OKI Sepakat Bentuk Kontak Grup untuk Penyelesaian Konflik
A
A
A
TASHKENT - Organisasi Kerjasama Islam (OKI) sepakat untuk membentuk kontak grup soal penyelesaian konflik atau CG-PRC. Kesepakatan itu tercapai saat pertemuan Menteri Luar Negeri anggota OKI di Tashkent, Uzbekistan.
Menurut rilis Kementerian Luar Negeri Indonesia yang diterima Sindonews pada Rabu (19/10), CG-PRC merupakan gagasan Presiden Indonesia Joko Widodo yang awalnya diusulkan pada pertemuan Informal Gathering on Strengthening Solidarity and Cooperation in the Islamic World, 22 April 2015.
"Pembentukan CG-PCR adalah yang pertama dibentuk atas inisiatif negara anggota OKI. Berbagai contact groups OKI lainnya yang selama ini dibentuk merupakan inisiatif dan usulan Sekretariat OKI," kata Kemlu dalam keterangannya.
CG-PCR, lanjut Kemlu, diharapkan dapat dimanfaatkan oleh negara OKI guna menyusun strategi bersama dalam menghadapi permasalahan, seperti dalam memerangi radikalisme, ekstremisme, dan terorisme. Selain itu, melalui CG-PCR anggota OKI juga diharapkan dapat memberikan masukan dan mencari solusi terhadap berbagai konflik yang dihadapi oleh berbagai negara OKI, baik konflik yang bersifat intra-state maupun inter-state.
Pembentukkan CG-PCR, menurut Kemlu dilakukan melalui proses pembahasan yang cukup panjang. Namun, Indonesia, sebagai insiator akhirnya berhasul meyakinkan 55 anggota OKI lainnya bahwa CG-PCR tidak saja akan memberikan negara OKI forum untuk berbagi pengalaman dan strategi mengenai berbagai permasalahan politik dan keamanan di dunia Islam, tapi juga dapat memberikan masukan bagi solusi yang bersifat fungsional dan action-oriented.
"CG-PCR perlu dimanfaatkan sebagai forum untuk berbagi pengalaman, strategi serta pengetahuan dalam mencari solusi bersama bagi berbagai tantangan yang dihadapi umat muslim", kata Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi dalam pertemuan tersebut.
Selain mengesahkan Resolusi pendirian CG-PCR, Pertemuan Dewan Menteri Luar Negeri ke-43 juga telah mengesahkan 114 resolusi lain terkait isu-isu yang menjadi perhatian bersama, baik yang terkait dengan situasi konflik di berbagai negara anggota OKI.
Menurut rilis Kementerian Luar Negeri Indonesia yang diterima Sindonews pada Rabu (19/10), CG-PRC merupakan gagasan Presiden Indonesia Joko Widodo yang awalnya diusulkan pada pertemuan Informal Gathering on Strengthening Solidarity and Cooperation in the Islamic World, 22 April 2015.
"Pembentukan CG-PCR adalah yang pertama dibentuk atas inisiatif negara anggota OKI. Berbagai contact groups OKI lainnya yang selama ini dibentuk merupakan inisiatif dan usulan Sekretariat OKI," kata Kemlu dalam keterangannya.
CG-PCR, lanjut Kemlu, diharapkan dapat dimanfaatkan oleh negara OKI guna menyusun strategi bersama dalam menghadapi permasalahan, seperti dalam memerangi radikalisme, ekstremisme, dan terorisme. Selain itu, melalui CG-PCR anggota OKI juga diharapkan dapat memberikan masukan dan mencari solusi terhadap berbagai konflik yang dihadapi oleh berbagai negara OKI, baik konflik yang bersifat intra-state maupun inter-state.
Pembentukkan CG-PCR, menurut Kemlu dilakukan melalui proses pembahasan yang cukup panjang. Namun, Indonesia, sebagai insiator akhirnya berhasul meyakinkan 55 anggota OKI lainnya bahwa CG-PCR tidak saja akan memberikan negara OKI forum untuk berbagi pengalaman dan strategi mengenai berbagai permasalahan politik dan keamanan di dunia Islam, tapi juga dapat memberikan masukan bagi solusi yang bersifat fungsional dan action-oriented.
"CG-PCR perlu dimanfaatkan sebagai forum untuk berbagi pengalaman, strategi serta pengetahuan dalam mencari solusi bersama bagi berbagai tantangan yang dihadapi umat muslim", kata Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi dalam pertemuan tersebut.
Selain mengesahkan Resolusi pendirian CG-PCR, Pertemuan Dewan Menteri Luar Negeri ke-43 juga telah mengesahkan 114 resolusi lain terkait isu-isu yang menjadi perhatian bersama, baik yang terkait dengan situasi konflik di berbagai negara anggota OKI.
(esn)