Abu Sayyaf Penggal Ridsdel, PM Kanada Tolak Tebus Sandera Lainnya
A
A
A
OTTAWA - Perdana Menteri (PM) Kanada, Justin Trudeau, menolak untuk membayar uang tebusan bagi pembebasan sandera Kanada lainnya setelah kelompok Abu Sayyaf memenggal seorang warga Kanada, John Ridsdel.
“Kanada tidak dan tidak akan membayar uang tebusan untuk teroris, langsung atau tidak langsung,” kata Trudeau. Dia bersumpah untuk memburu dan mengadili para penyandera.
PM Trudeau mengutuk pembayaran tebusan untuk kelompok Abu Sayyaf di Filipina. Sebab, membayar tebusan berarti membantu untuk mendukung kegiatan kriminal atau teroris. ”Dan membahayakan nyawa setiap satu dari jutaan warga Kanada yang tinggal, bekerja dan bepergian di seluruh dunia,” ujarnya.
Trudeau mengatakan bahwa dia dan PM Inggris David Cameron dalam percakapan telepon sepakat untuk menekan sekutu dalam masalah ini.
”Kami sepakat bahwa itu adalah sesuatu yang kita akan memastikan bahwa kita membawa ini dengan teman-teman dan sekutu kami di seluruh dunia seperti bagaiamana kita datang untuk mengatasi tentang fakta bahwa dunia adalah tempat yang berbahaya,” katanya, seperti dilansir Reuters, Rabu (27/4/2016).
”Kita perlu memastikan bahwa teroris memahami bahwa mereka tidak bisa terus mendanai kejahatan dan kekerasan mereka dengan menculik orang tak berdosa sebagai sandera,” ujarnya.
Ridsdel dieksekusi penggal pada hari Senin, di mana potongan kepalanya dibungkus plastik dan dibuang di pinggir jalan di Kota Jolo, Sulu, Filipina selatan. Dia dieksekusi setelah tenggat ultimatum untuk membayar tebusan 300 juta peso berakhir pada 25 April 2016.
Ridsdel merupakan satu dari empat sandera yang diculik bersama sekitar enam bulan lalu. Tiga orang lainnya yang masih disandera adalah Robert Hall (warga Kanada), Marites Flor (warga Filipina), dan Kjartan Sekkingstad (warga Norwegia).
Selain mereka ada juga 14 warga Indonesi yang juga diculik sebuah kelompok yang diduga dari faksi Abu Sayyaf di Filipina selatan. Ke-14 warga Indonesia hingga kini belum dibebaskan.
“Kanada tidak dan tidak akan membayar uang tebusan untuk teroris, langsung atau tidak langsung,” kata Trudeau. Dia bersumpah untuk memburu dan mengadili para penyandera.
PM Trudeau mengutuk pembayaran tebusan untuk kelompok Abu Sayyaf di Filipina. Sebab, membayar tebusan berarti membantu untuk mendukung kegiatan kriminal atau teroris. ”Dan membahayakan nyawa setiap satu dari jutaan warga Kanada yang tinggal, bekerja dan bepergian di seluruh dunia,” ujarnya.
Trudeau mengatakan bahwa dia dan PM Inggris David Cameron dalam percakapan telepon sepakat untuk menekan sekutu dalam masalah ini.
”Kami sepakat bahwa itu adalah sesuatu yang kita akan memastikan bahwa kita membawa ini dengan teman-teman dan sekutu kami di seluruh dunia seperti bagaiamana kita datang untuk mengatasi tentang fakta bahwa dunia adalah tempat yang berbahaya,” katanya, seperti dilansir Reuters, Rabu (27/4/2016).
”Kita perlu memastikan bahwa teroris memahami bahwa mereka tidak bisa terus mendanai kejahatan dan kekerasan mereka dengan menculik orang tak berdosa sebagai sandera,” ujarnya.
Ridsdel dieksekusi penggal pada hari Senin, di mana potongan kepalanya dibungkus plastik dan dibuang di pinggir jalan di Kota Jolo, Sulu, Filipina selatan. Dia dieksekusi setelah tenggat ultimatum untuk membayar tebusan 300 juta peso berakhir pada 25 April 2016.
Ridsdel merupakan satu dari empat sandera yang diculik bersama sekitar enam bulan lalu. Tiga orang lainnya yang masih disandera adalah Robert Hall (warga Kanada), Marites Flor (warga Filipina), dan Kjartan Sekkingstad (warga Norwegia).
Selain mereka ada juga 14 warga Indonesi yang juga diculik sebuah kelompok yang diduga dari faksi Abu Sayyaf di Filipina selatan. Ke-14 warga Indonesia hingga kini belum dibebaskan.
(mas)