Ramalan Gaddafi Soal Eksodus Imigran Jadi Kenyataan

Sabtu, 19 September 2015 - 18:04 WIB
Ramalan Gaddafi Soal Eksodus Imigran Jadi Kenyataan
Ramalan Gaddafi Soal Eksodus Imigran Jadi Kenyataan
A A A
MOSKOW - Jutaan pengungsi asal Timur Tengah dan Afrika Utara berduyun-duyun datang ke Eropa untuk menyelamatkan hidup mereka dari kecamuk perang dan mencari kehidupan yang lebih baik. Kondisi ini terang saja membuat pusing para pemimpin Eropa.

Namun, kondisi ini tidak akan terjadi andai saja para pemimpin Eropa mau mendengarkan apa yang dikatakan oleh mantan pemimpin Libya, Muammar Gaddafi, sebulan sebelum ia tewas secara mengenaskan.

Seperti dikutip dari laman Sputnik, Sabtu (19/9/2015), pada bulan Maret 2011, Gaddafi telah memperingatkan, jika tidak ada persatuan dan kondisi Libya tidak stabil, maka tidak ada satu pun yang dapat mengontrol kedatangan imigran dari Timur Tengah dan Afrika ke Eropa.

Gaddafi tampaknya telah mengetahui bahwa jutaan bahkan ribuan orang akan datang ke Eropa jika Tripoli jatuh.

"Ada jutaan orang kulit hitam yang bisa datang ke Mediterania untuk menyebarang ke Prancis dan Italia, dan Libya memainkan peran dalam keamanan di Mediterania," kata Gaddafi kepada stasiun televis France24 beberapa tahun silam.

Peringatan yang sama pun diungkapkan oleh anak sang Kolonel, Saif Gaddafi. "Libya akan menjadi Somalia dari Afrika Utara, dari Mediterania. Kalian akan melihat bajak laut di Sisilia, di Kreta, di Lampedusa. Anda akan melihat jutaan imigran ilegal. Teror ini akan terus berlanjut," ujarnya.

Namun peringatan ini tidak ada didengar oleh pihak Barat. Sebaliknya, Barat meluncurkan intervensi militer untuk menggulingkan Gaddafi. Negara ini pun terkoyak oleh banyak faksi dan kelompok radikal. Ramalan Gaddafi pun menjadi kenyataan, laut Mediterania menjadi kacau. Ribuan pengungsi berdesakan dalam perahu menuju pantai Italia. Bahkan sebagian dari mereka harus tewas secara mengenaskan.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3224 seconds (0.1#10.140)