Pemerintah Afghanistan Berdamai dengan Taliban
A
A
A
ISLAMABAD - Sebuah langkah bersejarah dicapai dalam pertemuan antara perwakilan Taliban Afghanistan dan pemerintah Afghanistan. Dalam pertemuan pertama yang pernah terjadi sejak keduanya terlibat konflik, kedua pihak sepakat untuk memulai rencana damai.
Pertemuan tersebut terjadi di Murree, sebuah resort di perbukitan dekat ibukota Pakistan, Islamabad. Menurut Kementerian Luar Negeri Pakistan, yang menjadi tuan rumah pertemuan itu, pemerintah Afghanistan dan Taliban sepakat untuk kembali bertemu setelah Ramadan.
"Para peserta sepakat untuk melanjutkan pembicaraan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perdamaian dan proses rekonsiliasi," bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri Pakistan, seperti dilansir Reuters pada Rabu (8/7/2015).
Selain Pakistan, Amerika Serikat (AS) dan China juga turut menjadi pengamat dalam pertemuan yang diharapkan mampu mengakhiri konflik antara Taliban dan pemerintah Afghanistan, yang sudah berlangsung selama 13 tahun.
Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif menggambarkan pertemuan tersebut sebagai terobosan yang sangat positif. "Proses ini harus berhasil," kata Sharif dalam sebuah pernyataan.
Sharif memperingatakan, baik kepada Afghanistan dan juga dunia internasional, bahwa proses perdamaian tersebut akan berlangsung sulit. Sebab, menurutnya akan ada beberapa pihak yang akan mencoba untuk menggagalkan upaya damai tersebut.
"Upaya ini akan sulit. Dan, baik Afghanistan ataupun masyarakat internasional harus memastikan bahwa tidak ada yang mencoba untuk menggagalkan proses ini," sambungnya.
Dipilihnya Pakistan sebagai lokasi pertemuan tersebut, tidak lain karena keduanya menghadapi masalah yang sama, yakni pemeberontakan Taliban. Presiden Afghanistan Ashraf Ghani memang selalu berusaha mempererat hubungan dengan Pakistan dalam hal ini, dan terus mendorong dialog damai dengan Taliban, baik di Afghanista ataupun di Pakistan.
Pertemuan tersebut terjadi di Murree, sebuah resort di perbukitan dekat ibukota Pakistan, Islamabad. Menurut Kementerian Luar Negeri Pakistan, yang menjadi tuan rumah pertemuan itu, pemerintah Afghanistan dan Taliban sepakat untuk kembali bertemu setelah Ramadan.
"Para peserta sepakat untuk melanjutkan pembicaraan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perdamaian dan proses rekonsiliasi," bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri Pakistan, seperti dilansir Reuters pada Rabu (8/7/2015).
Selain Pakistan, Amerika Serikat (AS) dan China juga turut menjadi pengamat dalam pertemuan yang diharapkan mampu mengakhiri konflik antara Taliban dan pemerintah Afghanistan, yang sudah berlangsung selama 13 tahun.
Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif menggambarkan pertemuan tersebut sebagai terobosan yang sangat positif. "Proses ini harus berhasil," kata Sharif dalam sebuah pernyataan.
Sharif memperingatakan, baik kepada Afghanistan dan juga dunia internasional, bahwa proses perdamaian tersebut akan berlangsung sulit. Sebab, menurutnya akan ada beberapa pihak yang akan mencoba untuk menggagalkan upaya damai tersebut.
"Upaya ini akan sulit. Dan, baik Afghanistan ataupun masyarakat internasional harus memastikan bahwa tidak ada yang mencoba untuk menggagalkan proses ini," sambungnya.
Dipilihnya Pakistan sebagai lokasi pertemuan tersebut, tidak lain karena keduanya menghadapi masalah yang sama, yakni pemeberontakan Taliban. Presiden Afghanistan Ashraf Ghani memang selalu berusaha mempererat hubungan dengan Pakistan dalam hal ini, dan terus mendorong dialog damai dengan Taliban, baik di Afghanista ataupun di Pakistan.
(esn)