Bantuan Militer China ke Bangladesh Bikin India Waswas
A
A
A
NEW DELHI - Menteri Pertahanan India Manohar Parrikar dilaporkan akan mengunjungi Bangladesh. Kunjungan ini dilakukan ditengah kegundahan India setelah Bangladesh menerima tawaran bantuan militer dari China, termasuk kapal selam.
Manohar Parrikar akan mengunjungi Dhaka untuk berpatisipasi dalam perayaan ulang tahun pembebasan Bangladesh. Para pengamat merasakan kegugupan India sejak Oktober ketika Presiden China Xi Jinping mengunjungi menawarkan kredit USD24 miliar ke Bangladesh. Kegelisahan India semakin mendalam setelah Bangladesh mengumumkan bahwa mereka akan menerima dua kapal selam China awal tahun depan satu bulan kemudian.
"Maksud Beijing dibalik penjualan kapal selam akan memperkuat hubungan politik dengan Dhaka. Pelatihan jangka panjang kapal selam dan pemeliharaan kebutuhan Angkatan Laut Bangladesh juga akan memungkinkan kehadirian militer China di Teluk Benggala, dan memungkinkan untuk menyusun data sensitif untuk operasi kapal selam Angkatan Laut PLA di masa depan," kata Kapten Angkatan Laut India dan Direktur Eksekutif di India Maritime Foundation, Gurpreet S Khurana, seperti dikutip dari Sputniknews, Sabtu (26/11/2016).
India pun mencoba untuk menjalin kerja sama pertahanan dengan Bangladesh. India menawarkan diri untuk memasok kapal angkatan laut secara kredit. Namun sejumlah ahli menilai tawaran itu seperti pendekatan dengan memberikan sepotong makanan yang tidak cukup untuk mengatasi "agresi" China.
"Terbukti, kebijakan luar negeri India vis-a-vis Bangladesh perlu dikalibrasi ulang. Di tingkat strategis nasional, India memiliki cukup keuangan dan industri pertahanan yang disedekahkan untuk mengimbangi pengaruh besar China pada Bangladesh. New Delhi mungkin perlu untuk mengakhiri kebijakan lama yang 'menenangkan' Dhaka ke kebijakan 'wortel dan tongkat'," kata Khurana.
India telah lama menganggap Bangladesh sebagai bagian dari wilayah yang dipengaruhinya. Angkatan bersenjata India turut membantu Bangladesh memisahkan diri dari Pakistan pada tahun 1971. India juga membagi hubungan politik dan keamanan dengan rezim Bangladesh saat ini dan tahun lalu dengan memberikan hibah sebesar USD2 miliar.
Manohar Parrikar akan mengunjungi Dhaka untuk berpatisipasi dalam perayaan ulang tahun pembebasan Bangladesh. Para pengamat merasakan kegugupan India sejak Oktober ketika Presiden China Xi Jinping mengunjungi menawarkan kredit USD24 miliar ke Bangladesh. Kegelisahan India semakin mendalam setelah Bangladesh mengumumkan bahwa mereka akan menerima dua kapal selam China awal tahun depan satu bulan kemudian.
"Maksud Beijing dibalik penjualan kapal selam akan memperkuat hubungan politik dengan Dhaka. Pelatihan jangka panjang kapal selam dan pemeliharaan kebutuhan Angkatan Laut Bangladesh juga akan memungkinkan kehadirian militer China di Teluk Benggala, dan memungkinkan untuk menyusun data sensitif untuk operasi kapal selam Angkatan Laut PLA di masa depan," kata Kapten Angkatan Laut India dan Direktur Eksekutif di India Maritime Foundation, Gurpreet S Khurana, seperti dikutip dari Sputniknews, Sabtu (26/11/2016).
India pun mencoba untuk menjalin kerja sama pertahanan dengan Bangladesh. India menawarkan diri untuk memasok kapal angkatan laut secara kredit. Namun sejumlah ahli menilai tawaran itu seperti pendekatan dengan memberikan sepotong makanan yang tidak cukup untuk mengatasi "agresi" China.
"Terbukti, kebijakan luar negeri India vis-a-vis Bangladesh perlu dikalibrasi ulang. Di tingkat strategis nasional, India memiliki cukup keuangan dan industri pertahanan yang disedekahkan untuk mengimbangi pengaruh besar China pada Bangladesh. New Delhi mungkin perlu untuk mengakhiri kebijakan lama yang 'menenangkan' Dhaka ke kebijakan 'wortel dan tongkat'," kata Khurana.
India telah lama menganggap Bangladesh sebagai bagian dari wilayah yang dipengaruhinya. Angkatan bersenjata India turut membantu Bangladesh memisahkan diri dari Pakistan pada tahun 1971. India juga membagi hubungan politik dan keamanan dengan rezim Bangladesh saat ini dan tahun lalu dengan memberikan hibah sebesar USD2 miliar.
(ian)