Presiden Erdogan: Upaya Kudeta Hadiah dari Tuhan....
A
A
A
ANKARA - Presiden Turki Tayyip Erdogan mengatakan upaya kudeta militer yang gagal di negaranya merupakan hadiah dari Tuhan. Alasannya, hal itu jadi momen baik untuk membersihkan korps militer Turki.
Pernyataan Erdogan itu disampaikan di hadapan kerumunan massa yang mendukungnya. Komentar Presiden Erdogan ini kian menegaskan hubungan rumit antara kubu militer dengan pemerintahannya yang berhaluan Islam.
”Pemberontakan ini adalah hadiah dari Tuhan untuk kita karena ini akan menjadi alasan untuk membersihkan tentara kita,” katanya, seperti dikutip Russia Today, semalam (16/7/2016).
Upaya kudeta pada Jumat malam hingga Sabtu dini hari yang berakhir dengan kegagalan sejatinya bukan yang pertama kali terjadi di Turki.
Baca juga:
Upaya Kudeta Berlangsung, Turki Berubah Jadi Medan Tempur
Ketegangan antara kubu militer dan Pemerintah Erdogan kerap terjadi selama Erdogan menjalani karir politiknya. Pada tahun 1997 misalnya, perwira senior militer menekan Perdana Menteri Necmeddin Erbakan untuk mundur karena dia menganjurkan untuk memperkuat Islamisme di Turki dan berpaling dari Barat.
Erdogan, seorang pendukung Erbakan yang saat itu menjabat sebagai Wali Kota Istanbul, ditangkap dan dilarang mengejar karir politik selama lima tahun karena membacakan sebuah puisi nasionalis dan Islam di depan publik pada saat itu.
Sementara itu, Perdana Menteri Turki Binali Yildirim mempertimbangkan untuk menerapkan hukuman mati di Turki setelah terjadi upaya kudeta.
”Seperti yang Anda tahu, hukuman mati telah dihapus dari sistem hukum kami. Kami akan membahas langkah-langkah lebih lanjut yang harus kami ambil untuk mencegah upaya seperti itu di masa depan,” kata PM Yildirim pada hari Sabtu pagi ketika terjadi penangkapan aparat pro-kudeta.
Upaya kudeta di Turki telah menewaskan 265 orang dan lebih dari 2 ribu orang lainnya terluka. Rezim Presiden Tayyip Erdogan telah merespons upaya kudeta itu dengan menindak dengan memenjarakan 2.745 hakim oposisi dan menangkap lebih dari 2.800 tentara yang dituduh bersimpati terhadap kudeta.
Pernyataan Erdogan itu disampaikan di hadapan kerumunan massa yang mendukungnya. Komentar Presiden Erdogan ini kian menegaskan hubungan rumit antara kubu militer dengan pemerintahannya yang berhaluan Islam.
”Pemberontakan ini adalah hadiah dari Tuhan untuk kita karena ini akan menjadi alasan untuk membersihkan tentara kita,” katanya, seperti dikutip Russia Today, semalam (16/7/2016).
Upaya kudeta pada Jumat malam hingga Sabtu dini hari yang berakhir dengan kegagalan sejatinya bukan yang pertama kali terjadi di Turki.
Baca juga:
Upaya Kudeta Berlangsung, Turki Berubah Jadi Medan Tempur
Ketegangan antara kubu militer dan Pemerintah Erdogan kerap terjadi selama Erdogan menjalani karir politiknya. Pada tahun 1997 misalnya, perwira senior militer menekan Perdana Menteri Necmeddin Erbakan untuk mundur karena dia menganjurkan untuk memperkuat Islamisme di Turki dan berpaling dari Barat.
Erdogan, seorang pendukung Erbakan yang saat itu menjabat sebagai Wali Kota Istanbul, ditangkap dan dilarang mengejar karir politik selama lima tahun karena membacakan sebuah puisi nasionalis dan Islam di depan publik pada saat itu.
Sementara itu, Perdana Menteri Turki Binali Yildirim mempertimbangkan untuk menerapkan hukuman mati di Turki setelah terjadi upaya kudeta.
”Seperti yang Anda tahu, hukuman mati telah dihapus dari sistem hukum kami. Kami akan membahas langkah-langkah lebih lanjut yang harus kami ambil untuk mencegah upaya seperti itu di masa depan,” kata PM Yildirim pada hari Sabtu pagi ketika terjadi penangkapan aparat pro-kudeta.
Upaya kudeta di Turki telah menewaskan 265 orang dan lebih dari 2 ribu orang lainnya terluka. Rezim Presiden Tayyip Erdogan telah merespons upaya kudeta itu dengan menindak dengan memenjarakan 2.745 hakim oposisi dan menangkap lebih dari 2.800 tentara yang dituduh bersimpati terhadap kudeta.
(mas)