Trump Bersiap Gantikan Obama, China Uji Tembak 10 Rudal Balistik
A
A
A
BEIJING - China menguji tembak sepuluh rudal balistik jarak menengah DF-21 C di tengah persiapan Donald Trump dilantik sebagai presiden Amerika Serikat (AS) menggantikan Barack Obama. China klaim rudal-rudal balistiknya itu mampu menghancurkan basis AS di Asia-Pasifik setiap saat.
Senjata-senjata berbahaya China ini memiliki jangkauan sekitar 1.000 mil dan mampu membawa hulu ledak. Uji tembak sepuluh rudal balistik China itu disiarkan stasiun Central China Television (CCTV) dan kantor berita pemerintah Xinhua.”Senjata itu dapat menghancurkan basis AS di Asia-Pasifik setiap saat,” demikian laporan media pemerintah China itu.
Ahli militer China, James Fisher, mengatakan kepada Washington Free Beacon, ”PLA (Tentara Pembebasan Rakyat) menabuh beberapa genderang untuk memberikan latar belakang perang psikologis militer.”
Presiden terpilih AS Donald Trump telah membuat China marah karena berbicara dengan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen melalui telepon. China hingga saat ini menganggap Taiwan sebagai provinsinya yang membangkang dan tidak pernah mengakui Taiwan sebagai negara yang lepas dari Beijing.
”Kami telah membuat representasi khidmat tentang hal itu ke pihak terkait AS,” kata Kementerian Luar Negeri Cina, dalam sebuah pernyataan mengacu protes atas tindakan Trump yang berbicara dengan presiden Taiwan.
”Ini harus menunjukkan bahwa hanya ada satu China di dunia. Taiwan adalah bagian tak terpisahkan dari wilayah China,” lanjut kementerian itu, yang dikutip Minggu (4/12/2016).
Senjata-senjata berbahaya China ini memiliki jangkauan sekitar 1.000 mil dan mampu membawa hulu ledak. Uji tembak sepuluh rudal balistik China itu disiarkan stasiun Central China Television (CCTV) dan kantor berita pemerintah Xinhua.”Senjata itu dapat menghancurkan basis AS di Asia-Pasifik setiap saat,” demikian laporan media pemerintah China itu.
Ahli militer China, James Fisher, mengatakan kepada Washington Free Beacon, ”PLA (Tentara Pembebasan Rakyat) menabuh beberapa genderang untuk memberikan latar belakang perang psikologis militer.”
Presiden terpilih AS Donald Trump telah membuat China marah karena berbicara dengan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen melalui telepon. China hingga saat ini menganggap Taiwan sebagai provinsinya yang membangkang dan tidak pernah mengakui Taiwan sebagai negara yang lepas dari Beijing.
”Kami telah membuat representasi khidmat tentang hal itu ke pihak terkait AS,” kata Kementerian Luar Negeri Cina, dalam sebuah pernyataan mengacu protes atas tindakan Trump yang berbicara dengan presiden Taiwan.
”Ini harus menunjukkan bahwa hanya ada satu China di dunia. Taiwan adalah bagian tak terpisahkan dari wilayah China,” lanjut kementerian itu, yang dikutip Minggu (4/12/2016).
(mas)