Jet Tempurnya Diancam Ditembak Jatuh oleh Suriah, Turki Setop Serangan
A
A
A
ANKARA - Pesawat-pesawat jet tempur Turki dilaporkan menghentikan serangan udara di wilayah Suriah utara selama seminggu terakhir setelah diancam rezim Suriah akan ditembak jatuh. Turki sebelumnya terlibat serangan udara di Suriah utara dalam operasi “Euphrates Shield”.
Seorang pejabat Turki mengatakan kepada Hurriyet Daily News, Sabtu (29/10/2016) dalam kondisi anonim, bahwa Ankara menghentikan serangan udara di Suriah sejak 22 Oktober 2016. Pejabat Turki itu menambahkan bahwa pasukan koalisi internasional yang dipimpin Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan jumlah penerbangan di Suriah utara.
Rezim Suriah yang dipimpin Presiden Bashar al-Assad semakin percaya diri dengan kemampuan pertahanan udaranya setelah didukung sistem rudal pertahanan anti-pesawat S-400 dan S-300.
Sistem rudal pertahanan anti-pesawat termutakhir Rusia itu memiliki kemampuan untuk menembak jatuh pesawat dan rudal jelajah dalam jarak 250 mil (402km) di semua arah di Suriah.
Dua hari sebelum Turki menghentikan penerbangan militer di wilayah udara Suriah, Damaskus—yang menyebut invasi Turki sebagai pelanggaran kedaulatan nasional—mengancam akan menembak jatuh setiap pesawat tempur Turki.
”Setiap upaya melanggar wilayah udara Suriah sekali lagi oleh pesawat-pesawat tempur Turki akan ditangani dan mereka akan dijatuhkan oleh semua (sarana) yang tersedia,” bunyi ancaman Damaskus pada 20 Oktober 2016. Dalam ancamannya, Suriah juga mengatakan bahwa kehadiran pasukan Turki di Suriah sebagai eskalasi berbahaya dan pelanggaran yang mencolok terhadap kedaulatan Suriah.
Ancaman dari Suriah ini muncul setelah pesawat-pesawat tempur Turki menargetkan pasukan Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) Suriah, sayap tempur Democratic Union Party (PYD) di dekat al-Bab, Aleppo utara sehari sebelumnya.
Pasukan Turki mulai menyerang wilayah Suriah utara sejak 24 Agustus 2016 dengan dalih menargetkan kelompok ISIS di sepanjang perbatasan Turki-Suriah. Turki, dalam kebijakan luar negerinya telah mendukung pasukan opsosisi Free Syrian Amry (FSA) atau Tentara Pembebasan Suriah.
Seorang pejabat Turki mengatakan kepada Hurriyet Daily News, Sabtu (29/10/2016) dalam kondisi anonim, bahwa Ankara menghentikan serangan udara di Suriah sejak 22 Oktober 2016. Pejabat Turki itu menambahkan bahwa pasukan koalisi internasional yang dipimpin Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan jumlah penerbangan di Suriah utara.
Rezim Suriah yang dipimpin Presiden Bashar al-Assad semakin percaya diri dengan kemampuan pertahanan udaranya setelah didukung sistem rudal pertahanan anti-pesawat S-400 dan S-300.
Sistem rudal pertahanan anti-pesawat termutakhir Rusia itu memiliki kemampuan untuk menembak jatuh pesawat dan rudal jelajah dalam jarak 250 mil (402km) di semua arah di Suriah.
Dua hari sebelum Turki menghentikan penerbangan militer di wilayah udara Suriah, Damaskus—yang menyebut invasi Turki sebagai pelanggaran kedaulatan nasional—mengancam akan menembak jatuh setiap pesawat tempur Turki.
”Setiap upaya melanggar wilayah udara Suriah sekali lagi oleh pesawat-pesawat tempur Turki akan ditangani dan mereka akan dijatuhkan oleh semua (sarana) yang tersedia,” bunyi ancaman Damaskus pada 20 Oktober 2016. Dalam ancamannya, Suriah juga mengatakan bahwa kehadiran pasukan Turki di Suriah sebagai eskalasi berbahaya dan pelanggaran yang mencolok terhadap kedaulatan Suriah.
Ancaman dari Suriah ini muncul setelah pesawat-pesawat tempur Turki menargetkan pasukan Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) Suriah, sayap tempur Democratic Union Party (PYD) di dekat al-Bab, Aleppo utara sehari sebelumnya.
Pasukan Turki mulai menyerang wilayah Suriah utara sejak 24 Agustus 2016 dengan dalih menargetkan kelompok ISIS di sepanjang perbatasan Turki-Suriah. Turki, dalam kebijakan luar negerinya telah mendukung pasukan opsosisi Free Syrian Amry (FSA) atau Tentara Pembebasan Suriah.
(mas)