Dubes Rusia: NATO Organisasi Berbahaya
A
A
A
JAKARTA - Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Galuzin mengatakan, Pakta Atlantik Utara atau NATO adalah organisasi yang sangat berbahaya. Merujuk pada insiden penembakan pesawat tempur Rusia oleh pesawat tempur Turki, hal itu menunjukkan jika NATO adalah organisasi yang kebal hukum.
"Bayangkan, pesawat militer milik negara anggota NATO bisa menembak pesawat asing (Rusia) di negara asing (Suriah) yang merupakan negara anggota PBB. Mereka beralasan, apa yang dilakukan oleh Turki adalah tindakan melindungi diri. Padahal, tindakan ini jelas-jelas melanggar hukum internasional, melanggar piagam PBB," kata Galuzin dalam jumpa persnya di Kedubes Rusia, Jakarta, Rabu (25/11/2015).
Tidak hanya itu, NATO juga terlihat begitu agresif akhir-akhir ini dalam menyikapi sejumlah isu internasional. Salah satunya adalah permasalahan di wilayah Laut China Selatan.
Menurut Galuzin, Amerika Serikat (AS) yang merupakan pimpinan NATO tengah berusaha melakukan ekspansi ke wilayah Laut China Selatan. Hal ini dapat dilihat dari tindakan AS yang berulangkali melakukan aksi provokatif di Laut China Selatan.
"Ini sangat berbahaya bagi Indonesia atau negara-negara lain di kawasan itu. Bukan tidak mungkin akan terjadi 'hard war' di Laut China Selatan," tukas Galuzin.
"Bayangkan, pesawat militer milik negara anggota NATO bisa menembak pesawat asing (Rusia) di negara asing (Suriah) yang merupakan negara anggota PBB. Mereka beralasan, apa yang dilakukan oleh Turki adalah tindakan melindungi diri. Padahal, tindakan ini jelas-jelas melanggar hukum internasional, melanggar piagam PBB," kata Galuzin dalam jumpa persnya di Kedubes Rusia, Jakarta, Rabu (25/11/2015).
Tidak hanya itu, NATO juga terlihat begitu agresif akhir-akhir ini dalam menyikapi sejumlah isu internasional. Salah satunya adalah permasalahan di wilayah Laut China Selatan.
Menurut Galuzin, Amerika Serikat (AS) yang merupakan pimpinan NATO tengah berusaha melakukan ekspansi ke wilayah Laut China Selatan. Hal ini dapat dilihat dari tindakan AS yang berulangkali melakukan aksi provokatif di Laut China Selatan.
"Ini sangat berbahaya bagi Indonesia atau negara-negara lain di kawasan itu. Bukan tidak mungkin akan terjadi 'hard war' di Laut China Selatan," tukas Galuzin.
(ian)