WikiLeaks Sebut Presiden Interim Brasil Informan Intelijen AS
A
A
A
BRASILIA - Situs anti-kerahasiaan WikiLeaks menyebut presiden interim baru Brasil, Michel Temer, adalah seorang informan untuk intelijen Amerika Serikat (AS).
Temer yang merupakan anak imigran Libanon menjadi presiden interim Brasil setelah Presiden Dilma Rousseff dimakzulkan oleh Senat karena dituding terlibat penyelewengan anggaran negara untuk Pemilu 2014.
Menurut situs whistleblowing itu, Temer rutin berkomunikasi dengan Kedutaan Besar AS di Brasil melalui telegram. Konten yang diberikan Temer diklasifikasikan sebagai materi "sensitif" dan "untuk keperluan dinas intelijen.
Dua bocoran dari kabel diplomatik telah diungkap sebagai bukti dari tuduhan WikiLeaks. Dua materi itu tertanggal 11 Januari 2006 dan 21 Juni 2006.
Satu materi menunjukkan dokumen yang dikirim dari Sao Paolo, Brasil dengan penerima Komando AS Selatan di Miami. Di dalam materi itu, Temer membahas situasi politik di Brasil selama presiden Luiz Inácio Lula da Silva menjabat.
Dalam Pemilu Brasil 2006, Lula terpilih kembali menjadi Presiden Brasil. Kala itu, Temer menjadi bagian dari skenario bersama di mana partainya, PMDB, akan memenangkan Pemilu.
Masih menurut bocoran dokumen, Temer saat itu menolak untuk memprediksi hasil Pemilu. Namun, dia mengatakan "apa pun bisa terjadi."
Temer, lanjut bocoran dokumen, mengatakan PMDB akan memilih antara 10 dan 15 gubernur pada tahun itu. Partainya juga memiliki perwakilan dominan di Senat dan DPR. Ini berarti bahwa presiden terpilih harus tunduk pada aturan PMDB.
”Siapa pun yang memenangkan pemilihan presiden harus datang kepada kami untuk melakukan apa pun,” bunyi bocoran dokumen WikiLeaks menirukan pernyataan Temer, yang dikutip dari situs anti-kerahasiaan itu, Sabtu (14/5/2016).
Temer yang merupakan anak imigran Libanon menjadi presiden interim Brasil setelah Presiden Dilma Rousseff dimakzulkan oleh Senat karena dituding terlibat penyelewengan anggaran negara untuk Pemilu 2014.
Menurut situs whistleblowing itu, Temer rutin berkomunikasi dengan Kedutaan Besar AS di Brasil melalui telegram. Konten yang diberikan Temer diklasifikasikan sebagai materi "sensitif" dan "untuk keperluan dinas intelijen.
Dua bocoran dari kabel diplomatik telah diungkap sebagai bukti dari tuduhan WikiLeaks. Dua materi itu tertanggal 11 Januari 2006 dan 21 Juni 2006.
Satu materi menunjukkan dokumen yang dikirim dari Sao Paolo, Brasil dengan penerima Komando AS Selatan di Miami. Di dalam materi itu, Temer membahas situasi politik di Brasil selama presiden Luiz Inácio Lula da Silva menjabat.
Dalam Pemilu Brasil 2006, Lula terpilih kembali menjadi Presiden Brasil. Kala itu, Temer menjadi bagian dari skenario bersama di mana partainya, PMDB, akan memenangkan Pemilu.
Masih menurut bocoran dokumen, Temer saat itu menolak untuk memprediksi hasil Pemilu. Namun, dia mengatakan "apa pun bisa terjadi."
Temer, lanjut bocoran dokumen, mengatakan PMDB akan memilih antara 10 dan 15 gubernur pada tahun itu. Partainya juga memiliki perwakilan dominan di Senat dan DPR. Ini berarti bahwa presiden terpilih harus tunduk pada aturan PMDB.
”Siapa pun yang memenangkan pemilihan presiden harus datang kepada kami untuk melakukan apa pun,” bunyi bocoran dokumen WikiLeaks menirukan pernyataan Temer, yang dikutip dari situs anti-kerahasiaan itu, Sabtu (14/5/2016).
(mas)