Jenazah TKI yang Tewas di Malaysia Tiba di Solo
A
A
A
JAKARTA - Jenazah Sri Maryani, seorang tenaga kerja Indonesia (TKI) yang tewas di Malaysia dilaporkan telah tiba di tanah kelahirannya, Solo, Jawa Tengah. Jenazah Sri Mulyani tiba semalam di Bandara Adi Soemarmo, dan langsung dibawa ke rumah duka di kelurahan Manahan.
Beberapa saat lalu diberitakan bahwa Sri meninggal karena kecelakaan di Malaysia. Disebutkan, pihak rumah sakit di Malaysia yang merawat Sri Maryani meminta kepada keluarga biaya pemulangan jenazah serta biaya perawatan sebesar Rp 85 juta. Keluarga Sri Maryani lantas meminta bantuan KBRI Kuala Lumpur.
Segera setelah menerima informasi tersebut, KBRI langsung melakukan koordinasi dengan rumah sakit dan otoritas terkait di Malaysia. Diperoleh informasi bahwa Sri mengalami kecelakaan tunggal pada tanggal 24 Mei dan meninggal dunia pada tanggal 14 Juni di Rumah Sakit Pusat Perubatan Universiti Malaya (PPUM).
"Tidak ada pihak yang bisa memberikan kesaksian tentang kejadian kecelakaan tersebut," kata Kementerian Luar Negeri Indonesia, dalam siaran pers yang diterima Sindonews pada Rabu (22/6).
Menurut siaran pers Kemlu, KBRI mengalami kesulitan menelusuri status tinggal dan tempat bekerja Sri. Nama Sri juga tidak ditemukan di database Kemlu, KBRI Kuala Lumpur maupun database TKI di BNP2TKI.
"Karena itu, KBRI sejak awal fokus kepada pemulangan jenazah. KBRI berhasil meyakinkan rumah sakit untuk bersedia merilis jenazah guna diproses pemulangannya. Pemerintah melalui KBRI Kuala Lumpur telah menangani dan membiayai seluruh proses pemulangan hingga ke tanah air," sambungnya.
Kemlu menambahkan, KBRI Kuala Lumpur dan lima Perwakilan Indonesia lainnya di Malaysia menerima ratusan laporan setiap bulannya mengenai WNI yang meninggal dunia di Malaysia. Laporan tersebut diterima dari polisi, rumah sakit, komunitas WNI maupun dari perusahaan pengurusan jenazah.
"Perwakilan Indonesia di Malaysia terus memberikan bantuan dalam rangka memudahkan proses pemulangan jenazah WNI dari berbagai wilayah di Malaysia. Namun demikian, proses pemulangan akan menghadapi banyak kendala jika WNI yang meninggal dunia tidak memiliki kejelasan status tinggal dan status bekerja di Malaysia," pungkasnya.
Beberapa saat lalu diberitakan bahwa Sri meninggal karena kecelakaan di Malaysia. Disebutkan, pihak rumah sakit di Malaysia yang merawat Sri Maryani meminta kepada keluarga biaya pemulangan jenazah serta biaya perawatan sebesar Rp 85 juta. Keluarga Sri Maryani lantas meminta bantuan KBRI Kuala Lumpur.
Segera setelah menerima informasi tersebut, KBRI langsung melakukan koordinasi dengan rumah sakit dan otoritas terkait di Malaysia. Diperoleh informasi bahwa Sri mengalami kecelakaan tunggal pada tanggal 24 Mei dan meninggal dunia pada tanggal 14 Juni di Rumah Sakit Pusat Perubatan Universiti Malaya (PPUM).
"Tidak ada pihak yang bisa memberikan kesaksian tentang kejadian kecelakaan tersebut," kata Kementerian Luar Negeri Indonesia, dalam siaran pers yang diterima Sindonews pada Rabu (22/6).
Menurut siaran pers Kemlu, KBRI mengalami kesulitan menelusuri status tinggal dan tempat bekerja Sri. Nama Sri juga tidak ditemukan di database Kemlu, KBRI Kuala Lumpur maupun database TKI di BNP2TKI.
"Karena itu, KBRI sejak awal fokus kepada pemulangan jenazah. KBRI berhasil meyakinkan rumah sakit untuk bersedia merilis jenazah guna diproses pemulangannya. Pemerintah melalui KBRI Kuala Lumpur telah menangani dan membiayai seluruh proses pemulangan hingga ke tanah air," sambungnya.
Kemlu menambahkan, KBRI Kuala Lumpur dan lima Perwakilan Indonesia lainnya di Malaysia menerima ratusan laporan setiap bulannya mengenai WNI yang meninggal dunia di Malaysia. Laporan tersebut diterima dari polisi, rumah sakit, komunitas WNI maupun dari perusahaan pengurusan jenazah.
"Perwakilan Indonesia di Malaysia terus memberikan bantuan dalam rangka memudahkan proses pemulangan jenazah WNI dari berbagai wilayah di Malaysia. Namun demikian, proses pemulangan akan menghadapi banyak kendala jika WNI yang meninggal dunia tidak memiliki kejelasan status tinggal dan status bekerja di Malaysia," pungkasnya.
(esn)