Kutuk ISIS, Presiden Hollande Sebut Teror Paris Tindakan Perang
A
A
A
PARIS - Presiden Prancis, Francois Hollande, pada Sabtu (14/11/2015) mengutuk kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) sebagai dalang rentetan teror mengerikan di Paris. Presiden Hollande menyebut gelombang serangan di Paris sebagai tindakan perang.
Pemerintah Prancis secara resmi mengkonfirmasi jumlah korban tewas dalam rentetan serangan di Paris dan sekitarnya sekitar 127 orang. Namun, para pejabat di Paris sebelumnya menyatakan jumlah korban tewas telah mencapai 153 orang, termasuk para penyerang berenjata.
Hollande melanjutkan, serangan dilakukan oleh delapan orang bersenjata dan pembom bunuh diri. ”Yang terorganisasi dan terencana dari luar,” katanya, seperti dikutip BBC.
Target-target penyerang antara lain, bar, restoran, konser music dan stadion pertandingan sepak bola. Hollande telah mengumumkan tiga hari berkabung nasional. Dia juga mengumumkan status darurat nasional dan menutup perbatasan Prancis.
Hollande bersumpah akan melakukan perang tanpa ampun melawan teroris. Rentetan serangan di Paris dianggap yang terburuk sejak Perang Dunia II. Gelombang serangan itu juga hanya berselang beberapa bulan setelah serangkaian serangan pada bulan Januari 2015, termasuk di kantor majalah Charlie Hebdo yang menewaskan belasan orang.
Pemerintah Prancis secara resmi mengkonfirmasi jumlah korban tewas dalam rentetan serangan di Paris dan sekitarnya sekitar 127 orang. Namun, para pejabat di Paris sebelumnya menyatakan jumlah korban tewas telah mencapai 153 orang, termasuk para penyerang berenjata.
Hollande melanjutkan, serangan dilakukan oleh delapan orang bersenjata dan pembom bunuh diri. ”Yang terorganisasi dan terencana dari luar,” katanya, seperti dikutip BBC.
Target-target penyerang antara lain, bar, restoran, konser music dan stadion pertandingan sepak bola. Hollande telah mengumumkan tiga hari berkabung nasional. Dia juga mengumumkan status darurat nasional dan menutup perbatasan Prancis.
Hollande bersumpah akan melakukan perang tanpa ampun melawan teroris. Rentetan serangan di Paris dianggap yang terburuk sejak Perang Dunia II. Gelombang serangan itu juga hanya berselang beberapa bulan setelah serangkaian serangan pada bulan Januari 2015, termasuk di kantor majalah Charlie Hebdo yang menewaskan belasan orang.
(mas)