Kritis pada Erdogan, Media-media Turki Diserbu Polisi
A
A
A
ANKARA - Sejumlah aparat Polisi Turki pada Selasa (1/9/2015) menyerbu beberapa kantor media yang kritis terhadap Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Pihak Erdogan menuduh, media-media itu merupakan alat dari musuh politiknya, Fethullah Gulen, yang berada di Amerika Serikat (AS).
Menurut laporan kantor berita Dogan, para polisi bertopeng masuk ke sejumlah kantor milik Koza-Ipek Media Group, yang memiliki beberapa surat kabar dan dua stasiun televisi.
“Serangan itu ditargetkan terhadap 23 kantor (media) di Ankara milik perusahaan induk Koza Ipek Media, sebagai bagian dari penyelidikan tuduhan terorisme terkait Fethullah Gulen,” tulis Anatolia, kantor berita yang dikelola negara.
Namun, konglomerat sekaligus kepala eksekutif perusahaan Koza Ipek Media Group sedang berada di luar negeri, ketika para polisi menyerbu sejumlah kantor media itu.
Ipek Media Group memiliki koran Turki Bugun dan Millet, serta stasiun televisi Bugun TV dan Kanalturk. Selain itu raksasa media Turki itu memiliki portal, BGNNews.com.
Sebelum aksi para polisi Turki itu, beberapa hari lalu, Fuat Avni, seorang pengguna Twitter misterius telah merilis klaim sensitif tentang aksi rombongan Erdogan. Dia memperingatkan akan ada serangan polisi dengan target media-media oposisi sebagai “ganjaran” atas pemberitaan serangan besar-besaran terhadap pemberontak Kurdi.
Sementara itu, Erdogan menuduh musuh politiknya, Fethullah Gulen, di AS dan para sekutu Gulen memimpin gerakan "Hizmet". Gerakan itu mencoba untuk menciptakan sebuah "negara paralel" dengan tujuan menggulingkan pemerintahannnya.
Gerakan ini, lanjut Erdogan, menyatukan berbagai kepentingan, termasuk sekolah dan media yang didanai serta diyakini memiliki dukungan dari jutaan warga Turki.
Gulen telah tinggal di pengasingan di AS sejak tahun 1999 ketika otoritas sekuler menuduhnya berusaha untuk menghancurkan negara. Pada tahun 2013, Pemerintah Erdogan menyalahkan Gulen yang menggulirkann tuduhan korupsi yang mengguncang rezim Erdogan.
Pihak Erdogan menuduh, media-media itu merupakan alat dari musuh politiknya, Fethullah Gulen, yang berada di Amerika Serikat (AS).
Menurut laporan kantor berita Dogan, para polisi bertopeng masuk ke sejumlah kantor milik Koza-Ipek Media Group, yang memiliki beberapa surat kabar dan dua stasiun televisi.
“Serangan itu ditargetkan terhadap 23 kantor (media) di Ankara milik perusahaan induk Koza Ipek Media, sebagai bagian dari penyelidikan tuduhan terorisme terkait Fethullah Gulen,” tulis Anatolia, kantor berita yang dikelola negara.
Namun, konglomerat sekaligus kepala eksekutif perusahaan Koza Ipek Media Group sedang berada di luar negeri, ketika para polisi menyerbu sejumlah kantor media itu.
Ipek Media Group memiliki koran Turki Bugun dan Millet, serta stasiun televisi Bugun TV dan Kanalturk. Selain itu raksasa media Turki itu memiliki portal, BGNNews.com.
Sebelum aksi para polisi Turki itu, beberapa hari lalu, Fuat Avni, seorang pengguna Twitter misterius telah merilis klaim sensitif tentang aksi rombongan Erdogan. Dia memperingatkan akan ada serangan polisi dengan target media-media oposisi sebagai “ganjaran” atas pemberitaan serangan besar-besaran terhadap pemberontak Kurdi.
Sementara itu, Erdogan menuduh musuh politiknya, Fethullah Gulen, di AS dan para sekutu Gulen memimpin gerakan "Hizmet". Gerakan itu mencoba untuk menciptakan sebuah "negara paralel" dengan tujuan menggulingkan pemerintahannnya.
Gerakan ini, lanjut Erdogan, menyatukan berbagai kepentingan, termasuk sekolah dan media yang didanai serta diyakini memiliki dukungan dari jutaan warga Turki.
Gulen telah tinggal di pengasingan di AS sejak tahun 1999 ketika otoritas sekuler menuduhnya berusaha untuk menghancurkan negara. Pada tahun 2013, Pemerintah Erdogan menyalahkan Gulen yang menggulirkann tuduhan korupsi yang mengguncang rezim Erdogan.
(mas)