Buntut Serangan Seks Massal Tahun Baru, Kepala Polisi Cologne Dipecat
A
A
A
COLOGNE - Kepala Polisi Cologne, Wolfgang Albers dilaporkan dipecat setelah dianggap gagal mengatasi serangan seks massal pada malam tahun baru oleh kaum imigran Arab dan Afrika Utara di Cologne, Jerman.Pemerintah Kota Cologne menyatakan, Albers menjalani pensiun menyusul laporan serangan seksual massal yang diduga dilakukan hingga 1.000 orang dari kelompok imigran di luar stasiun kereta api Cologne.
Kepolisian Cologne telah menerima banyak kritikan, terlebih setelah muncul bocoran laporan polisi bahwa petugas tidak menyadari adanya serangan asusila itu. Polisi juga telah menghadapi tuduhan bahwa mereka mencoba untuk menutupi kasus serangan itu untuk menghindari reaksi warga Jerman terhadap kaum imigran yang baru saja memasuki negara itu.
Dari 31 tersangka yang ditangkap sejauh ini dalam penyelidikan, 18 dari mereka adalah pencari suaka yang dituduh melakukan kejahatan seperti pencurian dan kekerasan. Anehnya, tak satu pun dari mereka yang ditangkap dikenai tuduhan melakukan kejahatan seksual pada malam Tahun Baru 2016 lalu. Mereka yang ditahan antara lain sembilan warga Aljazair, delapan warga Maroko, lima warga Iran dan empat warga Suriah.
Albers dilaporkan telah “dipensiunkan dini” oleh Menteri Dalam Negeri Ralf Jaeger. Pengumuman resmi nasib Kepala Polisi Cologne akan diumumkan nanti.
Wali Kota Cologne, Henriette Reker,menuduh polisi menahan informasi kasus serangan seksual massal itu. Menurutnya, Kasus itu membuat kepemimpinan dan kepercayaan polisi Cologne terguncang secara signifikan.
“Langkah itu diperlukan untuk mengembalikan kepercayaan publik dan kemampuan polisi Cologne untuk bertindak, dengan maksud untuk peristiwa besar yang akan datang,” kata Reker, seperti dikutip dari IB Times, Sabtu (9/1/2016).
Kepolisian Cologne sejauh ini menerima 170 aduan, termasuk 117 yang bersifat serangan seksual dan dua pemerkosaan. Dua orang, berusia 16 dan 23 tahun yang diidentifikasi sebagai warga Afrika Utara, telah ditangkap atas tuduhan melakukan penyerangan seksual.
Polisi juga menyelidiki apakah ada hubungan antara serangan di Cologne dan yang terjadi di Hamburg dan kota-kota lain di Jerman.
Kepolisian Cologne telah menerima banyak kritikan, terlebih setelah muncul bocoran laporan polisi bahwa petugas tidak menyadari adanya serangan asusila itu. Polisi juga telah menghadapi tuduhan bahwa mereka mencoba untuk menutupi kasus serangan itu untuk menghindari reaksi warga Jerman terhadap kaum imigran yang baru saja memasuki negara itu.
Dari 31 tersangka yang ditangkap sejauh ini dalam penyelidikan, 18 dari mereka adalah pencari suaka yang dituduh melakukan kejahatan seperti pencurian dan kekerasan. Anehnya, tak satu pun dari mereka yang ditangkap dikenai tuduhan melakukan kejahatan seksual pada malam Tahun Baru 2016 lalu. Mereka yang ditahan antara lain sembilan warga Aljazair, delapan warga Maroko, lima warga Iran dan empat warga Suriah.
Albers dilaporkan telah “dipensiunkan dini” oleh Menteri Dalam Negeri Ralf Jaeger. Pengumuman resmi nasib Kepala Polisi Cologne akan diumumkan nanti.
Wali Kota Cologne, Henriette Reker,menuduh polisi menahan informasi kasus serangan seksual massal itu. Menurutnya, Kasus itu membuat kepemimpinan dan kepercayaan polisi Cologne terguncang secara signifikan.
“Langkah itu diperlukan untuk mengembalikan kepercayaan publik dan kemampuan polisi Cologne untuk bertindak, dengan maksud untuk peristiwa besar yang akan datang,” kata Reker, seperti dikutip dari IB Times, Sabtu (9/1/2016).
Kepolisian Cologne sejauh ini menerima 170 aduan, termasuk 117 yang bersifat serangan seksual dan dua pemerkosaan. Dua orang, berusia 16 dan 23 tahun yang diidentifikasi sebagai warga Afrika Utara, telah ditangkap atas tuduhan melakukan penyerangan seksual.
Polisi juga menyelidiki apakah ada hubungan antara serangan di Cologne dan yang terjadi di Hamburg dan kota-kota lain di Jerman.
(mas)