China Diduga Seret Indonesia dalam Konflik Laut China Selatan

Selasa, 21 Juni 2016 - 13:39 WIB
China Diduga Seret Indonesia dalam Konflik Laut China Selatan
China Diduga Seret Indonesia dalam Konflik Laut China Selatan
A A A
JAKARTA - China diduga mencoba menyeret Indonesia dalam konflik Laut China Selatan setelah Beijing menyalahkan Jakarta dalam insiden di Natuna.

Dugaan itu disampaikan mantan duta besar PBB yang juga penasihat senior menteri Indonesia untuk urusan maritim, Hasjim Djalal.

Hasjim mengaku prihatin dengan insiden di Natuna, di mana kapal perang Indonesia menembaki kapal nelayan China yang diduga mencuri ikan di perairan Indonesia tersebut. Sikap tegas Angkatan LautIndonesia ini diprotes keras China.

Baca:
Indonesia Bakal Lebih Tegas di Natuna, Begini Reaksi China

Pemerintah China melalui Kementerian Luar Negeri-nya bahkan menyalahkan Indonesia. Indonesia dituduh melanggar hukum internasional dan menyalahgunakan kekuatan militer.

Hasjim menyebut insiden baru-baru ini di Natuna menunjukkan upaya China untuk “menyudutkan” Indonesia.

”China yang dalam sengketa dengan Filipina, Vietnam, Malaysia dan Brunei tampaknya bahwa China mungkin mencoba untuk menyeret Indonesia ke dalam sengketa ini,” katanya pada hari Senin.

Dalam situasi yang sedang memanas tersebut, Amerika Serikat (AS) mengirim dua kapal induk bertenaga nuklir untuk patroli di Laut China Selatan.


Baca juga:
Ketika Indonesia Tembaki Kapal China dan AS Kirim Dua Kapal Induk


Dua kapal induk AS tersebut adalah USS John C. Stennis (CVN 74) dan USS Ronald Reagan (CVN 76).


Kapal perang China telah muncul membayangi kedua kapal induk AS. Tidak ada insiden berbahaya dengan kapal-kapal dari kedua negara tersebut.

Bergabungnya dua kapal induk AS di Laut China Selatan memungkinkan Washington melakukan operasi penerbangan ganda di perairan internasional.

Komandan operator kapal USS Ronald Reagen, Laksamana D. Alexander, mengatakan kehadiran kedua kapal induk menunjukkan kemampuan AS untuk beroperasi di daerah yang sama dan pada waktu yang sama.

”Kami harus mengambil keuntungan dari kesempatan ini untuk berlatih teknik warfightingyang diperlukan untuk menang dalam operasi angkatan laut modern,” kata Alexander seperti dikutipnews.com.au, Selasa (21/6/2016).
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4618 seconds (0.1#10.140)