Korut Ledek Kesepakatan Jepang & Korsel soal Wanita Budak Seks

Selasa, 29 Desember 2015 - 18:01 WIB
Korut Ledek Kesepakatan...
Korut Ledek Kesepakatan Jepang & Korsel soal Wanita Budak Seks
A A A
PYONGYANG - Korea Utara (Korut) telah meledek kesepakatan bersejarah antara Korea Selatan (Korsel) dan Jepang untuk menyelesaikan masalah wanita Seoul korban perbudakan seksual tentara Jepang saat Perang Dunia II. Pyongyang menyebut kesepakatan kedua negara itu sebagai “kesepakatan memalukan”.

Dalam kesepakatan itu, Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, meminta maaf pada Korsel atas kasus perbudakan seksual yang dilakukan para tentara Jepang di masa lalu. Jepang juga menawarkan kompensasi 1 miliar yen untuk korban dan kerabat korban budak seks.

Sejatinya, tidak hanya wanita Korsel yang jadi korban pelampiasan nafsu tentara Jepang pada masa Perang Dunia II. Wanita Indonesia, China dan Korut juga menjadi korban.

Ledekan dari Korut salah satunya disuarakan oleh Asosiasi Korea di Jepang untuk Reunifikasi Damai, kelompok pro-rezim Pyongyang. ”Bagi Korsel, tidak ada diplomasi yang lebih memalukan daripada untuk mencapai kesepakatan seperti Jepang denganKorsel, yang memandang masalah akhirnya diselesaikan dan ireversibel. Meskipun Jepang tidak menyatakan bertanggung jawab secara hukum dalam masalah ini,” bunyi pernyataan asosiasi itu.

Suara olok-olokan serupa juga muncul dari media pro-rezim Pyongyang; Chosun Sinbo. Media corong Pemerintah Korut yang berbasis di Jepang itu menegaskan, bahwa wanita budak seks tentara Jepang selama Perang Dunai II juga ada di Korut.

Sementara itu, China--sekutu Korut--yang warganya juga jadi korban tentara Jepang di masa silam menyatakan skeptis melihat kesepakatan Tokyo-Seoul. Media Pemerintah China, Global Times, dalam editorialnya, menyatakan bahwa China tidak menyambut kesepakatan itu.

“Bagi para wanita, kesepakatan itu memiliki sedikit pengaruh untuk meredam ketegangan Jepang dengan Korsel, tapi tidak berarti itu akan mendapatkan hasil lebih maksimal untuk mengatasi China,” bunyi editorial itu.

Sebagai korban, China telah mengambil inisiatif untuk melawan penolakan Jepang soal sejarah agresinya. Korsel bukan merupakan faktor kunci dalam hubungan China-Jepang,” imbuh editorial itu.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1169 seconds (0.1#10.140)