FBI Selidiki Manifesto Pelaku Pembantaian di Gereja AS
A
A
A
CHARLESTON - Biro Penyelidik Federal Amerika Serikat (AS) atau FBI terus melakukan penyelidikan terhadap Dylan Roof, pelaku pembantaian di sebuah gereja di Charleston. Penyelidikan berkembang ke sebuah situs internet yang diduga milik pelaku.
Situs yang diketahui bernamaThe Last Rhodesian berisi foto-foto dan manifesto yang diduga dibuat oleh Dylan. Dalam situs tersebut nampak Dylan adalah sosok yang rasis, dan dalam manifesto itu terungkap mengapa ia menjadikan Charleston sebagai target pembantaian.
“Saya tidak punya pilihan. Saya memilih Charleston karena kota itu adalah tempat paling bersejarah di negara bagian saya, dan pada suatu waktu memiliki rasio perbandingan warga kulit putih dan kulit hitam tertinggi di negara ini,” bunyi tulisan Dylan dalam laman The Last Rhodesian, seperti dilansir Reuters pada Minggu (21/6/2015).
Dalam manifesto 2.500 kata itu juga diutarakan bagaimana pelaku mulai berpikir untuk melakukan perbuatannya. Di sana pelaku menyebut warga kulit hitam sebagai orang-orang yang ‘bodoh dan kasar’ sekaligus licik dan selalu melihat semua masalah dalam kacamata rasial.
Foto-foto yang juga ditemukan dalam laman tersebut memperlihatkan perjalanan Dylann yang tampaknya menelusuri jejak sejarah perbudakan di negara bagian South Carolina. Dia terlihat berpose di depan museum, lahan pertanian bersejarah, asrama yang dahulu digunakan untuk menampung budak, dan beberapa tempat lainnya.
Dirinya juga nampak berfoto dengan bendera konfederasi dan juga berfoto dengan memegang berdera AS yang sedang terbakar.
Situs yang diketahui bernamaThe Last Rhodesian berisi foto-foto dan manifesto yang diduga dibuat oleh Dylan. Dalam situs tersebut nampak Dylan adalah sosok yang rasis, dan dalam manifesto itu terungkap mengapa ia menjadikan Charleston sebagai target pembantaian.
“Saya tidak punya pilihan. Saya memilih Charleston karena kota itu adalah tempat paling bersejarah di negara bagian saya, dan pada suatu waktu memiliki rasio perbandingan warga kulit putih dan kulit hitam tertinggi di negara ini,” bunyi tulisan Dylan dalam laman The Last Rhodesian, seperti dilansir Reuters pada Minggu (21/6/2015).
Dalam manifesto 2.500 kata itu juga diutarakan bagaimana pelaku mulai berpikir untuk melakukan perbuatannya. Di sana pelaku menyebut warga kulit hitam sebagai orang-orang yang ‘bodoh dan kasar’ sekaligus licik dan selalu melihat semua masalah dalam kacamata rasial.
Foto-foto yang juga ditemukan dalam laman tersebut memperlihatkan perjalanan Dylann yang tampaknya menelusuri jejak sejarah perbudakan di negara bagian South Carolina. Dia terlihat berpose di depan museum, lahan pertanian bersejarah, asrama yang dahulu digunakan untuk menampung budak, dan beberapa tempat lainnya.
Dirinya juga nampak berfoto dengan bendera konfederasi dan juga berfoto dengan memegang berdera AS yang sedang terbakar.
(esn)