Negara Arab Beli Senjata Skala Besar, Israel Merasa Dalam Bahaya
A
A
A
TEL AVIV - Israel mengaku merasa dalam bahaya setelah negara-negara Arab tetangganya membeli senjata canggih berskala besar dari Barat.
Hal itu disampaikan Wakil Kepala Angkatan Udara Israel, Brigadir Jenderal Tal Kelman, pada hari Minggu (3/4/2016). Menurutnya, Israel ingin meminta bantuan pertahanan yang lebih aman dari Amerika Serikat (AS), namun Washington enggan.
Militer AS saat ini membiayai militer Israel sekitar USD3 miliar per tahun dan berakhir pada 2018. Para pejabat Israel telah berbicara pada Pemerintah AS agar biaya ditambah sekitar USD4,5 miliar. Namun, para pejabat AS telah menolak keras kenaikan tersebut.
Israel mengaku membutuhkan kekuatan angkatan bersenjata secara massal, yang tidak hanya meng-upgrade teknologi mereka, tapi juga siap menghadapi musuh di depan.
”Ada negara-negara di sini yang memiliki rencana, yang sedang diaktualisasikan untuk penawaran senjata pada (skala) ratusan miliar dolar, untuk (mendapatkan )persenjataan Barat yang paling canggih dan persenataan Timur yang paling canggih,” kata Kelman dalam konferensi untuk mempromosikan pembelian pesawat jet tempur AS paling canggih F-35.
Kelman tidak menentukan negara-negara tetangganya itu selain Iran. Israel takut Iran memanfaatkan pencabutan sanksi dari kesepakatan nuklir tahun lalu untuk membangun program rudal balistik dan mempersenjatai gerilyawan seperti milisi Hizbullah Libanon.
Beberapa pejabat Israel telah secara pribadi menyuarakan keprihatinan tentang sistem senjata AS yang dipasok ke blok Teluk Arab. Israel juga menyoroti pasokan senjata maju Rusia ke Mesir.
”Ada bahaya yang sangat besar di sini, karena musuh hari ini dapat menjadi teman besok, dan teman hari ini bisa menjadi musuh besok," ujar Kelman kepada forum, yang diselenggarakan oleh majalah Israel Defense dan Fisher Brothers Institute for Air and Space Strategic Studies.
”Ada potensi di sini untuk erosi bagi (Angkatan Pertahanan Israel) IDF tepi kualitatif dan (Angkatan Udara Israel) IAF di tepi kualitatif,” lanjut Kelman, seperti dikutip Reuters.
Intervensi militer Rusia dalam perang sipil Suriah juga telah membuat khawatir Israel, mengingat pengiriman sistem rudal S-300 dan S-400 Rusia ke Suriah memapu menjangkau wilayah Israel.
Hal itu disampaikan Wakil Kepala Angkatan Udara Israel, Brigadir Jenderal Tal Kelman, pada hari Minggu (3/4/2016). Menurutnya, Israel ingin meminta bantuan pertahanan yang lebih aman dari Amerika Serikat (AS), namun Washington enggan.
Militer AS saat ini membiayai militer Israel sekitar USD3 miliar per tahun dan berakhir pada 2018. Para pejabat Israel telah berbicara pada Pemerintah AS agar biaya ditambah sekitar USD4,5 miliar. Namun, para pejabat AS telah menolak keras kenaikan tersebut.
Israel mengaku membutuhkan kekuatan angkatan bersenjata secara massal, yang tidak hanya meng-upgrade teknologi mereka, tapi juga siap menghadapi musuh di depan.
”Ada negara-negara di sini yang memiliki rencana, yang sedang diaktualisasikan untuk penawaran senjata pada (skala) ratusan miliar dolar, untuk (mendapatkan )persenjataan Barat yang paling canggih dan persenataan Timur yang paling canggih,” kata Kelman dalam konferensi untuk mempromosikan pembelian pesawat jet tempur AS paling canggih F-35.
Kelman tidak menentukan negara-negara tetangganya itu selain Iran. Israel takut Iran memanfaatkan pencabutan sanksi dari kesepakatan nuklir tahun lalu untuk membangun program rudal balistik dan mempersenjatai gerilyawan seperti milisi Hizbullah Libanon.
Beberapa pejabat Israel telah secara pribadi menyuarakan keprihatinan tentang sistem senjata AS yang dipasok ke blok Teluk Arab. Israel juga menyoroti pasokan senjata maju Rusia ke Mesir.
”Ada bahaya yang sangat besar di sini, karena musuh hari ini dapat menjadi teman besok, dan teman hari ini bisa menjadi musuh besok," ujar Kelman kepada forum, yang diselenggarakan oleh majalah Israel Defense dan Fisher Brothers Institute for Air and Space Strategic Studies.
”Ada potensi di sini untuk erosi bagi (Angkatan Pertahanan Israel) IDF tepi kualitatif dan (Angkatan Udara Israel) IAF di tepi kualitatif,” lanjut Kelman, seperti dikutip Reuters.
Intervensi militer Rusia dalam perang sipil Suriah juga telah membuat khawatir Israel, mengingat pengiriman sistem rudal S-300 dan S-400 Rusia ke Suriah memapu menjangkau wilayah Israel.
(mas)