Demonstran di Corsica Serbu Tempat Ibadah dan Bakar Alquran
A
A
A
AJACCIO - Para demonstran menyerbu tempat ibadah di Pulau Corsica, Prancis, dan membakar salinan Alquran. Penyerbuan yang dikutuk Pemerintah Prancis itu terjadi saat hari Natal, kemarin.
Aksi anarki pecah di saat Prancis memperketat pengamanan bagi warga yang sedang menikmati liburan. Terlebih warga Prancis masih dihantui rentetan serangan teror mengerikan di Paris 13 November 2015 lalu yang menewaskan 130 orang.
Perdana Menteri Perancis; Manuel Valls menulis kecaman di Twitter terkait kekerasan di Kota Ajaccio. ”Penodaan tidak dapat diterima,” katanya mengacu pada penyerbuan tempat ibadah Muslim itu.
Sebelum penyerbuan tempat ibadah, Kota Ajaccio sempat dilanda ketegangan, setelah dua petugas pemadam kebakaran dan polisi terluka di lingkungan masyarakat berpenghasilan rendah ketika mereka diserang oleh beberapa pemuda berkerudung.
Setelah serangan itu, sekitar 150 orang berkumpul untuk memberikan dukungan kepada polisi dan petugas pemadam kebakaran yang jadi sasaran serangan.
Kemudian, sekelompok orang yang memisahkan diri nekat menuju perumahan masyarakat berpenghasilan rendah, tempat di mana kekerasan terjadi pada malam sebelumnya. Mereka meneriakkan slogan-slogan dalam bahasa Corsica. ”Arab keluar!," sekelompok orang itu. ”Ini rumah kami!,” lanjut teriakan mereka sebagaimana dilaporkan koresponden AFP, Sabtu (26/12/2015).
Di dekat perumahan itu terdapat sebuah ruang yang dijadikan tempat ibadah warga Muslim. Sekelompok demonstran lantas memecahkan pintu kaca dan menyerbu tempat ibadah tersebut. Menurut pejabat setempat, Francois Lalanne, mereka menggeledah ruang dan membakar beberapa buku termasuk salinan Alquran. “Lima puluh buku doa dilempar keluar di jalan," kata Lalanne. Beberapa halaman, kata dia, dibakar.
French Council of the Muslim Faith (CFCM) atau Dewan Muslim Prancis di saat warga Muslim dan Kristen sama-sama berdoa di hari yang penting. Warga Muslim berdoa di hari kelahiran Nabi Muhammad sedangkan warga Kristen berdoa di hari Natal.
Menteri Dalam Negeri Prancis; Bernard Cazeneuve; mengatakan serangan di tempat ibadah warga Muslim menunjukkan tanda-tanda ”rasisme dan xenofobia”. Dia juga mengutuk serangan terhadap aparat keamanan dan penegak hukum di Corsica yang dilakukan sekelompok pemuda berkerudung.
Aksi anarki pecah di saat Prancis memperketat pengamanan bagi warga yang sedang menikmati liburan. Terlebih warga Prancis masih dihantui rentetan serangan teror mengerikan di Paris 13 November 2015 lalu yang menewaskan 130 orang.
Perdana Menteri Perancis; Manuel Valls menulis kecaman di Twitter terkait kekerasan di Kota Ajaccio. ”Penodaan tidak dapat diterima,” katanya mengacu pada penyerbuan tempat ibadah Muslim itu.
Sebelum penyerbuan tempat ibadah, Kota Ajaccio sempat dilanda ketegangan, setelah dua petugas pemadam kebakaran dan polisi terluka di lingkungan masyarakat berpenghasilan rendah ketika mereka diserang oleh beberapa pemuda berkerudung.
Setelah serangan itu, sekitar 150 orang berkumpul untuk memberikan dukungan kepada polisi dan petugas pemadam kebakaran yang jadi sasaran serangan.
Kemudian, sekelompok orang yang memisahkan diri nekat menuju perumahan masyarakat berpenghasilan rendah, tempat di mana kekerasan terjadi pada malam sebelumnya. Mereka meneriakkan slogan-slogan dalam bahasa Corsica. ”Arab keluar!," sekelompok orang itu. ”Ini rumah kami!,” lanjut teriakan mereka sebagaimana dilaporkan koresponden AFP, Sabtu (26/12/2015).
Di dekat perumahan itu terdapat sebuah ruang yang dijadikan tempat ibadah warga Muslim. Sekelompok demonstran lantas memecahkan pintu kaca dan menyerbu tempat ibadah tersebut. Menurut pejabat setempat, Francois Lalanne, mereka menggeledah ruang dan membakar beberapa buku termasuk salinan Alquran. “Lima puluh buku doa dilempar keluar di jalan," kata Lalanne. Beberapa halaman, kata dia, dibakar.
French Council of the Muslim Faith (CFCM) atau Dewan Muslim Prancis di saat warga Muslim dan Kristen sama-sama berdoa di hari yang penting. Warga Muslim berdoa di hari kelahiran Nabi Muhammad sedangkan warga Kristen berdoa di hari Natal.
Menteri Dalam Negeri Prancis; Bernard Cazeneuve; mengatakan serangan di tempat ibadah warga Muslim menunjukkan tanda-tanda ”rasisme dan xenofobia”. Dia juga mengutuk serangan terhadap aparat keamanan dan penegak hukum di Corsica yang dilakukan sekelompok pemuda berkerudung.
(mas)