China Tetapkan Status Siaga Polusi Udara
A
A
A
BEIJING - Pemerintah Beijing telah menetapkan siaga merah terhadap polusi yang telah berlangsung selama lima hari. Beijing telah diselimuti kabut asap beracun terhitung sejak Rabu lalu. Pemerintah setempat juga menutup sekolah, menarik ribuan kendaraan dari jalan dan memberitahun warga untuk tinggal di dalam rumah.
"Asap menyerang Beijing," cuit kantor berita Xinhua, di samping merilis video timelapse kedatangan pejabat kota yang secara kontroversial memutuskan sebagai bencana meteorologi seperti dikutip dari The Guardian, Sabtu (17/12/2016).
Sebuah tweet kedua dari Xinhua menunjukkan langit menghitam pada Jumat lalu karena udara beracun menyapu ke kota sebelah utara China yang dihuni 21 juta warga.
Kementerian Perlindungan Lingkungan China melaporkan bahwa 21 kota-kota lain di seluruh utara dan China tengah juga telah dinyatakan masuk dalam zona merah. Kota-kota itu termasuk Tianjin, Shijiazhuang, Taiyuan dan Zhengzhou.
Menurut juru kampanye iklim dan energi yang berbasis di Beijing untuk kelompok lingkungan Greenpeace, Dong Liansai mengatakan, pembangkit listrik berbahan bakar batu bara menjadi penyebab polusi yang luar biasa parah.
"Batubara adalah sumber nomo satu," kata Dong, memperingatkan bahwa kabut asap yang mengandung partikulat udara kecil yang dikenal sebagai PM2.5. Unsur PM2.5 dikaitkan dengan berbagai efek yang merugikan kesehatan termasuk kanker paru-paru, asma dan penyakit jantung.
Dong mengatakan deklarasi zona merah adalah langkah positif yang akan membantu sementara mengurangi emisi dan tingkat polusi. "Tapi ini hanya ukuran jangka pendek. Jika Anda ingin memecahkan masalah polusi udara maka Anda benar-benar harus memiliki kebijakan jangka panjang," katanya.
"Dan mengingat bahwa batubara merupakan sumber nomor satu kita benar-benar merekomendasikan mengakhiri secara nasional konsumsi batubara yang akan membantu mempercepat transisi dari batu bara," imbuhnya.
Dong juga mendesak penduduk di daerah yang terkena zona merah terbaru untuk membatasi interaksi mereka dengan kabut asap. Tinggal di dalam ruangan dengan pembersih udara adalah pilihan yang bijak."Cobalah untuk meminimalkan kegiatan di luar ruangan Anda dan, jika Anda benar-benar perlu untuk pergi keluar, memakai masker yang tepat untuk melindungi diri sendiri," katanya.
"Asap menyerang Beijing," cuit kantor berita Xinhua, di samping merilis video timelapse kedatangan pejabat kota yang secara kontroversial memutuskan sebagai bencana meteorologi seperti dikutip dari The Guardian, Sabtu (17/12/2016).
Sebuah tweet kedua dari Xinhua menunjukkan langit menghitam pada Jumat lalu karena udara beracun menyapu ke kota sebelah utara China yang dihuni 21 juta warga.
Kementerian Perlindungan Lingkungan China melaporkan bahwa 21 kota-kota lain di seluruh utara dan China tengah juga telah dinyatakan masuk dalam zona merah. Kota-kota itu termasuk Tianjin, Shijiazhuang, Taiyuan dan Zhengzhou.
Menurut juru kampanye iklim dan energi yang berbasis di Beijing untuk kelompok lingkungan Greenpeace, Dong Liansai mengatakan, pembangkit listrik berbahan bakar batu bara menjadi penyebab polusi yang luar biasa parah.
"Batubara adalah sumber nomo satu," kata Dong, memperingatkan bahwa kabut asap yang mengandung partikulat udara kecil yang dikenal sebagai PM2.5. Unsur PM2.5 dikaitkan dengan berbagai efek yang merugikan kesehatan termasuk kanker paru-paru, asma dan penyakit jantung.
Dong mengatakan deklarasi zona merah adalah langkah positif yang akan membantu sementara mengurangi emisi dan tingkat polusi. "Tapi ini hanya ukuran jangka pendek. Jika Anda ingin memecahkan masalah polusi udara maka Anda benar-benar harus memiliki kebijakan jangka panjang," katanya.
"Dan mengingat bahwa batubara merupakan sumber nomor satu kita benar-benar merekomendasikan mengakhiri secara nasional konsumsi batubara yang akan membantu mempercepat transisi dari batu bara," imbuhnya.
Dong juga mendesak penduduk di daerah yang terkena zona merah terbaru untuk membatasi interaksi mereka dengan kabut asap. Tinggal di dalam ruangan dengan pembersih udara adalah pilihan yang bijak."Cobalah untuk meminimalkan kegiatan di luar ruangan Anda dan, jika Anda benar-benar perlu untuk pergi keluar, memakai masker yang tepat untuk melindungi diri sendiri," katanya.
(ian)