Oposisi Israel Khawatir Muncul Intifada Jilid III
A
A
A
YARUSALEM - Aksi teror dan peningkatan kekerasan yang terjadi antara kaum pemukim Yahudi dan warga Palestina ternyata membawa kekhawatiran tersendiri untuk oposisi Israel. Oposisi Israel takut jika hal semacam ini dibiarkan, maka bisa berujung pada perang Gaza jilid III.
Pemimpin oposisi Israel Isaac Herzog mengutarakan satu-satunya cara untuk menghindari hal semacam ini terjadi adalah dengan sama-sama melakukan perlawanan terhadap aksi teror tersebut. Dirinya menuturkan, seharusnya tidak ada kompromi untuk hal semacam ini.
"Serangan teroris baru-baru ini dapat menyebabkan inifada (perang besar) ketiga, yang harus dicegah dengan semua alat yang kita miliki," kata Herzog, paska melakukan pertemuan dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas.
"Kita harus meyuarakan perang tanpa kompromi terhadap aksi terorisme, dan saya memiliki pandangan yang keras terhadap hal ini dibandingkan dengan (Benjamin) Netanyahu," sambungnya, seperti dilansir Jpost pada Selasa (18/8/2015).
Aksi teror bermula ketika para ekstrimis Yahudi di Tepi Barat melakukan pembakaran terhadap rumah warga Palestina, dan menewaskan dua orang. Tindakan itu mendapat respon keras dari warga Palestina, yang mulai membalas dengan kerap melakukan serangan terhadap tentara dan warga Israel.
Selain itu, paska serangan di Tepi Barat, roket-roket dari Gaza mulai kembali ditembakan ke arah Israel, yang dibalas dengan serangan udara skala kecil oleh Israel.
Pemimpin oposisi Israel Isaac Herzog mengutarakan satu-satunya cara untuk menghindari hal semacam ini terjadi adalah dengan sama-sama melakukan perlawanan terhadap aksi teror tersebut. Dirinya menuturkan, seharusnya tidak ada kompromi untuk hal semacam ini.
"Serangan teroris baru-baru ini dapat menyebabkan inifada (perang besar) ketiga, yang harus dicegah dengan semua alat yang kita miliki," kata Herzog, paska melakukan pertemuan dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas.
"Kita harus meyuarakan perang tanpa kompromi terhadap aksi terorisme, dan saya memiliki pandangan yang keras terhadap hal ini dibandingkan dengan (Benjamin) Netanyahu," sambungnya, seperti dilansir Jpost pada Selasa (18/8/2015).
Aksi teror bermula ketika para ekstrimis Yahudi di Tepi Barat melakukan pembakaran terhadap rumah warga Palestina, dan menewaskan dua orang. Tindakan itu mendapat respon keras dari warga Palestina, yang mulai membalas dengan kerap melakukan serangan terhadap tentara dan warga Israel.
Selain itu, paska serangan di Tepi Barat, roket-roket dari Gaza mulai kembali ditembakan ke arah Israel, yang dibalas dengan serangan udara skala kecil oleh Israel.
(esn)