Pesawat Mata-mata AS Mendarat Darurat di Rusia
A
A
A
WASHINGTON - Sebuah pesawat mata-mata atau pengintai Amerika Serikat (AS) terpaksa melakukan pendaratan darurat di Rusia pada hari Rabu. Musbabnya, pesawat mengalami masalah pada “gigi pendaratan” atau landing gear.
Juru bicara Pentagon, Letnan Kolonel Michele Baldanza, mengatakan kepada Defense News bahwa pesawat awalnya lepas landas dari lapangan terbang Rusia di Ulan Ude untuk memulai penerbangan observasi. Tapi, kru menemukan landing gear tidak sepenuhnya bekerja normal.
”Para kru bekerjasama dengan kru pendamping Rusia mengakhiri misi pemantauan sesuai perjanjian dan (pesawat) dialihkan ke Khabarovsk untuk menurunkan kru pendamping, dan untuk keluar dari Rusia menggunakan rute yang memungkinkan untuk memfasilitasi pemeriksaan dan perbaikan di sebuah pangkalan AS di Jepang,” kata Baldanza, kemarin.
”Khabarovsk sering digunakan untuk Open Skies Airfield (Lapangan Terbang sesuai Perjanjian Open Skies) yang ditunjuk oleh Rusia untuk tujuan perjanjian, tetapi tidak biasa menjadi 'titik keluar' untuk misi perjanjian,” lanjut Baldanza.
Menurutnya, karena misi pengintaian dihentikan akibat pesawat bermasalah, tidak ada citra yang dikumpulkan selama penerbangan.
Pesawat ini meninggalkan Khabarovsk—terletak di tenggara Rusia, sekitar 77 km dari perbatasan China—dan transit ke Pangkalan Udara Kadena di Jepang untuk menjalani perawatan, dan diharapkan untuk kembali ke Pangkalan Angkatan Udara Offutt di Nebraska setelah masalah diatasi.
Menurut laporan media Inggris, Express, pesawat mata-mata AS yang bermasalah itu diidentifikasi sebagai pesawat OC-135B buatan Boeing.
Di bawah Perjanjian Open Skies 2002, 34 negara, termasuk AS dan Rusia, setuju untuk mengizinkan penerbangan pengintaian tak bersenjata di atas wilayah mereka untuk memberikan informasi pengumpulan tentang kekuatan militer.
Tujuan dari perjanjian itu adalah untuk memberikan informasi terbuka yang dapat digunakan untuk mengkonfirmasi kepatuhan terhadap perjanjian pengontrolan senjata.
Juru bicara Pentagon, Letnan Kolonel Michele Baldanza, mengatakan kepada Defense News bahwa pesawat awalnya lepas landas dari lapangan terbang Rusia di Ulan Ude untuk memulai penerbangan observasi. Tapi, kru menemukan landing gear tidak sepenuhnya bekerja normal.
”Para kru bekerjasama dengan kru pendamping Rusia mengakhiri misi pemantauan sesuai perjanjian dan (pesawat) dialihkan ke Khabarovsk untuk menurunkan kru pendamping, dan untuk keluar dari Rusia menggunakan rute yang memungkinkan untuk memfasilitasi pemeriksaan dan perbaikan di sebuah pangkalan AS di Jepang,” kata Baldanza, kemarin.
”Khabarovsk sering digunakan untuk Open Skies Airfield (Lapangan Terbang sesuai Perjanjian Open Skies) yang ditunjuk oleh Rusia untuk tujuan perjanjian, tetapi tidak biasa menjadi 'titik keluar' untuk misi perjanjian,” lanjut Baldanza.
Menurutnya, karena misi pengintaian dihentikan akibat pesawat bermasalah, tidak ada citra yang dikumpulkan selama penerbangan.
Pesawat ini meninggalkan Khabarovsk—terletak di tenggara Rusia, sekitar 77 km dari perbatasan China—dan transit ke Pangkalan Udara Kadena di Jepang untuk menjalani perawatan, dan diharapkan untuk kembali ke Pangkalan Angkatan Udara Offutt di Nebraska setelah masalah diatasi.
Menurut laporan media Inggris, Express, pesawat mata-mata AS yang bermasalah itu diidentifikasi sebagai pesawat OC-135B buatan Boeing.
Di bawah Perjanjian Open Skies 2002, 34 negara, termasuk AS dan Rusia, setuju untuk mengizinkan penerbangan pengintaian tak bersenjata di atas wilayah mereka untuk memberikan informasi pengumpulan tentang kekuatan militer.
Tujuan dari perjanjian itu adalah untuk memberikan informasi terbuka yang dapat digunakan untuk mengkonfirmasi kepatuhan terhadap perjanjian pengontrolan senjata.
(mas)