Saudi Tak Pulangkan Jasad Ulama Syiah Al-Nimr sejak Dieksekusi
A
A
A
RIYADH - Jasad ulama Syiah Arab Saudi, Sheikh Nimr Baqir Al-Nimr, tidak dipulangkan ke keluarganya sejak dieksekusi delapan bulan yang lalu. Hal itu diungkap putra Al-Nimr, Mohammed Al-Nimr.
Mohammed mengatakan bahwa dia berulang kali meminta jasad ayahnya kepada pihak berwenang di Qatif, Arab Saudi, agar bisa dimakamkan. Namun, dia diberitahu bahwa jasad ayahnya sudah dimakamkan dan keluarganya tidak berhak tahu di mana makam ulama Syiah itu.
Sheikh Al-Nimr, dieksekusi bersama 47 orang lain dalam eksekusi massal pada 1 Januari 2016 di Saudi. Semuanya—kecuali lima orang—dieksekusi atas tuduhan terlibat terorisme dan memiliki hubungan dengan Al-Qaeda. Kematian Al-Nimr menyebabkan kemarahan di negara-negara yang didominasi kaum Syiah, seperti Bahrain, Irak dan Iran.
”Ketika keluarga saya meminta tubuh (Al-Nimr), mereka mengatakan bahwa mereka sudah mengubur di kuburan dan lokasinya tidak akan diungkapkan. Mereka meminta untuk tidak dihubungi lagi mengenai hal ini,” kata Mohammed Al-Nimr kepada IB Times, semalam (4/8/2016).
”Kami benar-benar tidak tahu apa yang mereka (lakukan) pada ayah saya sebelum melakukan kejahatan membunuh dia, atau bukti apa yang mereka coba sembunyikan,” lanjut Mohammed.
Sheikh Al-Nimr dikenal sebagai ulama Syiah yang gencar mengampanyekan demokrasi di Arab Saudi. Tapi, sepak terjangnya dianggap berbahaya oleh Pemerintah Riyadh dan dia dianggap sebagai sosok “teroris”.
Al-Nimr turun ke jalan dalam protes besar tahun 2011 dan 2012 di Arab Saudi yang didominasi kaum Syiah di wilayah Saudi timur. Protes besar itu bertepatan dengan gelombang “Arab Spring”. Dia ditangkap dan dijatuhi hukuman mati pada tahun 2014 atas tuduhan "melancarkan perang terhadap Tuhan”.
Mohammed mengatakan bahwa dia berulang kali meminta jasad ayahnya kepada pihak berwenang di Qatif, Arab Saudi, agar bisa dimakamkan. Namun, dia diberitahu bahwa jasad ayahnya sudah dimakamkan dan keluarganya tidak berhak tahu di mana makam ulama Syiah itu.
Sheikh Al-Nimr, dieksekusi bersama 47 orang lain dalam eksekusi massal pada 1 Januari 2016 di Saudi. Semuanya—kecuali lima orang—dieksekusi atas tuduhan terlibat terorisme dan memiliki hubungan dengan Al-Qaeda. Kematian Al-Nimr menyebabkan kemarahan di negara-negara yang didominasi kaum Syiah, seperti Bahrain, Irak dan Iran.
”Ketika keluarga saya meminta tubuh (Al-Nimr), mereka mengatakan bahwa mereka sudah mengubur di kuburan dan lokasinya tidak akan diungkapkan. Mereka meminta untuk tidak dihubungi lagi mengenai hal ini,” kata Mohammed Al-Nimr kepada IB Times, semalam (4/8/2016).
”Kami benar-benar tidak tahu apa yang mereka (lakukan) pada ayah saya sebelum melakukan kejahatan membunuh dia, atau bukti apa yang mereka coba sembunyikan,” lanjut Mohammed.
Sheikh Al-Nimr dikenal sebagai ulama Syiah yang gencar mengampanyekan demokrasi di Arab Saudi. Tapi, sepak terjangnya dianggap berbahaya oleh Pemerintah Riyadh dan dia dianggap sebagai sosok “teroris”.
Al-Nimr turun ke jalan dalam protes besar tahun 2011 dan 2012 di Arab Saudi yang didominasi kaum Syiah di wilayah Saudi timur. Protes besar itu bertepatan dengan gelombang “Arab Spring”. Dia ditangkap dan dijatuhi hukuman mati pada tahun 2014 atas tuduhan "melancarkan perang terhadap Tuhan”.
(mas)