Alasan Sanksi AS Tak Mempan Cegah Program Nuklir Korut
A
A
A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) bersiap menjatuhkan sanksi keras terhadap Korut karena menguji coba senjata nuklir dan roket jarak jauh. Namun, sanksi keras itu dinilai tidak mempan karena ekonomi Pyongyang selama sekian tahun mulai mandiri.
Rancangan resolusi sanksi AS untuk Korut itu akan diserahkan ke PBB setelah mendapat dukungan dari China.
Penilaian perihal sanksi AS yang tidak mempan untuk mencegah program senjata nuklir Korut itu disampaikan pakar yang memantau krisis Korut, Michael Madden, kepada Sputnik, Minggu (28/2/2016).
Michael Madden merupakan pakar yang menjalankan blog “North Korean Leadership Watch”. ”Ini bukan ekonomi yang hebat, tetapi dalam beberapa tahun terakhir mereka (Korut) telah memiliki pertumbuhan (ekonomi) secara moderat dan mereka punya beberapa kemajuan dalam hal pembangunan ekonomi domestik sehingga akan tetap eksis jika sanksi dijatuhkan,” kata Madden.
”Salah satu hal yang telah mereka lakukan adalah untuk memungkinkan para teknokrat yang berada dalam kabinet Korea Utara untuk memulai mengelola program (nuklir), orang-orang ini sangat berpengalaman (untuk menangani) kelemahan mendasar dalam perekonomian Korea Utara, mereka tahu beberapa perbaikan yang mereka butuhkan,” ujarnya.
”Ada beberapa langkah-langkah reformasi yang memukau yang telah diambil sejak Kim Jong-un berkuasa, ada fleksibilitas yang lebih sedikit untuk teknokrat, ada fleksibilitas yang lebih sedikit dalam hal produksi pangan, ada beberapa prinsip pasar yang sangat dasar, yang mereka terapkan di perekonomian,” imbuh Madden.
Menurutnya, pemimpin Korut, Kim Jong-un dan banyak dari lingkaran rezim Pyongyang sudah berpikiran terbuka karena mereka dididik di luar negeri. Kim Jong-un, kata dia, menyadari ada kesenjangan dalam pengetahuan, namun dia terbuka dan bisa menerima saran, terutama dari teknokrat dan ahli ekonomi.
”Ada tingkat tertentu - tingkat yang sangat spesifik karena itu adalah negara totaliter. Fleksibilitas, bahwa dia telah memungkinkan pejabat untuk memiliki hak dalam merumuskan kebijakan,” katanya.
Pakar ini memperingatkan bahwa sanksi keras tidak akan membuat Pyongyang menghentikan program nuklirnya. ”Korea Utara pada dasarnya mengatakan pada sejumlah kesempatan bahwa mereka tidak punya niat untuk menyerah program senjata nuklir mereka, dan tidak ada niat untuk berhenti dalam peluncuran ruang angkasa, dan kita akan harus melihat mereka pada kata-katanya,” ujarnya.
“Mereka memiliki banyak alasan untuk itu, mereka akan mengatakan 'Irak dan Libya menyingkirkan program WMD (nukli) mereka, dan lihat apa yang terjadi di sana’,” kata Madden mengutip pernyataan rezim Korut yang tidak ingin bernasib seperti rezim Irak dan Libya.
Rancangan resolusi sanksi AS untuk Korut itu akan diserahkan ke PBB setelah mendapat dukungan dari China.
Penilaian perihal sanksi AS yang tidak mempan untuk mencegah program senjata nuklir Korut itu disampaikan pakar yang memantau krisis Korut, Michael Madden, kepada Sputnik, Minggu (28/2/2016).
Michael Madden merupakan pakar yang menjalankan blog “North Korean Leadership Watch”. ”Ini bukan ekonomi yang hebat, tetapi dalam beberapa tahun terakhir mereka (Korut) telah memiliki pertumbuhan (ekonomi) secara moderat dan mereka punya beberapa kemajuan dalam hal pembangunan ekonomi domestik sehingga akan tetap eksis jika sanksi dijatuhkan,” kata Madden.
”Salah satu hal yang telah mereka lakukan adalah untuk memungkinkan para teknokrat yang berada dalam kabinet Korea Utara untuk memulai mengelola program (nuklir), orang-orang ini sangat berpengalaman (untuk menangani) kelemahan mendasar dalam perekonomian Korea Utara, mereka tahu beberapa perbaikan yang mereka butuhkan,” ujarnya.
”Ada beberapa langkah-langkah reformasi yang memukau yang telah diambil sejak Kim Jong-un berkuasa, ada fleksibilitas yang lebih sedikit untuk teknokrat, ada fleksibilitas yang lebih sedikit dalam hal produksi pangan, ada beberapa prinsip pasar yang sangat dasar, yang mereka terapkan di perekonomian,” imbuh Madden.
Menurutnya, pemimpin Korut, Kim Jong-un dan banyak dari lingkaran rezim Pyongyang sudah berpikiran terbuka karena mereka dididik di luar negeri. Kim Jong-un, kata dia, menyadari ada kesenjangan dalam pengetahuan, namun dia terbuka dan bisa menerima saran, terutama dari teknokrat dan ahli ekonomi.
”Ada tingkat tertentu - tingkat yang sangat spesifik karena itu adalah negara totaliter. Fleksibilitas, bahwa dia telah memungkinkan pejabat untuk memiliki hak dalam merumuskan kebijakan,” katanya.
Pakar ini memperingatkan bahwa sanksi keras tidak akan membuat Pyongyang menghentikan program nuklirnya. ”Korea Utara pada dasarnya mengatakan pada sejumlah kesempatan bahwa mereka tidak punya niat untuk menyerah program senjata nuklir mereka, dan tidak ada niat untuk berhenti dalam peluncuran ruang angkasa, dan kita akan harus melihat mereka pada kata-katanya,” ujarnya.
“Mereka memiliki banyak alasan untuk itu, mereka akan mengatakan 'Irak dan Libya menyingkirkan program WMD (nukli) mereka, dan lihat apa yang terjadi di sana’,” kata Madden mengutip pernyataan rezim Korut yang tidak ingin bernasib seperti rezim Irak dan Libya.
(mas)