Tragedi Mina, Cucu Pendiri Saudi Serukan Raja Salman Dikudeta
A
A
A
RIYADH - Seorang pangeran yang juga cucu pendiri Kerajaan Arab Saudi menyerukan agar Raja Saudi, Salman bin Abdulaziz dikudeta. Tragedi haji, baik musibah crane maupun insiden di Mina menjadi salah satu alasan mengapa Raja Salman layak diganti.
Seruan kudeta bangsawan senior Saudi itu ditulis dalam dua surat yang sudah di-posting online awal bulan ini. Surat itu sudah dibaca jutaan kali oleh warga Saudi. Selain tragedi haji tahun ini, anjloknya harga minyak dunia juga dijadikan alasan untuk mengusik takhta Raja Salman.
Salah satu cucu pendiri Saudi Abdulaziz Ibn Saud itu, tidak mengungkap identitasnya dengan alasan keselamatan nyawanya. Tak hanya dalam bentuk surat, pangeran Saudi ini juga telah berbicara kepada Guardian, bahwa ketidaksetujuannya Raja Salman memimpin Saudi sudah dia bicarakan dengan sesama anggota keluarga Kerajaan Arab Saudi.
“Raja tidak dalam kondisi stabil dan dalam kenyataannya anak raja (Pangeran Mohammed bin Salman)-lah yang memerintah kerajaan,” katanya dalam bentuk tulisan kepada media Inggris itu yang dilansir semalam (28/9/2015). Menurutnya, sejumlah pamannya akan segera bertemu untuk membahas rencana kudeta terhadap Raja Salman.
Gejolak internal Kerajaan Arab Saudi bukanlah hal baru. Namun, rencana kudeta yang dibicarakan kepada publik termasuk hal langka.
Dalam riwayatnya, raja terkenal Saudi pada tahun 1964 yakni, Raja Saud dipaksa untuk menyerahkan kekuasaan kepada Raja Faisal, setelah Faisal yang memimpin Garda Nasional mengancam kudeta militer.
Faisal sendiri dibunuh oleh keponakannya 11 tahun kemudian. Keponakannya itu dipancung tiga bulan kemudian di depan kerumunan ribuan warga Saudi di Riyadh. Sejak itu, suksesi di Kerajaan Arab Saudi sulit untuk ditebak, karena putra raja belum tentu menjadi putra mahkota.
Kegaduhan dalam internal Kerjaaan Saudi juga bukan hal asing bagi kalangan aktivis Saudi. Salah satu aktivis yang berbicara dengan kondisi anonim karena mempertimbangkan keselamatannya mengatakan masalah di internal Saudi sejatinya adalah perilaku korup.
”Orang-orang di dalam (kerajaan) tahu apa yang terjadi, tetapi mereka tidak bisa mengatakan. Masalahnya adalah korupsi dalam menggunakan sumber daya negara untuk membangun hal-hal dalam bentuk yang tepat, “ kata aktivis yang tinggal di Mekkah itu, seperti dikutip Guardian.
Dalam tragedi Mina yang menewaskan lebih dari 700 jamaah haji, para petinggi Saudi, kata dia, cenderung menyalahkan pejabat tingkat bawah.
“Sayangnya pemerintah menunjuk jari terhadap (pejabat) di tingkat yang lebih rendah, dengan mengatakan misalnya: 'Di mana ambulans? Di mana para pekerja kesehatan?’ Mereka mencoba melarikan diri dengan alasan sebenarnya dari bencana tersebut,” ujarnya.
Seruan kudeta bangsawan senior Saudi itu ditulis dalam dua surat yang sudah di-posting online awal bulan ini. Surat itu sudah dibaca jutaan kali oleh warga Saudi. Selain tragedi haji tahun ini, anjloknya harga minyak dunia juga dijadikan alasan untuk mengusik takhta Raja Salman.
Salah satu cucu pendiri Saudi Abdulaziz Ibn Saud itu, tidak mengungkap identitasnya dengan alasan keselamatan nyawanya. Tak hanya dalam bentuk surat, pangeran Saudi ini juga telah berbicara kepada Guardian, bahwa ketidaksetujuannya Raja Salman memimpin Saudi sudah dia bicarakan dengan sesama anggota keluarga Kerajaan Arab Saudi.
“Raja tidak dalam kondisi stabil dan dalam kenyataannya anak raja (Pangeran Mohammed bin Salman)-lah yang memerintah kerajaan,” katanya dalam bentuk tulisan kepada media Inggris itu yang dilansir semalam (28/9/2015). Menurutnya, sejumlah pamannya akan segera bertemu untuk membahas rencana kudeta terhadap Raja Salman.
Gejolak internal Kerajaan Arab Saudi bukanlah hal baru. Namun, rencana kudeta yang dibicarakan kepada publik termasuk hal langka.
Dalam riwayatnya, raja terkenal Saudi pada tahun 1964 yakni, Raja Saud dipaksa untuk menyerahkan kekuasaan kepada Raja Faisal, setelah Faisal yang memimpin Garda Nasional mengancam kudeta militer.
Faisal sendiri dibunuh oleh keponakannya 11 tahun kemudian. Keponakannya itu dipancung tiga bulan kemudian di depan kerumunan ribuan warga Saudi di Riyadh. Sejak itu, suksesi di Kerajaan Arab Saudi sulit untuk ditebak, karena putra raja belum tentu menjadi putra mahkota.
Kegaduhan dalam internal Kerjaaan Saudi juga bukan hal asing bagi kalangan aktivis Saudi. Salah satu aktivis yang berbicara dengan kondisi anonim karena mempertimbangkan keselamatannya mengatakan masalah di internal Saudi sejatinya adalah perilaku korup.
”Orang-orang di dalam (kerajaan) tahu apa yang terjadi, tetapi mereka tidak bisa mengatakan. Masalahnya adalah korupsi dalam menggunakan sumber daya negara untuk membangun hal-hal dalam bentuk yang tepat, “ kata aktivis yang tinggal di Mekkah itu, seperti dikutip Guardian.
Dalam tragedi Mina yang menewaskan lebih dari 700 jamaah haji, para petinggi Saudi, kata dia, cenderung menyalahkan pejabat tingkat bawah.
“Sayangnya pemerintah menunjuk jari terhadap (pejabat) di tingkat yang lebih rendah, dengan mengatakan misalnya: 'Di mana ambulans? Di mana para pekerja kesehatan?’ Mereka mencoba melarikan diri dengan alasan sebenarnya dari bencana tersebut,” ujarnya.
(mas)