Pemuka Agama Indonesia Jelaskan Rahasia Toleransi pada Menlu Denmark
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah tokoh dan pemuka agama Indonesia memberikan penjelasan mengenai toleransi di Indonesia kepada Menteri Luar Negeri Denmark, Kristian Jensen. Penjelasan ini disampaikan kala terjadi dialog lintas agama antara sejumlah tokoh dan pemuka agama Indonesia dengan Jensen.
Bertempat di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jensen mendapatkan banyak penjelasan mengenai toleransi antar agama di Indonesia, dan bagaimana hal ini bisa terus terjalin di Indonesia. Komarudin Hidayat, salah satu tokoh agama yang hadir menuturkan, toleransi bisa terus terjalin karena masyarakat Indonesia selalu merasa sebagai suatu kesatuan.
"Di Amerika mungkin hanya ada satu hari libur keagamaan, mungkin di tempat lain juga begitu. Tapi di Indonesia, hari besar semua agama dirayakan, semua agama mendapatkan hak mereka untuk merayakan hari besar mereka," ucap guru besar Universitas Islam Indonesia.
Sedangkan menurut perwaklian Muhamadiyah yang hadir, walaupun Islam adalah agama mayoritas di Indonesia, tapi tidak ada hak khusus bagi umat Islam di Indonesia. Semua agama mendapatkan hak yang sama, inilah yang membuat toleransi di Indonesia terus terjadi.
Itu diperkuat oleh pernyataan perwakilan agama Budha di Indonesia, yang mengatakan walaupun mereka sebagai agama minatoritas, tapi mereka tidak pernah merasakan diskriminasi. Dirinya menuturkan umat Islam, sebagai mayoritas di Indonesia selalu merangkul mereka.
Selain mengunjungi Masjid Istiqlal, Jensen juga menyempatkan diri mengunjungi Katedral yang berada di seberangnya. Di sana, Jensen sebagai berdialog dengan Uskup Agung Jakarta, Ignatius Suharyo.
Dalam dialog itu Jensen sempat menanyakan bagaiman rasanya menjadi umat Kristen di Indonesia, yang bisa terbilang minoritas. Pihak keuskupan menjelasan bahwa tidak ada yang beda, sebagai umat Kristen mereka bebas untuk beribadah, dan menjalankan semua kegiatan keagamaan,
Satu hal yang menarik, pihak keuskupan juga menjelaskan bahwa untuk beberapa kesempatan Katedral sering digunakan oleh umat Muslim untuk dijadikan tempat ibadah, bila Istiqlal sudah terlalu penuh, begitu pula sebaliknya.
Bertempat di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jensen mendapatkan banyak penjelasan mengenai toleransi antar agama di Indonesia, dan bagaimana hal ini bisa terus terjalin di Indonesia. Komarudin Hidayat, salah satu tokoh agama yang hadir menuturkan, toleransi bisa terus terjalin karena masyarakat Indonesia selalu merasa sebagai suatu kesatuan.
"Di Amerika mungkin hanya ada satu hari libur keagamaan, mungkin di tempat lain juga begitu. Tapi di Indonesia, hari besar semua agama dirayakan, semua agama mendapatkan hak mereka untuk merayakan hari besar mereka," ucap guru besar Universitas Islam Indonesia.
Sedangkan menurut perwaklian Muhamadiyah yang hadir, walaupun Islam adalah agama mayoritas di Indonesia, tapi tidak ada hak khusus bagi umat Islam di Indonesia. Semua agama mendapatkan hak yang sama, inilah yang membuat toleransi di Indonesia terus terjadi.
Itu diperkuat oleh pernyataan perwakilan agama Budha di Indonesia, yang mengatakan walaupun mereka sebagai agama minatoritas, tapi mereka tidak pernah merasakan diskriminasi. Dirinya menuturkan umat Islam, sebagai mayoritas di Indonesia selalu merangkul mereka.
Selain mengunjungi Masjid Istiqlal, Jensen juga menyempatkan diri mengunjungi Katedral yang berada di seberangnya. Di sana, Jensen sebagai berdialog dengan Uskup Agung Jakarta, Ignatius Suharyo.
Dalam dialog itu Jensen sempat menanyakan bagaiman rasanya menjadi umat Kristen di Indonesia, yang bisa terbilang minoritas. Pihak keuskupan menjelasan bahwa tidak ada yang beda, sebagai umat Kristen mereka bebas untuk beribadah, dan menjalankan semua kegiatan keagamaan,
Satu hal yang menarik, pihak keuskupan juga menjelaskan bahwa untuk beberapa kesempatan Katedral sering digunakan oleh umat Muslim untuk dijadikan tempat ibadah, bila Istiqlal sudah terlalu penuh, begitu pula sebaliknya.
(esn)