Putin Bangun Tentara Super untuk Perang Dunia III Lawan NATO

Jum'at, 17 Juni 2016 - 13:48 WIB
Putin Bangun Tentara...
Putin Bangun Tentara Super untuk Perang Dunia III Lawan NATO
A A A
MOSKOW - Presiden Rusia Vladimir Putin sedang membangun “tentara super” untuk Perang Dunia III melawan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Demikian laporan intelijen Kanada.

Dalam laporan yang dilansir The Sun, hari Kamis (16/6/2015), Dinas Intelijen Kanada, CSIC, yang dijuluki MI6-nya negara Amerika Utara itu memperingatkan bahwa militer Rusia sedang mencoba untuk memodernisasi dirinya dalam persiapan untuk perang di Eropa Timur.

Presiden Putin, menurut laporan CSIC, membangun tentara yang super dalam persiapan untuk aneksasi atau pencaplokan Eropa Timur.

Namun, pasukan NATO sudah diatur untuk melindungi Eropa Timur dari cengkeraman Rusia. Kanada juga sedang mempertimbangkan untuk menumpuk “tentara super” untuk melawan Rusia.

Masih menurut laporan intelijen Kanada, Presiden Putin ingin membawa negara-negara pecahan Soviet kembali ke flip, untuk membuat “Rusia besar”.

“’Militer konvensional’ Rusia akan melalui pergolakan besar,” bunyi laporan intelijen Kanada. Rusia juga disebut sedang memobilisasi kemampuan militer konvensionalnya dalam skala besar.

”Negara ini memobilisasi (militer) untuk perang,” lanjut laporan intelijen Kanada ini.

Laporan itu muncul beberapa hari setelah Inggris diminta untuk menyediakan lebih banyak pasukan untuk memperkuat “tentara super” NATO, di mana aliansi Blok Barat ini ingin menempatkan 4.000 pasukan kuat di Polandia dan tiga negara Baltik untuk mengantisipasi potensi agresi dari Rusia.

Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg mengatakan: "Ini akan mengirimkan sinyal yang jelas bahwa NATO siap untuk membela sekutunya.”

”Kami terus-menerus menilai bagaimana kami dapat memastikan bahwa kehadiran kami di wilayah Baltik adalah yang terbaik dari kemungkinan yang ada,” ujar Stoltenberg.

"Kami akan memiliki batalion yang kuat, batalion multinasional di setiap negara-negara Baltik. Tidak ada keraguan bahwa apa yang kami lakukan adalah tanggapan terhadap tindakan Rusia di Crimea dan di Ukraina,” lanjut Stoltenberg.

Pada 2014, rakyat Crimea menggelar referendum untuk memisahkan diri dari Ukraina. Setelah pisah, Crimea menyatakan diri bergabung dengan Rusia. Namun, Ukraina dan negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat (AS) tidak terima dan menyebut Rusia menganeksasi Crimea dari Ukraina.

Pemerintah Putin belum merespons laporan Dinas Intelijen Kanada tersebut. Jika laporan intelijen Kanada ini benar, maka hal itu bertentangan dengan pernyataan Putin yang menyatakan bahwa hanya “orang gila” bila Rusia tiba-tiba menyerang sekutu NATO.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0706 seconds (0.1#10.140)