Presiden Korsel Bilang Nuklir Tak Bisa Pertahankan Rezim Kim Jong-un
A
A
A
SEOUL - Presiden Korea Selatan (Korsel) Park Geun-hye, pada Selasa (1/3/2016) mengatakan, Korea Utara (Korut) harus membayar mahal atas uji coba senjata nuklir dan roket terbarunya. Dia mengatakan, rezim Kim Jong-un tidak bisa bertahan dengan senjata nuklir.
Pernyataan Presiden Park itu disampaikan dalam pidato yang disiarkan televisi untuk memperingati hari perjuangan rakyat Korea melawan penjajahan Jepang.
Menurut Park, kegagalan untuk menanggapi ”provokasi sembrono” Korut hanya akan menghasilkan tes senjata nuklir lebih lanjut dari Pyongyang.
”Jika kita meninggalkan mereka sendirian, mereka akan terus,” katanya, yang mengaku sudah secara signifikan bersikap melawan Pyongyang setelah uji coba senjata nuklir keempat pada 6 Januari 2016.
”Korea Utara harus memahami dengan jelas, bahwa mereka tidak bisa lagi mempertahankan rezim mereka melalui senjata nuklir,” ucap Presiden Park.
Komentar Park muncul di saat Dewan Keamanan PBB mempersipkan diri untuk voting guna menjatuhkan sanksi ekonomi yang lebih keras terhadap Korut. Rancangan itu disusun Amerika Serikat (AS) dan didukung oleh China.
Park, seperti dikutip AFP, membenarkan bahwa rancangan sanksi untuk Korut telah mendapatkan persetujuan dari China yang sejatinya merupakan sekutu utama Pyongyang. Menurutnya, sanksi itu untuk memastikan bahwa Korut “membayar mahal” atas penolakannya menghentikan program senjata nuklir.
”Pemerintah saya akan meninggalkan pintu untuk dialog terbuka, sampai Korea Utara menunjukkan bahwa mereka bersedia untuk berubah, untuk mengejar denuklirisasi, kami dan masyarakat internasional akan terus menekan Korea Utara,” katanya.
”Bola sekarang ada di pengadilan Korea Utara,” imbuh Presiden Park. Korut sendiri belum merespons soal ancaman sanksi keras dari DK PBB.
Tapi, Korut berulang ali menegaskan bahwa Korsel dan AS terus melakukan provokasi dengan melakukan latihan militer yang mensimulasikan invasi terhadap Korut.
Pernyataan Presiden Park itu disampaikan dalam pidato yang disiarkan televisi untuk memperingati hari perjuangan rakyat Korea melawan penjajahan Jepang.
Menurut Park, kegagalan untuk menanggapi ”provokasi sembrono” Korut hanya akan menghasilkan tes senjata nuklir lebih lanjut dari Pyongyang.
”Jika kita meninggalkan mereka sendirian, mereka akan terus,” katanya, yang mengaku sudah secara signifikan bersikap melawan Pyongyang setelah uji coba senjata nuklir keempat pada 6 Januari 2016.
”Korea Utara harus memahami dengan jelas, bahwa mereka tidak bisa lagi mempertahankan rezim mereka melalui senjata nuklir,” ucap Presiden Park.
Komentar Park muncul di saat Dewan Keamanan PBB mempersipkan diri untuk voting guna menjatuhkan sanksi ekonomi yang lebih keras terhadap Korut. Rancangan itu disusun Amerika Serikat (AS) dan didukung oleh China.
Park, seperti dikutip AFP, membenarkan bahwa rancangan sanksi untuk Korut telah mendapatkan persetujuan dari China yang sejatinya merupakan sekutu utama Pyongyang. Menurutnya, sanksi itu untuk memastikan bahwa Korut “membayar mahal” atas penolakannya menghentikan program senjata nuklir.
”Pemerintah saya akan meninggalkan pintu untuk dialog terbuka, sampai Korea Utara menunjukkan bahwa mereka bersedia untuk berubah, untuk mengejar denuklirisasi, kami dan masyarakat internasional akan terus menekan Korea Utara,” katanya.
”Bola sekarang ada di pengadilan Korea Utara,” imbuh Presiden Park. Korut sendiri belum merespons soal ancaman sanksi keras dari DK PBB.
Tapi, Korut berulang ali menegaskan bahwa Korsel dan AS terus melakukan provokasi dengan melakukan latihan militer yang mensimulasikan invasi terhadap Korut.
(mas)