Turki: Austria Ibukota Radikalisme dan Rasisme
A
A
A
ANKARA - Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menyebut Austria sebagai ibukota rasisme radikal. Ia mengatakan hal itu setelah Kanselir Austria Christian Kern meminta Uni Eropa (UE) menghentikan pembicaraan terkait bergabungnya Turki dengan organisasi itu.
Dalam sebuah wawancara, Cavusoglu mengatakan komentar Kern sebagian didorong oleh tindakan keras terhadap para tersangka pelaku kudeta yang gagal bulan lalu yang dianggap 'jelek' dan Kern menolak tindakan tersebut.
"Kanselir Austria seharusnya terlebih dahulu melihat negerinya sendiri. Salah satu tren dari musuh hak dan nilai-nilai kemanusiaan adalah rasisme dan hari ini Austria adalah ibukota dari radikalisme dan rasisme," kata Cavusoglu seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (6/8/2016).
Pernyataan Cavusoglu ini pun langsung memancing reaksi dari Wina. Menteri Luar Negeri Austria Sebastian Kurz meminta Ankara untuk memoderasi kata-kata dan tindakannya.
Sebelumnya, Kanselir Austria Christian Kern mengatakan bahwa ia akan melakukan diskusi dengan sejumlah kepala negara Eropa untuk menghentikan pembicaraan keanggotaan Turki di Uni Eropa. Hal itu didasari pada kondisi demokrasi dan ekonomi Turki.
Pembicaraan bergabungnya Turki ke Uni Eropa dinilai berjalan lambat sejak dimulai pada tahun 2005 lalu dimana hanya satu dari 35 ketentuan yang bisa dipenuhi.
Dalam sebuah wawancara, Cavusoglu mengatakan komentar Kern sebagian didorong oleh tindakan keras terhadap para tersangka pelaku kudeta yang gagal bulan lalu yang dianggap 'jelek' dan Kern menolak tindakan tersebut.
"Kanselir Austria seharusnya terlebih dahulu melihat negerinya sendiri. Salah satu tren dari musuh hak dan nilai-nilai kemanusiaan adalah rasisme dan hari ini Austria adalah ibukota dari radikalisme dan rasisme," kata Cavusoglu seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (6/8/2016).
Pernyataan Cavusoglu ini pun langsung memancing reaksi dari Wina. Menteri Luar Negeri Austria Sebastian Kurz meminta Ankara untuk memoderasi kata-kata dan tindakannya.
Sebelumnya, Kanselir Austria Christian Kern mengatakan bahwa ia akan melakukan diskusi dengan sejumlah kepala negara Eropa untuk menghentikan pembicaraan keanggotaan Turki di Uni Eropa. Hal itu didasari pada kondisi demokrasi dan ekonomi Turki.
Pembicaraan bergabungnya Turki ke Uni Eropa dinilai berjalan lambat sejak dimulai pada tahun 2005 lalu dimana hanya satu dari 35 ketentuan yang bisa dipenuhi.
(ian)