Mengejutkan, Australia Tuduh Indonesia Dalangi Aksi Pencari Suaka
A
A
A
CANBERRA - Wakil Perdana Menteri Australia, Barnaby Joyce, secara tersirat membuat tuduhan mengejutkan, di mana Indonesia dianggap mendalangi aksi para pencari suaka menuju wilayah Australia sebagai balasan karena Australia melarang ekspor sapi pada 2011.
Tuduhan secara tersirat ini muncul dalam perdebatan para pemimpin regional hari Rabu, yang dikritik keras mantan Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa.
”Mungkin saya mengingatkan Anda bahwa ketika kita menutup industri ekspor hewan hidup, itu sekitar sekitar waktu yang sama ketika kita mulai melihat banyak orang tiba dengan kapal di Australia,” kata Joyce.
Tuduhan itu dianggap Marty sebagai hal mengejutkan, karena menghubungkan larangan ekspor dengan masalah pencari suaka.
Hubungan yang dikait-kaitkan seperti itu, kata Marty, sudah “terang-terangan palsu”.”Paling-paling, itu merupakan analisis atas subjek,” kata Marty yang merupakan mantan Menteri Luar Negeri Indonesia era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, seperti dikutip Fairfax Media, Kamis (26/5/2016).
”Lebih buruk lagi, itu mengejutkan untuk menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia akan mengambil risiko keselamatan dan kehidupan pencari suaka yang tidak bersalah dalam membuat perjalanan berbahaya ke Australia hanya untuk membuat titik (politik),” lanjut Marty.
Marty melanjutkan, Pemerintah Indonesia memiliki saluran komunikasi langsung dan efektif dengan Pemerintah Australia untuk membahas kedua hal itu secara konstruktif.”Kita bisa membuat poin langsung, yang kami lakukan dan kami akhirnya menyelesaikan masalah,” katanya.
Australia pernah melarang ekspor ternak sapi hidup ke Indonesia pada tahun 2011 setelah merilis rekaman bahwa sapi-sapi mengalami penganiaayaan di rumah-rumah penjagalan di Indonesia.
Tuduhan secara tersirat ini muncul dalam perdebatan para pemimpin regional hari Rabu, yang dikritik keras mantan Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa.
”Mungkin saya mengingatkan Anda bahwa ketika kita menutup industri ekspor hewan hidup, itu sekitar sekitar waktu yang sama ketika kita mulai melihat banyak orang tiba dengan kapal di Australia,” kata Joyce.
Tuduhan itu dianggap Marty sebagai hal mengejutkan, karena menghubungkan larangan ekspor dengan masalah pencari suaka.
Hubungan yang dikait-kaitkan seperti itu, kata Marty, sudah “terang-terangan palsu”.”Paling-paling, itu merupakan analisis atas subjek,” kata Marty yang merupakan mantan Menteri Luar Negeri Indonesia era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, seperti dikutip Fairfax Media, Kamis (26/5/2016).
”Lebih buruk lagi, itu mengejutkan untuk menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia akan mengambil risiko keselamatan dan kehidupan pencari suaka yang tidak bersalah dalam membuat perjalanan berbahaya ke Australia hanya untuk membuat titik (politik),” lanjut Marty.
Marty melanjutkan, Pemerintah Indonesia memiliki saluran komunikasi langsung dan efektif dengan Pemerintah Australia untuk membahas kedua hal itu secara konstruktif.”Kita bisa membuat poin langsung, yang kami lakukan dan kami akhirnya menyelesaikan masalah,” katanya.
Australia pernah melarang ekspor ternak sapi hidup ke Indonesia pada tahun 2011 setelah merilis rekaman bahwa sapi-sapi mengalami penganiaayaan di rumah-rumah penjagalan di Indonesia.
(mas)