Pentagon: Cegah Serangan Ngeri Rusia, NATO Tinjau Pedoman Nuklir
A
A
A
WASHINGTON - Kepala Pentagon Amerika Serikat (AS), Ashton Carter, menempatkan Rusia layaknya Korea Utara (Korut) yang bisa meluncurkan serangan mengerikan terhadap AS dan sekutunya. Untuk itu, NATO sedang meninjau pedoman nuklir sebagai upaya pencegahan.
Carter mengatakan, kekuatan nuklir Amerika harus siap untuk terlibat dalam konfrontasi nuklir yang mungkin terjadi dengan Rusia.
”Rusia telah lama menjadi kekuatan nuklir, namun Moskow baru-baru ini membangun sistem senjata nuklir baru yang menimbulkan pertanyaan serius tentang komitmen pemimpinnya (tentang) stabilitas,” kata Carter.
Bos Pentagon ini mempertanyakan kepatuhan Rusia soal perjanjian lama perihal penggunaan senjata senjata nuklir. ”Apakah mereka menghormati secara mendalam dan hati-hati, bahwa pemimpin era Perang Dingin menunjukkannya dengan mengacungkan senjata nuklir mereka,” ujar Carter, seperti dikutip Russia Today, Selasa (27/9/2016).
Meski demikian, Menteri Pertahanan AS ini mengabaikan fakta bahwa sampai saat ini AS adalah satu-satunya negara yang pernah menggunakan senjata nuklir untuk menyerang negara lain.
”Ini adalah fakta serius bahwa kemungkinan besar penggunaan senjata nuklir saat ini tidak besar-besaran, melainkan beralih, tapi masih jadi (potensi) serangan kecil mengerikan yang belum pernah terjadi sebelumnya, misalnya dengan Rusia atau Korut,” kata Carter.
“Kami tidak bisa membiarkan itu terjadi, itulah sebabnya kami bekerja dengan sekutu kami untuk berinovasi dan beroperasi dengan cara baru dalam mempertahankan pencegahan dan terus menjaga stabilitas,” lanjut Carter.
Untuk menghadapi ancaman Rusia, Carter menekankan bahwa sekutu NATO di Eropa untuk menyegarkan pedoman nuklirnya guna mengintegrasikan pencegahan serangan konvensional dan nuklir. ”Untuk memastikan, kami merencanakan dan melatih seperti ketika kami akan melawan dan mencegah (serangan) Rusia,” imbuh Carter.
Carter mengatakan, kekuatan nuklir Amerika harus siap untuk terlibat dalam konfrontasi nuklir yang mungkin terjadi dengan Rusia.
”Rusia telah lama menjadi kekuatan nuklir, namun Moskow baru-baru ini membangun sistem senjata nuklir baru yang menimbulkan pertanyaan serius tentang komitmen pemimpinnya (tentang) stabilitas,” kata Carter.
Bos Pentagon ini mempertanyakan kepatuhan Rusia soal perjanjian lama perihal penggunaan senjata senjata nuklir. ”Apakah mereka menghormati secara mendalam dan hati-hati, bahwa pemimpin era Perang Dingin menunjukkannya dengan mengacungkan senjata nuklir mereka,” ujar Carter, seperti dikutip Russia Today, Selasa (27/9/2016).
Meski demikian, Menteri Pertahanan AS ini mengabaikan fakta bahwa sampai saat ini AS adalah satu-satunya negara yang pernah menggunakan senjata nuklir untuk menyerang negara lain.
”Ini adalah fakta serius bahwa kemungkinan besar penggunaan senjata nuklir saat ini tidak besar-besaran, melainkan beralih, tapi masih jadi (potensi) serangan kecil mengerikan yang belum pernah terjadi sebelumnya, misalnya dengan Rusia atau Korut,” kata Carter.
“Kami tidak bisa membiarkan itu terjadi, itulah sebabnya kami bekerja dengan sekutu kami untuk berinovasi dan beroperasi dengan cara baru dalam mempertahankan pencegahan dan terus menjaga stabilitas,” lanjut Carter.
Untuk menghadapi ancaman Rusia, Carter menekankan bahwa sekutu NATO di Eropa untuk menyegarkan pedoman nuklirnya guna mengintegrasikan pencegahan serangan konvensional dan nuklir. ”Untuk memastikan, kami merencanakan dan melatih seperti ketika kami akan melawan dan mencegah (serangan) Rusia,” imbuh Carter.
(mas)