Seteru di Arktik, AS Andalkan Mata-mata, Rusia Siapkan Militer

Selasa, 08 September 2015 - 09:19 WIB
Seteru di Arktik, AS...
Seteru di Arktik, AS Andalkan Mata-mata, Rusia Siapkan Militer
A A A
WASHINGTON - Wilayah Arktik atau Kutub Utara yang kaya minyak dan gas sedang diperebutkan negara-negara kuat, terutama Amerika Serikat (AS), Rusia dan China. AS selama belasan bulan mengandalkan jaringan mata-mata sedangkan Rusia dan China menyiapkan kekuatan militer.

Perseteruan itu berpotensi menimbulkan ancaman di Arktik untuk pertama kalinya sejak Perang Dingin. Media AS, Los Angeles Times, melaporkan bahwa selama 14 bulan terakhir, sebagian besar dari 16 badan intelijen AS telah ditugaskan untuk menganalisi wilayah Arktik. Kantor Direktur Intelijen Nasional baru-baru ini membuka “papan strategi” untuk membawa semua analis untuk berbagi temuan satu sama lain.

Selain itu, AS juga mengandalkan satelit mata-mata. Selain tiga negara kuat itu, wilayah Arktik secara yurisdiksi juga diperbutkan Kanada, Denmark dan Norwegia. (Baca: "Ribut" di Kutub Utara, Babak Baru Seteru AS dan Rusia)

Badan National Geospatial-Intelijen atau yang dikenal sebagai NGA, telah menghabiskan dua tahun menggambar peta baru dan grafik dari saluran air dan wilayah di kawasan Arktik yang luas. Dalam sebuah pernyataan, Direktur NGA, Robert Cardillo, mengatakan pihaknya bermaksud untuk memperluas dan mempercepat pekerjaan, sementara lembaga lain membantu memetakan Laut Bering, Chukchi dan Beaufort.

”Ada banyak hal yang bisa kita lihat sekarang bahwa kita tidak bisa melihat 10 tahun yang lalu," kata seorang pejabat intelijen AS, yang berbicara dengan syarat anonim untuk membahas minat baru AS di Arktik, yang dilansir semalam (7/9/2015).

Sedangkan Pemerintah Rusia telah mengumumkan rencananya Maret 2014 untuk membuka kembali 10 pangkalan militer era Soviet di sepanjang pesisir Arktik. Hal itu termasuk 14 lapangan udara, yang ditutup setelah akhir Perang Dingin. Sebuah galangan kapal di utara Rusia juga sedang dibangun untuk empat kapal selam bertenaga nuklir.

Gubernur Alaska, Bill Walker, telah mengeluh bahwa, Pentagon telah menutup pangkalan dan membuat Moskow membangun kembali kekuatan militer yang telah runtuh bersamaan dengan jatuhnya Soviet.

”Ini penumpukan terbesar dari militer Rusia sejak Perang Dingin,” Walker kepada wartawan selama kunjungan Presiden Barack Obama ke Alaska. ”Mereka membuka kembali 10 basis dan menyiapkan empat (kapal selam nuklir), dan mereka semua ada di Kutub Utara. Jadi, di sini kita berada di tengah kolam, merasa sedikit tidak nyaman dengan penarikan militer (AS).”

Rob Huebert, Profesor di Universitas Calgary yang ahli tentang Akrtik, juga merasa ada persaingan sengit antara AS dan Rusia di Kutub Utara. ”Ini dianggap peninggalan Perang Dingin,” kata Huebert.
(mas)
Berita Terkait
Hubungan Amerika Serikat...
Hubungan Amerika Serikat dan Ukraina Dikabarkan Retak
Fakta Perang Hibrida...
Fakta Perang Hibrida Amerika Serikat-Rusia
Perbandingan Wagner...
Perbandingan Wagner Rusia dan Blackwater Amerika Serikat
Pejabat Rusia yang Dilarang...
Pejabat Rusia yang Dilarang Masuk ke Amerika Serikat
Amerika Serikat: Iran...
Amerika Serikat: Iran Sekarang Beking Militer Utama Rusia
Campur Tangan Amerika...
Campur Tangan Amerika Serikat dalam Perang Rusia-Ukraina
Berita Terkini
100 Hari Berkuasa, Kekayaan...
100 Hari Berkuasa, Kekayaan Keluarga Trump Naik Drastis hingga Rp47 Triliun, Apa Pemicunya?
1 jam yang lalu
Putin Selalu Memikirkan...
Putin Selalu Memikirkan Siapa Penggantinya
5 jam yang lalu
Kekuatan Intelijen AS...
Kekuatan Intelijen AS Makin Melemah, Ternyata Ini Penyebab Utamanya
7 jam yang lalu
Sistem Pertahanan Israel...
Sistem Pertahanan Israel Lagi-lagi Ditembus Rudal Houthi, Bandara Tersibuk di Israel Jadi Sasaran
8 jam yang lalu
Siapa Zameer Ahmed Khan?...
Siapa Zameer Ahmed Khan? Politikus Muslim India yang Siap Jadi Pengebom Bunuh Diri
9 jam yang lalu
Putin Berharap Tak Gunakan...
Putin Berharap Tak Gunakan Senjata Nuklir di Ukraina, Ini Alasannya
10 jam yang lalu
Infografis
AS Setujui Penjualan...
AS Setujui Penjualan Peralatan Senilai Rp5 T untuk F-16 ke Ukraina
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved