Tolak Masjid di Australia, Massa Anti-Islam dan Anti-Rasis Bentrok
A
A
A
BENDIGO - Demonstrasi menolak pembangunan masjid di Kota Bendigo, Victoria, Australia, oleh massa Anti-Islam yang digalang kelompok Reclaim Australia berujung bentrok. Kelompok penentang pembangunan masjid itu dilawan massa anti-rasis.
Demonstrasi rusuh pada Sabtu petang itu juga diwarnai pembakaran bendera Australia. Demikian dilaporkan Australian Associated Press (AAP).
Massa anti-Islam yang juga berasal dari kelompok sayap kanan United Patriots Front (UPF) menerobos garis polisi dan mulai bentrok dengan massa anti-rasisme di dekat kawasan Balai Kota Bendigo. Polisi anti-huru hara turun tangan dan mampu memulihkan situasi setelah menembakkan semprotan merica.
Juru bicara UPF, Blair Cottrell, mengatakan, kelompoknya yang tidak menginginkan pembangunan masjid di Bendigo telah menderita akibat semprotan merica polisi. Sedangkan pemimpin anti-rasisme Yehezkiel Ox, juga mengecam kehadiran polisi yang dia sebut sebagai “maniak genosida”.
Wali Kota Bendigo, Peter Cox, menyatakan kekecewaannya setelah orang-orang dari luar Bendigo nekat datang ke kota itu dan membuat masalah.”Ini tentu tidak menempatkan Bendigo dalam situasi terbaik,” katanya kepada AAP.
Wali Kota Peter Cox memuji polisi yang berhasil melerai kedua kubu yang bentrok. Menurut IB Times, Minggu (30/8/2015), polisi telah meminta tambahan pasukan cadangan untuk operasi yang mereka sebut sebagai operasi polisi terbesar di negara bagian Victoria di luar Melbourne karena ada ancaman kekerasan.
Kepala Polisi Central Victoria, Inspektur Mick West juga memuji staf polisi yang berjumlah sekitar 350 personel yang dengan cepat meredam kekerasan.”Kami cukup senang dengan hasilnya," katanya. ”Telah ada banyak persiapan dan perencanaan yang telah dilakukan . Ini aman untuk mengatakan bahwa itu salah satu operasi terbesar di luar pusat Kota Melbourne.”
Pembangunan masjid di Bendigo sejatinya telah disetujui oleh dewan lokal tahun lalu. Namun, kelompok Reclaim Australia tetap menentangnya.
Demonstrasi rusuh pada Sabtu petang itu juga diwarnai pembakaran bendera Australia. Demikian dilaporkan Australian Associated Press (AAP).
Massa anti-Islam yang juga berasal dari kelompok sayap kanan United Patriots Front (UPF) menerobos garis polisi dan mulai bentrok dengan massa anti-rasisme di dekat kawasan Balai Kota Bendigo. Polisi anti-huru hara turun tangan dan mampu memulihkan situasi setelah menembakkan semprotan merica.
Juru bicara UPF, Blair Cottrell, mengatakan, kelompoknya yang tidak menginginkan pembangunan masjid di Bendigo telah menderita akibat semprotan merica polisi. Sedangkan pemimpin anti-rasisme Yehezkiel Ox, juga mengecam kehadiran polisi yang dia sebut sebagai “maniak genosida”.
Wali Kota Bendigo, Peter Cox, menyatakan kekecewaannya setelah orang-orang dari luar Bendigo nekat datang ke kota itu dan membuat masalah.”Ini tentu tidak menempatkan Bendigo dalam situasi terbaik,” katanya kepada AAP.
Wali Kota Peter Cox memuji polisi yang berhasil melerai kedua kubu yang bentrok. Menurut IB Times, Minggu (30/8/2015), polisi telah meminta tambahan pasukan cadangan untuk operasi yang mereka sebut sebagai operasi polisi terbesar di negara bagian Victoria di luar Melbourne karena ada ancaman kekerasan.
Kepala Polisi Central Victoria, Inspektur Mick West juga memuji staf polisi yang berjumlah sekitar 350 personel yang dengan cepat meredam kekerasan.”Kami cukup senang dengan hasilnya," katanya. ”Telah ada banyak persiapan dan perencanaan yang telah dilakukan . Ini aman untuk mengatakan bahwa itu salah satu operasi terbesar di luar pusat Kota Melbourne.”
Pembangunan masjid di Bendigo sejatinya telah disetujui oleh dewan lokal tahun lalu. Namun, kelompok Reclaim Australia tetap menentangnya.
(mas)