Kelaparan di Penjara Israel, Pria Palestina Koma
A
A
A
BEERSHEVA - Pria Palestina, Mohammed Allaan, 30, mengalami kelaparan parah setelah menjalani demonstrasi mogok makan di penjara Israel. Allaan kini mengalami koma setelah kelaparan yang dia derita sudah parah.
Pria Palestina itu kehilangan kesadaran dan dalam kondisi kritis setelah melakukan mogok makan selama 60 hari. Dia kini dibawa ke rumah sakit Barzilai Ashkelon setelah sebelumnya dirawat di unit perawatan intensif di pusat medis Soroka di Beersheva.
Tubuh Allaan kini dipasang respirator dan diberikan cairan. Menurut pihak rumah sakit kondisinya kini stabil, namun belum sadar. Allan sebelumnya menolak perawatan medis atau makanan sebelum dia mengalami koma.
Seorang pengacara dari Desa Einabus, Nablus selatan, mengatakan bahwa Allan telah dipenjara tanpa proses pengadilan atau tanpa dakwaan di bawah sistem hukum kontroversial Israel.
Selain Allaan, ada ribuan tahanan Palestina yang telah mogok makan untuk memprotes sistem hukum itu. Mereka dipenjara selama berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahun tanpa menghadapi tuduhan resmi.
”Tidak seperti persidangan pidana, penahanan administratif itu tidak dimaksudkan untuk menghukum tahanan atas pelanggaran yang telah dilakukan, tetapi untuk mencegah pelanggaran di masa depan,” kata kelompok HAM Israel, B'Tselem di situsnya, Jumat (14/8/2015).
”Seluruh proses (hukum) adalah rahasia, tahanan administratif tidak diberitahu alasan penahanan mereka atau tuduhan spesifik terhadap mereka,” lanjut kelompok HAM Israel itu.
Menurut data Layanan Penjara Israel (IPS), 396 warga Palestina dari Tepi Barat, termasuk seorang wanita, ditahan di penjara dministratif. Pada bulan Juli, parlemen Israel, Knesset, menyetujui undang-undang yang memungkinkan otoritas penjara untuk memaksa makan terhadap para tahanan Palestina yang menggelar aksi mogok makan.
Pria Palestina itu kehilangan kesadaran dan dalam kondisi kritis setelah melakukan mogok makan selama 60 hari. Dia kini dibawa ke rumah sakit Barzilai Ashkelon setelah sebelumnya dirawat di unit perawatan intensif di pusat medis Soroka di Beersheva.
Tubuh Allaan kini dipasang respirator dan diberikan cairan. Menurut pihak rumah sakit kondisinya kini stabil, namun belum sadar. Allan sebelumnya menolak perawatan medis atau makanan sebelum dia mengalami koma.
Seorang pengacara dari Desa Einabus, Nablus selatan, mengatakan bahwa Allan telah dipenjara tanpa proses pengadilan atau tanpa dakwaan di bawah sistem hukum kontroversial Israel.
Selain Allaan, ada ribuan tahanan Palestina yang telah mogok makan untuk memprotes sistem hukum itu. Mereka dipenjara selama berbulan-bulan dan bahkan bertahun-tahun tanpa menghadapi tuduhan resmi.
”Tidak seperti persidangan pidana, penahanan administratif itu tidak dimaksudkan untuk menghukum tahanan atas pelanggaran yang telah dilakukan, tetapi untuk mencegah pelanggaran di masa depan,” kata kelompok HAM Israel, B'Tselem di situsnya, Jumat (14/8/2015).
”Seluruh proses (hukum) adalah rahasia, tahanan administratif tidak diberitahu alasan penahanan mereka atau tuduhan spesifik terhadap mereka,” lanjut kelompok HAM Israel itu.
Menurut data Layanan Penjara Israel (IPS), 396 warga Palestina dari Tepi Barat, termasuk seorang wanita, ditahan di penjara dministratif. Pada bulan Juli, parlemen Israel, Knesset, menyetujui undang-undang yang memungkinkan otoritas penjara untuk memaksa makan terhadap para tahanan Palestina yang menggelar aksi mogok makan.
(mas)