Armenia Ingatkan Konflik Nagorno-Karabakh Bisa Jadi Perang Sesungguhnya
A
A
A
YEREVAN - Presiden Armenia memperingatkan bahwa kekerasan di Nagorno-Karabakh bisa menjadi perang sesungguhnya. Pernyataan itu dikeluarkannya setelah konflik bersenjata antara tentara Azerbaijan dengan separatis yang didukung Armenia sudah memasuki hari ketiga.
"Eskalasi lebih lanjut dari aksi militer dapat menyebabkan konsekuensi tak terduga dan tidak dapat diubah, sampai ke skala perang penuh," kata Presiden Serzh Sarksyan pada pertemuan dengan duta besar asing di ibukota Armenia, Yerevan, dikutip dari Reuters, Selasa (5/4/2016).
Sementara itu di Paris perwakilan dari Karabakh, Hovhannes Guevorkin mengatakan, militer Azerbaijan telah menghentikan serangan menggunakan helikopter dan kendaraan bersenjata. Namun, kini mereka menembakkan artileri berat secara non stop ke kota-kota di bagian selatan dan utara wilayah.
"Ada akumulasi kekuatan Azeri sepanjang garis depan terutama di utara dan selatan negara itu," katanya.
Konflik di Nagorno-Karabakh dimulai pada tahun 1988, ketika daerah otonom yang didominasi warga Armenia berusaha untuk memisahkan diri dari Azerbaijan yang kala itu masih menjadi bagian dari Uni Soviet. Azerbaijan kemudian memproklamasikan kemerdekaannya setelah Uni Soviet runtuh pada tahun 1991. Pada bulan September 2015, konflik meningkat, dimana kedua sisi saling menyalahkan karena melanggar gencatan senjata.
"Eskalasi lebih lanjut dari aksi militer dapat menyebabkan konsekuensi tak terduga dan tidak dapat diubah, sampai ke skala perang penuh," kata Presiden Serzh Sarksyan pada pertemuan dengan duta besar asing di ibukota Armenia, Yerevan, dikutip dari Reuters, Selasa (5/4/2016).
Sementara itu di Paris perwakilan dari Karabakh, Hovhannes Guevorkin mengatakan, militer Azerbaijan telah menghentikan serangan menggunakan helikopter dan kendaraan bersenjata. Namun, kini mereka menembakkan artileri berat secara non stop ke kota-kota di bagian selatan dan utara wilayah.
"Ada akumulasi kekuatan Azeri sepanjang garis depan terutama di utara dan selatan negara itu," katanya.
Konflik di Nagorno-Karabakh dimulai pada tahun 1988, ketika daerah otonom yang didominasi warga Armenia berusaha untuk memisahkan diri dari Azerbaijan yang kala itu masih menjadi bagian dari Uni Soviet. Azerbaijan kemudian memproklamasikan kemerdekaannya setelah Uni Soviet runtuh pada tahun 1991. Pada bulan September 2015, konflik meningkat, dimana kedua sisi saling menyalahkan karena melanggar gencatan senjata.
(ian)