Rusia Ingin Beli Pesawat Amfibi 'Pembunuh' Kapal Selam Musuh

Senin, 20 Juli 2015 - 09:28 WIB
Rusia Ingin Beli Pesawat Amfibi Pembunuh Kapal Selam Musuh
Rusia Ingin Beli Pesawat Amfibi 'Pembunuh' Kapal Selam Musuh
A A A
MOSKOW - Angkatan Laut Rusia berencana untuk membeli pesawat amfibi Be-200 “pembunuh” kapal selam musuh. Rencana itu akan diwujudkan tahun 2020 mendatang.

Pesawat amfibi Be-200 bertujuan untuk menggantikan armada Angkatan Laut Rusia yang sudah usang. Rencana itu dilaporkan media Rusia, RIA Novosti yang mengutip sumber di Angkatan Laut Rusia, semalam.

”Otoritas Angkatan Laut telah memutuskan bahwa perlu untuk membeli konfigurasi anti-kapal selam, yakni pesawat amfibi Be-200 untuk tahun 2020. Pesawat itu untuk mencari, mendeteksi dan menghancurkan kapal selam (musuh),” kata pejabat Angkatan Laut Rusia yang berbicara dengan syarat anonim.

Rencana Kremlin untuk membeli pesawat amfibi Be-200 pertama kali terungkap pada 2013. Saat itu, rencananya Rusia akan membeli enam unit. Tapi, belum jelas apakah pesawat amfibi yang akan dibeli itu akan dilengkapi fasilitas anti-kapal selam atau tidak, sebab pejabat Angkatan Laut Kremlin saat itu tidak menjelaskan inovasi teknologi dari pesawat amfibi itu.

Awal bulan ini, Russian Helicopters, sebuah perusahaan manufaktur pertahanan Rusia mengumumkan rencananya untuk memperbaharui produksi helikopter militer Mi-14. Produk alutsista Rusia itu juga disebut-sebut berteknologi amfibi dan pernah digunakan untuk dinas militer sebelum Soviet runtuh awal 1990-an.

Presiden Rusia, Vladimir Putin telah berjanji bahwa Kremlin akan menghabiskan dana lebih dari 21 triliun rubel, atau sekitar US$340 miliar untuk memodernisasi militer pada tahun 2020.

Namun, beberapa hari lalu, Wakil Menteri Pertahanan Rusia, Yuri Borisov melapor kepada Presiden Vladimir Putin bahwa militer Rusia gagal memenuhi rencananya untuk melengkapi angkatan bersenjata Rusia dengan senjata modern.

Penyebab kegagalan itu karena ekonomi Rusia sedang “sakit” akibat dijatuhi sanksi oleh negara-negara Barat. ”Alasan objektif untuk kegagalan dalam memenuhi pesanan pengadaan pertahanan negara termasuk pembatasan pasokan suku cadang dan bahan impor, terkait dengan sanksi, penghentian produksi dan hilangnya berbagai teknologi,” kata Borisov.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7047 seconds (0.1#10.140)