Hindari Aparat, Ektrimis Prancis Palsukan Kematian
A
A
A
PARIS - Omar Diaby, yang diyakini menjadi perekrut militan asal Prancis untuk dikirim ke Suriah, mengaku telah memalsukan kematiannya. Hal itu dilakukannya agar bisa mendapatkan perawatan medis dan menghindari deteksi aparat keamanan.
Diaby mengatakan, orang tuanya sengaja mengumumkan kematiannya di Twitter tahun lalu sehingga ia bisa meninggalkan Suriah untuk melakukan operasi besar di negara tetangga sambil menghindari aparat keamanan.
"Emir Omar Omsen tidak mati. Kematiannya diumumkan untuk alasan yang tepat," katanya membuka identitas barunya saat diwawancara stasiun televisi Prancis 2, seperti dikutip dari Al Arabiya, Rabu (1/6/2016).
Meski tidak terlibat dalam aksi serangan teroris di Paris, Diaby mendukung aksi brutal penembakan di kantor majalah satir Charlie Hebdo. "Mereka yang menghina nabi dieksekusi. Saya berharap saya akan dipilih untuk melakukan itu," katanya.
Prancis memiliki surat perintah penangkapan internasional terhadap Diaby. Diaby disebut menjadi otak di balik kelompok militan muda Prancis yang berjumlah 30 orang. Kebanyakan dari mereka berasal dari kota Nice.
Diaby mengatakan, orang tuanya sengaja mengumumkan kematiannya di Twitter tahun lalu sehingga ia bisa meninggalkan Suriah untuk melakukan operasi besar di negara tetangga sambil menghindari aparat keamanan.
"Emir Omar Omsen tidak mati. Kematiannya diumumkan untuk alasan yang tepat," katanya membuka identitas barunya saat diwawancara stasiun televisi Prancis 2, seperti dikutip dari Al Arabiya, Rabu (1/6/2016).
Meski tidak terlibat dalam aksi serangan teroris di Paris, Diaby mendukung aksi brutal penembakan di kantor majalah satir Charlie Hebdo. "Mereka yang menghina nabi dieksekusi. Saya berharap saya akan dipilih untuk melakukan itu," katanya.
Prancis memiliki surat perintah penangkapan internasional terhadap Diaby. Diaby disebut menjadi otak di balik kelompok militan muda Prancis yang berjumlah 30 orang. Kebanyakan dari mereka berasal dari kota Nice.
(ian)