Presiden Yaman Tolak Usulan Perdamaian PBB
A
A
A
SANAA - Presiden Yaman yang diasingkan, Abedrabbo Mansour Hadi, telah menolak proposal perdamaian yang diberikan oleh utusan PBB Ismail Ould Cheikh Ahmed. Hadi mengatakan kesepakatan tersebut hanya akan menjadi jalan bagi terjadinya peperangan dan kehancuran.
"Kesepakatan tersebut akan menjadi hadiah bagi pemberontak dan menghukum warga Yaman dan legitimasi," kata Hadi usai melakukan pertemuan dengan utusan PBB seperti dikutip dari Reuters, Minggu (30/10/2016).
Menurut salinan proposal yang didapatkan oleh Reuters, rencana akan mengesampingkan Hadi dan membentuk pemerintahan yang terdiri dari orang-orang yang bisa menghilangkan perpecahan.
Kesepakatan itu termasuk menyingkirkan wakil presiden Hadi yang berkuasa penuh, Ali Mushin al-Ahmar Ahmar, dari kekuasaan dan Hadi akan berperan tidak lebih sebagai boneka setelah penarikan Houthi dari ibukota Sanaa.
Hadi melarikan diri setelah kelompok Houthi, yang bersekutu dengan Iran, berhasil menguasai ibukota Sanaa pada Maret 2015. Sejak itu, ia mengungsi ke Arab Saudi.
Sebuah resolusi Dewan Keamanan PBB sebulan kemudian menyatakan Hadi sebagai kepala negara yang sah dan meminta Houthi untuk melucuti senjata serta keluar dari kota utama Yaman itu. Namun Houthi dan sekutu mereka di militer Yaman yang setia kepada mantan presiden Ali Abdullah Saleh mengatakan ia tidak akan pernah kembali.
Konflik di Yaman telah menewaskan sedikitnya 10.000 orang dan menjadi penyebab salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
"Kesepakatan tersebut akan menjadi hadiah bagi pemberontak dan menghukum warga Yaman dan legitimasi," kata Hadi usai melakukan pertemuan dengan utusan PBB seperti dikutip dari Reuters, Minggu (30/10/2016).
Menurut salinan proposal yang didapatkan oleh Reuters, rencana akan mengesampingkan Hadi dan membentuk pemerintahan yang terdiri dari orang-orang yang bisa menghilangkan perpecahan.
Kesepakatan itu termasuk menyingkirkan wakil presiden Hadi yang berkuasa penuh, Ali Mushin al-Ahmar Ahmar, dari kekuasaan dan Hadi akan berperan tidak lebih sebagai boneka setelah penarikan Houthi dari ibukota Sanaa.
Hadi melarikan diri setelah kelompok Houthi, yang bersekutu dengan Iran, berhasil menguasai ibukota Sanaa pada Maret 2015. Sejak itu, ia mengungsi ke Arab Saudi.
Sebuah resolusi Dewan Keamanan PBB sebulan kemudian menyatakan Hadi sebagai kepala negara yang sah dan meminta Houthi untuk melucuti senjata serta keluar dari kota utama Yaman itu. Namun Houthi dan sekutu mereka di militer Yaman yang setia kepada mantan presiden Ali Abdullah Saleh mengatakan ia tidak akan pernah kembali.
Konflik di Yaman telah menewaskan sedikitnya 10.000 orang dan menjadi penyebab salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.
(ian)