Bomber Boston Dzhokhar Tsarnaev Divonis Mati
A
A
A
BOSTON - Dzhokhar Tsarnaev, 21, terdakwa pemboman di arena marathon Boston tahun 2013 silam divonis mati. Aksi bomber Boston itu menewaskan tiga orang dan melukai 264 orang lainnya.
Hukuman mati terhadap Dzhokhar Tsarnaev dibacakan juri pengadilan Amerika Serikat (AS) kemarin. Setelah berunding selama 15 jam, juri pengadilan federal AS memilih eksekusi mati terhadap Tsarnaev dengan suntikan. Opsi lainnya, dia dihukum penjara seumur hidup tanpa ada kemungkinan pembebasan bersyarat.
Tsarnaev dinyatakan bersalah atas tuduhan menempatkan bom “panci presto” di dekat garis finish lomba marathon Boston pada 15 April 2013. Selama dibacakan vonis, Tsarnaev yang mengenakan mantel olahraga warna gelap dan kemeja berwarna terang, berdiri diam.
Pengadilan untuk Tsarnaev sudah berlangsung lama. Selama 10 minggu terakhir menjelang vonis, juri pengadilan mendengar kesaksian dari sekitar 150 saksi. Termasuk di antaranya, korban pemboman yang kakinya robek akibat terkena pecahan peluru dari ledakan bom.
”Terdakwa mengaku bertindak atas nama seluruh umat Islam. Ini bukan kejahatan agama," kata Carmen Ortiz, Jaksa Federal AS di pengadilan Boston. ”Ini adalah kejahatan politik yang dirancang untuk mengintimidasi dan memaksa Amerika Serikat,” katanya lagi, seperti dikutip Reuters, Sabtu (16/5/2015).
Pengacara terdakwa mengatakan bahwa kliennya mengakui kejahatan yang dituduhkan. Tapi, pengacara itu tetap membela Dzhokhar Tsarnaev, karena pelaku pemboman utama yang sebenarnya adalah saudara terdakwa, yakni Tamerlan Tsarnaev. Tamerlan tewas setelah baku tembak dengan polisi setelah pemboman terjadi.
Hukuman mati terhadap Dzhokhar Tsarnaev dibacakan juri pengadilan Amerika Serikat (AS) kemarin. Setelah berunding selama 15 jam, juri pengadilan federal AS memilih eksekusi mati terhadap Tsarnaev dengan suntikan. Opsi lainnya, dia dihukum penjara seumur hidup tanpa ada kemungkinan pembebasan bersyarat.
Tsarnaev dinyatakan bersalah atas tuduhan menempatkan bom “panci presto” di dekat garis finish lomba marathon Boston pada 15 April 2013. Selama dibacakan vonis, Tsarnaev yang mengenakan mantel olahraga warna gelap dan kemeja berwarna terang, berdiri diam.
Pengadilan untuk Tsarnaev sudah berlangsung lama. Selama 10 minggu terakhir menjelang vonis, juri pengadilan mendengar kesaksian dari sekitar 150 saksi. Termasuk di antaranya, korban pemboman yang kakinya robek akibat terkena pecahan peluru dari ledakan bom.
”Terdakwa mengaku bertindak atas nama seluruh umat Islam. Ini bukan kejahatan agama," kata Carmen Ortiz, Jaksa Federal AS di pengadilan Boston. ”Ini adalah kejahatan politik yang dirancang untuk mengintimidasi dan memaksa Amerika Serikat,” katanya lagi, seperti dikutip Reuters, Sabtu (16/5/2015).
Pengacara terdakwa mengatakan bahwa kliennya mengakui kejahatan yang dituduhkan. Tapi, pengacara itu tetap membela Dzhokhar Tsarnaev, karena pelaku pemboman utama yang sebenarnya adalah saudara terdakwa, yakni Tamerlan Tsarnaev. Tamerlan tewas setelah baku tembak dengan polisi setelah pemboman terjadi.
(mas)