muhammad.
”Kami telah merayakan festival ini sepanjang hidup saya. Sekarang ini tampaknya seperti serangan terhadap kebebasan beragama,” kecam Kyaw Nyein, sekretaris Majelis Ulama Islam di Myanmar, kepada AFP.
”Para biarawan mencoba untuk menghentikan upacara tanpa mengatakan apa yang telah kami lakukan itu salah. Mengapa pihak berwenang tidak mengambil tindakan?,” katanya.
Saksi, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan para biksu menerobos ke lokasi perayaan dan menuntut kegiatan dihentikan.
Polisi telah dihubungi, namun tidak melakukan tindakan untuk menghentikan aksi kelompok garis keras itu.
Tin Maung Win, wakil presiden komite festival pengorganisasian dalam kegiatan itu mengatakan bahwa kelompok nasionalis Buddha berusaha untuk membangkitkan pembangkangan politik terhadap pemerintah NLD yang dipimpin oleh Aung San Suu Kyi.
Dia mengatakan, kelompok ekstremis didukung partai USDP dan militer setelah melihat pemerintah terpilih yang baru bersikap lunak terhadap komunitas Muslim.
”Kami mengadakan festival di sini selama tujuh tahun tanpa kekerasan apapun, tapi hari ini terjadi. Hal ini karena kepentingan politik,” ujarnya kepada AFP, semalam (8/1/2017).
(mas)