Enam Polisi Mesir Tewas di Semenanjung Sinai
A
A
A
KAIRO - Kementerian Dalam Negeri Mesir mengatakan sejumlah pria bersenjata membunuh lima polisi di Sinai utara yang bergolak pada Sabtu kemarin. Kelompok bersenjata itu menarik polisi keluar dari kendaraan dan kemudian menembak semuanya di El Obour, selatan kota El Arish, kata sumber-sumber keamanan.
Dalam insinden lain di hari yang sama, sembilan polisi terluka ketika sebuah bom yang ditanam di jalan diledakkan dari jarak jauh ketika sebuah kendaraan lapis baja melintas. Kendaraan itu membawa anggota wajib militer yang baru disahkan. Akibatnya, satu orang tewas akibat luka-luka yang dideritanya seperti dikutip dari Reuters, Minggu (2/10/2016).
Serangan yang terjadi pada Sabtu itu datang dua hari setelah percobaan pembunuhan atas seorang jaksa senior Mesir. Sebuah kelompok militan yang baru-baru ini muncul bernama Gerakan Hasm mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu. Kelompok itu mengatakan serangan tersebut sebagai pembalasan atas hukuman mati yang diberikan kepada ribuan narapidana.
Negara Arab paling padat penduduknya itu sedang berjuang menghadapi pemberontakan setelah militer menggulingkan Presiden Mohamed Mursi pada pertengahan 2013 menyusul protes massa terhadap pemerintahannya.
Pemberontakan, dilakukan oleh ISIS cabang provinsi Sinai Mesir, telah menewaskan ratusan tentara dan polisi serta mulai menyerang sejumlah target milik Barat yang ada di dalam negeri.
Presiden Abdel Fattah al-Sisi, mantan kepala militer yang memimpin penggulingan Mursi, menggambarkan militansi Islam sebagai ancaman eksistensial ke Mesir. ISIS sendiri mengontrol sebagian besar dari Irak dan Suriah serta mempunyai cabang di Libya yang berbatasan Mesir.
Dalam insinden lain di hari yang sama, sembilan polisi terluka ketika sebuah bom yang ditanam di jalan diledakkan dari jarak jauh ketika sebuah kendaraan lapis baja melintas. Kendaraan itu membawa anggota wajib militer yang baru disahkan. Akibatnya, satu orang tewas akibat luka-luka yang dideritanya seperti dikutip dari Reuters, Minggu (2/10/2016).
Serangan yang terjadi pada Sabtu itu datang dua hari setelah percobaan pembunuhan atas seorang jaksa senior Mesir. Sebuah kelompok militan yang baru-baru ini muncul bernama Gerakan Hasm mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu. Kelompok itu mengatakan serangan tersebut sebagai pembalasan atas hukuman mati yang diberikan kepada ribuan narapidana.
Negara Arab paling padat penduduknya itu sedang berjuang menghadapi pemberontakan setelah militer menggulingkan Presiden Mohamed Mursi pada pertengahan 2013 menyusul protes massa terhadap pemerintahannya.
Pemberontakan, dilakukan oleh ISIS cabang provinsi Sinai Mesir, telah menewaskan ratusan tentara dan polisi serta mulai menyerang sejumlah target milik Barat yang ada di dalam negeri.
Presiden Abdel Fattah al-Sisi, mantan kepala militer yang memimpin penggulingan Mursi, menggambarkan militansi Islam sebagai ancaman eksistensial ke Mesir. ISIS sendiri mengontrol sebagian besar dari Irak dan Suriah serta mempunyai cabang di Libya yang berbatasan Mesir.
(ian)